Sabtu, 29 Januari 2011

Surat untuk Yabi

  Originally created by Fu

Sebuah surat terperangkap!


Assalamu’alaykum wr wb
Salam cinta penuh rahmat Illahi dengan semerbak wangi kesturi untukmu, Yabi. Bagaimana kabarmu? Aku yakin Allah selalu menjagamu dengan baik, karena aku yakin limpahan doa tak hingga selalu mengalir untukmu, baik itu dari dua orang tuamu, saudaramu, sahabatmu dan semua kerabatmu. Pun aku hanya bisa mengantar doa secuil saja, menebar harapan agar kau dilimpahi nikmat iman tiada hentinya.

Yabi, dengarkan aku bicara…

Yabi, jangan herankan aku yang begitu pelupa! Kau tentunya tahu bahwa aku lebih senang mengingat apa-apa yang mesti kupersiapkan di setiap pagimu. Mulai dari memilihkan baju hingga sepatu, membuatkan setangkup roti dan segelas susu, sampai mengantarkan keberangkatanmu hingga depan pintu, dengan tatapan dan senyuman yang selalu kau rindu, walau hanya sekadar melegakanmu bahwa aku akan baik-baik saja. Ah… tak apa-apa bila aku mesti lupa mengenai sajian televisi setiap harinya, yang menghantarkan itu-itu saja mulai dari terbit mentari hingga tenggelamnya lagi, dari channel yang satu sampai yang lainnya lagi. Aku tak pernah lupa ungkapanmu di suatu fajar, “Dami, lebih baik kita membuat acara dan tayangan sendiri, agar tawa dan tangis bisa dapat kita bersama bagi, dengan kejujuran yang tak terbantah manipulasi!”

Yabi, jangan herankan aku yang begitu kampungan! Kau tentunya tahu bahwa aku memanglah orang rumahan yang berasal dari desa kecil dan sama sekali tak kekotaan. Aku yang tak biasa mengikuti faham hedonisme yang menjadi lumrah, menghadiri suatu acara dan pesta megah, atau berdandan dan tampil mewah. Mungkin aku masih belum mengerti alasan kenapa orang terpacu meniru-niru, hingga menghalalkan segala cara tanpa ada sesal dan ragu. Ah… tak apa-apalah bila aku tak disebut modern dengan canggihnya teknologi masa kini yang orang-orang sebut globalisasi, dimana aturan kitab dipaksa sesuai era saat ini, bukan era yang sesuai aturan kitab lagi. Aku tak pernah lupa pesanmu di suatu pagi, “Dami, biarlah mereka melakukan hal yang mereka percayai, selama itu tak mengganggu apa yang kita yakini, cukuplah Tuhan saja yang prasangkanya kita takuti!”

Yabi, jangan herankan aku yang tak bisa berdebat! Kau tentunya tahu bahwa aku lebih memilih sendiri mengasapi dapur dengan memanaskan kompor, daripada beramai-ramai menghujati gedung dan memunculkan komentar autor, aktor, hingga koruptor. Maafkan aku yang tak paham bagaimana dan apa itu politik, mungkin aku harus banyak belajar darimu yang lebih memahami bagaimana itu konflik. Seperti katamu bahwa segala aspek itu penting dan haruslah hanif, karena dien kita begitu komprehensif. Ah… tak apa-apalah bila aku disebut bodoh karena tak mampu berkomentar dengan berlandaskan teori yang hambar. Nyatanya aku lebih senang berkutat dengan kreasi es krim, jus dan salad buah apa lagi, yang cocok untuk penutup makan siangmu esok hari. Aku tak pernah lupa anjuranmu di suatu siang, “Dami, kita harus banyak bersabar untuk ketidaksesuaian harapan dan kenyataan, banyak bersyukur untuk segala aib yang ditutupi Tuhan, serta banyak memohon ampun untuk segala dosa yang setiap hari kita lakukan!”

Yabi, jangan herankan aku yang begitu pemalas! Kau tentunya tahu bahwa aku tidak terlalu suka hingar bingar dan keramaian. Aku yang menikmati penantian kepulanganmu dengan melakukan aktivitas yang menurut orang lain begitu membosankan; berlama-lama duduk di depan monitor meski hanya sekadar menuangkan keterdesakan yang berjejal di otakku, atau juga terhanyut dan tenggelam dalam kesenangan menyelami buku. Seperti kau juga tahu bilapun harus menikmati indahnya dunia luar, tak lepas dari izin atau keberadaanmu yang mendampingiku melihat sekitar. Hingga suatu hari nanti mungkin aku akan sering mengganggu malammu di kamar sendirian, karena harus memberi pelayanan atau menyaksikan kelahiran. Ah… tak apa-apalah bila aku tak mengenal emansipasi yang saat ini menggelegar dengan berbagai teori, padahal dien kita telah menjunjung tinggi kaumku dengan aturan yang pasti, demi kehormatan dan harga diri. Aku tak pernah lupa pendapatmu di suatu sore, “Dami, Tuhan itu punya kuasa untuk menciptakan pribadi yang berbeda-beda. Keberagaman paradigma itu bukanlah suatu persoalan yang harus dipersalahkan keberadannya, namun justru kesyukuran memperkaya pengetahuan dan ladang ibadah kita, selama itu tidak bertentangan dengan aturan dien sesungguhnya. Yang sama adalah bahwa setiap manusia mempunyai hak atas penentuan hidupnya!”

Yabi, jangan herankan aku yang sering menangis! Kau tentunya tahu bahwa aku terlalu sensitif dan sangatlah peka, sehingga menjawab segala ujian hidup dengan air mata. Maafkan bila aku sering kali menancapi telingamu dengan berbagai celotehan yang tak jarang menimbulkan kebosanan dan kekesalan. Aku yang begitu senang menanyai segala hal padamu, mengeluh banyak hal padamu, sampai merajuk hal sepele padamu. Tak usahlah kau memarahiku dengan bentakan, karena nasehat lembut dan diammu lebih meluluhkan, terkadang aku hanya perlu waktu untuk menenangkan. Ah… tak apa-apalah bila orang lain menganggapku lemah karena rengekan, nyatanya canda tawa menghantarkan dosa bila berlebihan. Cukuplah kau yang menjadi saksi setiap buliran air mata, dengan bahumu yang menjadi sandaran duka, genggamanmu yang mengobati luka, atau senyumanmu yang menghantarkan bahagia. Aku tak pernah lupa perkataanmu di suatu petang, “Dami, setelah Tuhan mengikat kita dengan senyuman malaikat yang menghantarnya, maka  luka dan duka adalah bersama, senyum dan canda adalah bersama, karena bersama adalah ibadah sebenarnya!”

Yabi, jangan herankan aku yang tak bisa romantis! Kau tentunya tahu bahwa aku lebih banyak diam setiap menikmati rembulan. Aku memang tak bisa berbuat banyak saat kau tengah bercumbu dengan kertas-kertas kerjamu, tak bisa membantu saat kesulitan permasalahan menjejali otakmu, juga tak bisa memahami jalan pikiranmu yang lebih rumit dan jauh melesat dariku. Aku hanya bisa menyajikan secangkir kopi hangat dan sepotong kue saat kau bosan, menyeka keringat di keningmu saat kau tampak kelelahan, juga menyediakan kedua telingaku saat kau butuhkan. Ah… tak apa-apalah bila aku justru kesulitan mengeluarkan apa yang ingin isi hatiku ungkapkan, hanya sebuah pengingat yang kuhaturkan saat kau melelah sampai kemalaman, bahwa sudah waktunya untuk tidur agar fajarmu menyegarkan, tak lupa minum vitamin dan berwudhu sebelum terlelapkan. Aku tak pernah lupa pesanmu di suatu malam, “Dami, jangan terlalu mengkhwatirkan aku dengan merapikan kertas kerjaku. Namun jangan pula mengabaikan aku yang sering kali melupakan arti keberadaanmu!”

Yabi, masih ingatkah pertanyaanmu yang belum kujawab ; “Berapa ya yang akan memanggil kita Ayabi dan Bundami?”

Yabi, aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Jemariku tertahan di sini…


-saya suka hari jum’at-
Januari ‘11

*ah, fu… lagi! Kau menulis kontroversi! ^^

Ini fu tulis untukmu, a.... afwan baru sempet post di sini... ^^

Rabu, 26 Januari 2011

Sekejap saja

Originally created by Fu

From Edelweiss

Satu datang satu hilang, tawarkan izin sampan petualang. Satu ingin memetik, merasa diri bergelar cantik. Ah… kau tak sebanding Bilqis yang memesona Sulaiman, nyatanya aku tak merasa tampan. Aku hanya bunga liar, terjerembab dingin mengakar. Bukan menanti yang memesona, namun ia yang bersahaja.


Satu datang satu terbang, torehkan intip sekilas pandang. Satu ingin menyihir, merasa diri begitu mahir. Ah… kau tak sebanding Aisyah yang meriwayat hadits terbanyak, nyatanya aku tak pandai bersajak. Aku hanya bunga sendu, terbungkus gelap memilu. Bukan menanti silau menyinar, namun cahaya yang berpendar.

Satu datang satu melayang, inginkan sentuh genggam mengenang. Satu ingin menangkap, merasa diri punya perangkap. Ah… kau tak sebanding Zulaikha atas Yusuf yang terhempas, nyatanya aku jelata minoritas. Aku hanya bunga kusam, tersingkir seleksi alam. Bukan menanti tahta penguasa, namun titah Maha Kuasa.

Satu datang satu menyimpan, poleskan senyuman dalam iman.

Satu datang satu tersimpan, bukan olehku melainkan Tuhan.

Satu saja, bahagia. 



*Ia menaruhku di atas meja kerjanya, hingga kelopakku mengering dan tutup usia.

_dalam mendung yang rindu lembayung_
10.45 WIB
Safar 1432 H

...setelah menerima satu kejutan lagi... 

#Puisi ini fu posting di fb dua hari kemarin. Afwan baru sempet post di sini ya, A... Aa, ngerti kan? Cuma Aa yang pasti ngertia apa maksud puisi ini... Always miss u... ^^

Senin, 24 Januari 2011

MMS~Kangen

Assalamu'alaykum wr wb...

Aa... ;p kangen ya? hehe... Udah tiga hari ini fu gak posting di blog, hhe... entah kenapa tiap klinik tutup, bawaannya ngantuk berat, soalnya kecapean banget, jadinya langsung tidur dan gak sempat OL... Maaf ya ndak sempet posting di blog... Hmmm... mau cerita apa yaks? ya seperti fu bilang kalau minggu kemarin merasa aneh, ada yang ilang, apa tapinya yah? yah lebih geje, hehe... tapi Alhamdulillah meskipun agak Bete kegiatannya, tapi fu always try to smileeee... ^_________________________________^ Cheeerrrrsss tuh kan lebar banget, hehe....

Nah, lucunya, pas bu lagi ngerasa geje, fu sempet minta CINTA-nya Fu (Tapi bukan Aa... ni mah akhwat da... hehe...) buat ngirim MMS foto terbarunya, dan kita berbalas foto lewat mms... Haha.... aneh yah kita... yah lucu-lucuan... Dia manggil fu Ayang... ( ay..ay...ay aishiteru...) dan fu manggil dia Cinta... (ta...ta...ta... Ce I eN Te A....) Fu saaaaayaaaaaaaaaanggg banget sama dia... Hmmm... dia itu emang the best dari yg ter the best. Ah, baik buruknya fu dia tahu deh, hehe.... (Jangan Jeles yah??? ting... ting... kiceup..kiceup...)

MAka dari itu fu ndak pernah ngerasa kesepian atau terjauh dari kawan, soalnya ya ada yang selalu siap nampung keluh kesah fu, salah satunya ya Cinta fu yang satu itu, My best PACAR... haha... (JEPLAK!!!) Ah... fu kangen banget sama dy. Kangen seseriusan bareng.... Aslinya kalo mau seriusan, becandaan, idealis2an, so'soan tuh sama dy enaknya... Nyambung... hehe.... ya soalnya kita udah tahu sama tahu kali yaaa.... Kangen banget hunting buku bareng di toko buku langganan kita yang super diskon yaitu Bandung Book Center alias BBC. Hwaaa.... dy suka rekomen buku-buku bagus yang harus fu baca... Hmm... my lovely honey bunny sweety pokoknya....

Kangeeeeeeeeeenn banget. Kangen nanarsisan poto bareng. Kangen manyun-nya dy, kangen ciri khas dy yang klu ngomong keseringan was wes wos nafasnya kedengeran, hihi... kangen juga naik angkot di depan ma dy, yang selalu keukeuh kalau naik angkot itu harus cari yang bangku depannya kosong, "Di Bandung itu banyak copet, fu, jadi duduk di depan lebih aman!" Jihaaa.... dy emang ngangenin. Dibalik kedewasaannya yang emang super duper JLEB! kalau udah nasehatin, dy juga manja, aslinyaaa... home sick-an orangnya, heu... ya mungkin karena nggak pernah jauh dari orang tua kali yaa... ;p dan yang paling khas adalah, ORANG BANDUNG TAPI GAK BISA NGOMONG SUNDA!!! Aslinya, dy itu ngindo banget, elitan klu orang Majalengka bilang mah, hehe....

Ahhhhhh.... Fu kangen dya... Semoga Allah bisa mempertemukan kami lagi, tapi kapan yaaaaaa?? T_T
Hanya bis aberdoa semoga Allah selalu melindunginya, Amin.... ^^


Lilinnya kereen... suka deeehh... hwaaaaaaa... kangen pipinya yg chubby n bibirnya yg luchuuu... ;p
Ta... fu kangen.... Ufffaaaaa.... 


Dan Fu khusus poto nggak jelas n ngasal inih, berantakan lagih..... lalu sent mms balik... ;p

I Love her very much, A.... ^^

Dia suka Ijo banget, dan Fu suka Ungu banget, Kita tuh bertolak belakang banget tapi nyambung banget.... Ijo dan Ungu itu emang kolaborasi yang Kwereeeeen... ^^

Aa, sukanya warna apa c? ^^ TApi pasti kita mah nyambung, yakin da... karena Allah yang mempersatukan kita.... ^^ senyuuummm.... ;p

Kamis, 20 Januari 2011

Idola ~ Dakwah

Aa…. Masih inget tak tentang salah satu karyawan klinik, yang selalu cubitin pipi fu terus, dan tak lupa bilang, “Bu bidan cantik, manis, imut-imut kaya marmut…” (PLAK! Cihuyy… pipi fu jadi ranum…. Hehe….). Inget kan? Tahu, nggak a, Alhamdulillah dia memutuskan untuk memakai kerudung, dan juga mulai sholat lagi. Padahal pas pertama kali ke klinik, dia gak pernah fu lihat sholat sama sekali, a… Fu sempet sedih, dan nanya baik-baik, akhirnya dia bilang jujur kalau emang jarang sekali sholat, padahal dulu nya juga katanya rajin ngaji lho, A… Ya mungkin karena pergaulan dan lingkungan juga ya, A… ditambah keluarga juga tidak terlalu memperhatikan masalah itu. Ya Allah… fu hanya bisa sedih, terus diem, karena fu ngerasa ndak bisa buat nasehatin atau gimana. Namun, ternyata diam-diam dia suka merhatiin fu. Dia bilang, dia meng-idolakan fu. Dia ingin seperti fu yang pake kerudung, rajin sholat, dan sebagainya. Fu kaget waktu dia bilang ke semua penghuni klinik kalau dia ingin pake kerudung. Dan saat ditanya alasannya, dia bilang karena dia ingin seperti Fu. Lucu ya, A… padahal fu sama sekali gak pernah nyuruh dia gimana2. Hanya pernah nanya, “Kamu lagi haid? Kok Teteh gak pernah liat kamu sholat?” Untungnya dia orangnya ndak mudah tersinggung, jadinya dia Cuma senyum-senyum terus curhat, gak tersinggung sama sekali.

Alhamdulillah… fu seneng sekali, padahal fu hanya mendoakan dalam hati semoga dia mendapat hidayah dari Allah… Orangnya manis, A… ngajinya juga cukup lancar. Kan sangat disayangkan kalau gadis semanis dia, punya pengetahuan, tapi tidak mengamalkannya. Alhamdulillah, saat dia memutuskan untuk pakai kerudung pun, dia minta antar fu ke pasar buat bantu milihin kerudung dan sekalian brosnya juga. Terus dia juga rajin sholat sekarang. Tiap adzan pasti dia langsung kasih tahu fu, soalnya kadang suka ndak kedengeran adzan disini. Dia tahu soalnya fu rajin banget nanya, “Udah adzan belum sih? Kok nggak kedengeran yah?” Jadinya tiap adzan bunyi dia langsung bilang ke fu, terus bilang, “Bubid, udah adzan, Bubid dulu yang sholat, kan kalau fans mah udah idolanya sholatnya” Haha… dia memang ada-ada saja. Orangnya baik lho, A… setelah mulai rajin sholat lagi, dia juga selalu pinjem mushaf fu untuk tilawah. Hmm… fu ingin sekali ngasih dia mushaf Al-Qur’an juga kerudung-kerudung fu yang udah nggak fu pakai soalnya pendek. Hehe… Iya sih, dia baru pakai kerudung pendek, tapi segitu juga Alhamdulillah kan yah, A…. Ada niat untuk memperbaiki diri… Ya Allah… senangnya… ^^ Nah, sekarang ini, karena fu sedang haidh, makanya jadi kangen omongan dia yang bilang, “Bubid, udah adzan tuh!”. Malah sekarang gentian Fu yang suka nanya dia, “Hayooo… udah sholat belum?”. Saling mengingatkan dalam kebaikan karena Allah itu sungguh nikmat ya, A… ada kebahaghiaan tersendiri yang tak bisa digambarkan… ^^

Hmm… selain dia, kemarin juga adiknya salah satu karyawan klinik juga nanya-nanya tentang “Mendalami Islam” sama Fu. Dia katanya ingin pakai jilbab juga. “Bubid, saya juga ingin ih kaya Bubid, pakai jilbab, tertutup, seneng ngeliatnya.” Subhanallah… padahal fu tidak pernah membahas mengenai kewajiban menutup aurat atau sebagainya. Prinsip Fu, kalau fu dimintai pendapat maka baru fu akan berbicara, soalnya fu jg harus toleransi bahwa setiap orang juga berhak untuk memutuskan apa yg terbaik untuk dirinya, karena itu adalah tanggung jawab dia sendiri. Asyik deh, A, waktu cerita-cerita sama dia. Dia lulusan SMA, kerja di pabrik,  tapi pengetahuannya lumayan luas, dan bisa diajak ngobrol serius. Senangnya… Ya fu kasih masukan dan pendapat fu sesuai apa yang ia tanyakan dan perlukan. Ya fu juga bilang kalau setiap hal itu haruslah berproses, tidak harus sekaligus, Alhamdulillah kalau sudah ada niat, insya Allah tinggal dikuatkan, nanti pun Allah beri jalan. Sekarang mah jangan lupa sholatnya harus tetap dijaga, tilawahnya juga. Insya Allah kalau nanti mau minta pendapat Teteh lagi, akan teteh kasih sesuai permintaan kamu. Hmm.. mungkin fu belum bisa untuk berkoar-koar di depan banyak orang, berdakwah secara terang-terangan dan diketahui banyak orang. Namun setidaknya fu ingin memberi kontribusi kecil bagi lingkungan fu sendiri. Fu sih berpikirnya, setidaknya bila fu tidak bisa bicara, ya fu tunjukkan dengan sikap, tingkah laku dan kebiasaan yang fu lakukan. Karena dengan itu, akan dilihat, dan mudah-mudahan dapat member sedikit kebermanfaatan…^^

Hmm..tentulah fu tidak pantas jadi idolah, namun sungguh suatu kenikmatan tiada tara dengan syukur yang tak hingga saat diri ini dapat memberi kebermanfaatan meski hanya sedikiiiiiitt sajaaa… Hanya itu harapan Fu, A… Meski dengan ilmu fu yang masih sangat sedikit, dan mungkin masih tidak layak untuk berdakwah atau apapun. Tapi fu paling senang kalau ilmu yang fu tahu itu, dapat fu bagi pada orang lain. Bukan karena pemaksaan untuk melakukan apa yang fu yakini, tapi karena keinginan orang itu sendiri yang memintanya… ^^ Insya Allah... semoga fu bisa memperbaiki diri, dan menjadi jauh lebih baik dan lebih baik lagi sepanjang hari... ^^

Aa… semoga kita istiqomah di jalan ini ya… Insya Allah nanti setelah fu bertemu denganmu, fu yakin pasti bisa lebih kuat dan yakin lagi. Sekarang ini, fu coba sebisa mungkin dalam menebar ilmunya ya… Doakan Fu, insya Allah fu juga doakan Aa… ^^

Amin….

*Yang eni, gak mau stabilo2an ahh... ;p

Rabu, 19 Januari 2011

Nikah Melulu Bahasannya

Udah gak aneh kali ya orang menyimak fu yang selalu membahas NIKAH, CINTA, NIKAH, CINTA, nyang itu lagi, itu lagi. Kek-nya hampir seluruh dunia itu. Seperti kata seorang kakak kalau fu tuh serasa ingin memberitahu dunia kalau "Fu ingin nikah!". Hwaaa.... skak matt aku dibuatnya. Sempet down dan malu! Tapi kenapa juga harus dibuat jadi bahan yang membuat down. Toh keinginan saya itu mulia kan? Ingin Menikah? Menurut Fu sih gak apa-apa, itu berarti fu itu diperhatikan dan dipedulikan, sampe-sampe semua orang tahu kalau "Si Fu mah ingin nikah muda!", Ya jadi kan bisa didoain... ^^ Amin... Kek-nya di jidat fu tuh terpampang, "Si Fu yang ingin menikah!" Hwaaaaaa... JEPLAK!!!

Tapi fu nggak pernah malu kalau semua orang tahu fu ingin menikah muda, malah dari orang-orang terdekat fu semua mendukungnya. Mereka mendoakan malah! Sahabat deket fu saja sampai bilang, "Fu mah emang udah waktunya, soalnya kamu itu dewasa sebelum waktunya, pola pikir kamu melebihi teman-teman sebaya!" Hwaa... skak matt saya dengan kata-kata sahabat saya yang JLEB! itu. Meskipun banyak orang yang kek-nya risih dengan keinginan fu nikah, tapi ada orang-orang yang tidak pernah risih untuk mendengar celoteh fu tentang itu. Yaitu mama terutama. Mama tak pernah melarang atau apapun, bahkan mau mendengarkan dan memaklumi. Selain mama, karyawan di klinik fu kerja pun tak pernah mempermasalahkan itu. Bahkan mereka mendukung dan suka becandain fu. Ada juga yang nasehatin dan mau berbagi pengetahuannya mengenai pernikahan. Ahh... senangnya.. setidaknya saat ini merekalah orang yang berada dekat dengan fu, mau mendengar celotehan fu yang selalu mupeng kalo ada berita seleb nikah! Hwaaa.... langsung ajah tuh di benaknya, "SAYA KAPAN YA?" Jiaaaaaaahhh!!! selaaallluuu ituuu....

Kalau ada yang nanya, "Kenapa sih bahasannya NIKAH melulu?" Ya karena saya memang ingin menikah muda! Hehe.... itu jawaban simpel saya. Sebenarnya banyak hal yang melatarbelakanginya. Bagi seorang perempuan, "tujuan/alasan" menikah itu tentunya akan sedikit berbeda dari laki-laki. Hasrat seksual itu bukanlah yang pertama dan utama, bahkan mungkin kesekian. Meskipun toh itu juga termasuk hal utama yang membangun suatu pernikahan nantinya. Menurut fu, bagi perempuan, keinginan menikah itu lebih pada rasa tenang dan nyaman karena telah mempunyai seseorang di sampingnya. Bisa menjalani hal yang biasanya dilakukan sendiri menjadi berdua, mengamalkan ilmu berdua, semua berdua, ya untuk mencari Ridha-Nya tentunya.

Ya, apalagi untuk perempuan macem fu ini. Yang udah 21 tahun jomblo... Hellooooww gak laku-laku juga neng? Haha... mungkin itu kali yaaaa komentar banyak orang, heuheu... Jadi, ya rasa tenang dan nyaman itulah yang diharapkan. Klo ada yang genit atau senyam senyum ngeliatin, langsung deh fu menunjukkan cincin di jari manis fu yang seolah-olah ngomong (maaf, anda terlambat! Jihaaaaa....). Terlebih lagi fu kan biasa kemana-mana sendirian, nonton bioskop ajah sendiri, belanja sendiri, apa-apa sendiri, jadi kan enak yah klu nanti mah ada yang nemenin, halal lagih!!! (Aheuuuyy..prikitiwww... awas ada si Fuuu!) Terus juga, fu tuh sangat ingin segera berkreasi masak memasak... Huhuuu... really love cooking so  much.... nanti kalau udah punya suami kan pasti lebih rajin buat bikin kreasi makanan baru, soalnya ada yang "Ditanggung jawabi" (Halah... istilahna.. PLAK!!!)

Alasan lain, yaa untuk profesi BIDAN yang berhubungan sama Menikah, Merencanakan Keluarga, Mempunyai Anak, Mendidik anak, Aahhh.. itu semua membuat nasib para midan muda diharuskan untuk menikah segera, alias menikah muda! JEPLAK!! (Ngeri beneeerr,,,,) Ya begitulah... jadi suka dipanas-panasin sama pasien, tapi ya banyak juga yang doain.... (Kompoooorr kali manasin... heu...) Soo... menikah adalah salah satu jalan keluar agar gak disebut BISANYA NGOMONG DOANG! Fiuuuwwhhh Complicated....

Ya, meskipun fu akui, bahwa mungkin PERSIAPAN yang fu lakukan belum maksimal. Tapi bukankah itu relatif ya? Kalau mikir terus yang PERPEK, mau sampai kapan? Bukankah yang namanya perbaikan itu mah kewajiban seumur hidup? Jadi nanti bisa dijalankan bersamaaa...^^ Insya Allah... Ah... entahlah, tapi yang jelas seperti fu bilang, kalau fu yakin sama apa yang Allah takdirkan. Jadi meskipun keinginannya dateng dari sekarang-sekarang dan serasa belum ada kejelasan,kalau kata Allah nikahnya tahun ini atau bahkan besok pun, bisa jadi kan? Ahhh.... kejutan-kejutannya Allah itu selalu ajaiiib!!!Dan insya Allah fu selalu menyukainya... So STILL WAIT ^^

Jadi, kalau ada yang bilang "Nikah Melulu Bahasannya,", fu akan mantap menjawab, "Biarin, supaya banyak yang doain!" ^^

Meracaaaau yang menyenangkan... Allah... fu sayaaannngg Allah... ^^ Selalu ada saja caraMu membuat Fu senyum dan bahagia, padahal menit sebelumnya fu masih cemberuuut.. ^^ Harus senyum teruuuuuuuuuuussss.... Hadapi semuanya dengan senyuman dan kesabaran...

^^ BISMILAH...........

Selasa, 18 Januari 2011

Meyakinkan Hati bahwa Itu Kamu

Assalamu'alaykum wr wb...
Listen me, please! wanna? really? Thanks....

Sekarang saya tidak ingin bermanja untuk bercerita menggunakan sudut pandang orang pertama dengan nama panggilan saya seperti biasa, yaitu "Fu". Kini saya ingin menyebutkan diri saya sebagai "saya", karena saya tak mau kamu salah faham bahwa saya telah bermanja padamu, karena saya pun tidak pernah tahu itu adalah "kamu" atau bukan. Resapi cerita saya...

Saat banyak orang yang bertanya kenapa saya bisa sampai bertahan menjadi gadis berprinsip yang tak pernah tersentuh lelaki manapun, bahkan sampai 21 tahun yaitu selama saya hidup, saya juga sebenarnya bertanya-tanya pada diri saya sendiri. Meskipun saya akan selalu menjawabnya dengan senyuman tersipu ditambah dengan sedikit komentar yang terkandang bernada candaan, seperti "Belum dapat izin orang tua...", "Belum ada yang mau...", "Dulu nggak kepikiran, kalau sekarang belum waktunya saja kali ya....", atau jawaban-jawaban lain. Jawaban atas pertanyaan, "Kenapa belum pernah pacaran?". Saya sendiri tidak tahu kenapa, karena justru setelah jawaban-jawaban yang saya lontarkan itu, langsung mengantri berjubel pertanyaan yang mampir di benak saya. Mungkin orang yang mengerti hukum Islam “sebenarnya” tidak akan bertanya mengenai hal demikian, karena toh di dalam Islam pun memang tak diperbolehkan.

Saya akui bahwa dulu saat masa-masa sekolah, alasan saya untuk tidak mempunyai ikatan khusus dengan laki-laki seperti yang maraknya remaja saat ini lakukan, adalah karena orang tua saya yang memang tidak mengizinkan. Namun seiring perkembangan pengetahuan saya terutama karena petunjuk Allah yang terus membimbing saya, maka saya pun semakin yakin bahwa memang inilah anugerah dari Allah. Inilah jalan Allah untuk membuat saya hanya khusus untuk suami saya. Tanpa pernah menjadi “mantan” lelaki lain, bermesraan dengan lelaki lain, atau juga pernah bersentuhan dengan lelaki lain. Naudzubillahi mindzalik… Jalan Allah yang membuat orang tua saya terutama mama melarang keras menjalin ikatan khusus itu, meskipun dulu alasannya adalah karena akan mengganggu sekolah. Namun sekarang, mama bangga pada saya karena telah menemukan sendiri apa alasan ketidakbolehan itu sebenarnya. Allah menuntun saya perlahan tapi pasti, (saya menangis menulis kalimat ini). Saya bersyukur pada Allah, syukur yang tak hingga.

Dibalik kesyukuran saya, saya akui juga masih menyisakan banyak tanya. Tanya atas kebenaran niat saya untuk tidak mau menjalin hubungan dengan lelaki manapun, sebelum saya bertemu kamu yang Allah takdirkan untuk saya. Tentu saja saya tidak pernah meragukan prinsip yang sudah saya tanam kuat dalam hati dan pikiran saya. Tidak ada sesal sama sekali, karena semuanya saya lakukan memang karena Allah, insya Allah. Saya terlalu takut pada murka Allah dan berkhianat pada seseorang yang Allah hilangkan rusuk kirinya untuk saya. Wallahi, saya hanya ingin kamu adalah yang pertama memiliki saya secara kaffah.

Mungkin saya disebut aneh dan gila karena kuatnya prinsip yang saya pegang itu. Selama ini berbagai kontroversi telah saya alami, mulai dari “kecemburuan” yang terkadang hadir saat kawan-kawan lain mempunyai tempat mencurahkan isi hati meskipun belum halal, pandangan bahwa saya tidak ada yang mau, sampai pada anggapan bahwa saya terlalu pemilih. Saya juga sering bertanya pada diri saya sendiri, apakah benar niat saya untuk menemukanmu itu? Bukan karena saya yang terlalu pemilih, bukan karena saya yang terlalu banyak pertimbangan, bukan karena saya yang mungkin saja mengenyampingkan Allah dengan mengatasnamakan perasaan. Astagfirullah… Na’udzubillahi mindzalik.

Saya akui, bahwa sebagai manusia biasa, saya juga pernah dihinggapi fitrah yang Allah berikan untuk semua hamba-Nya, yaitu mengenai “rasa”. Rasa yang tidak pernah saya sebut “Cinta”, karena yang saya yakini, rasa cinta pada seorang lelaki hanya akan saya rasakan dan persembahkan untukmu kelak. Jadi bila saya merasa suka pada seseorang, itu tidak saya sebut “cinta”. Entahlah apa sebenarnya pemikiran saya, namun saya sudah bilang kan kalau saya memang orang yang aneh. Namun insya Allah keanehan saya tidak melebihi batas kesebaban karena Allah. 

Ya, silih berganti lelaki hadir menawarkan sebuah rasa pada saya. Apakah itu sejak saya masih disebut anak bawang sampai saya yang sekarang. Mereka tidak pernah menetap di hati saya. Berganti seiring waktu yang berjalan dan petunjuk Allah yang meyakinkan. Sempat hadir pertanyaan berat di benak saya, bagaimanakah saya yakin bahwa itu adalah “kamu” jikalau selalu seperti ini jadinya. Bila tidak saya yang mundur teratur, dia yang mundur teratur. Bila tidak saya yang tidak memiliki rasa, dia yang tidak memiliki rasa. Mari kita bahas satu persatu.

Bila tidak saya yang mundur teratur, dia yang mundur teratur. “Sekufu” adalah hal yang memang tak bisa dijabarkan secara jelas, tak seperti rumus matematika atau fisika. Makna “sekufu” adalah menjadi relatif tergantung bagaimana seseorang memandangnya. Saya pernah mundur teratur karena rasa “ketidakpantasan” saya untuk mengharap lebih. Dan banyak juga yang pernah mundur teratur dengan berbagai alasan, entah karena saya memang tidak pantas untuknya atau juga karena dia sendiri yang merasa tidak pantas untuk saya. Pantas dan tidak pantas itu seharusnya ditetapkan bila memang sudah ada proses yang seharusnya dijalankan sesuai syariat Islam. Jadi, yang saya yakini sekarang adalah seperti dalam tafsir surat Annuur  ayat 26, bahwa “…wanita yang baik untuk laki-laki yang baik…”. Saya memang bukan perempuan langit, oleh karena itu saya juga tidak berani untuk mengharap lelaki langit. Saya hany amengharapkan ia yang berani “bertanya” dan mau menerima saya apa dengan segala cacat dan aib diri saya.

Bila tidak saya yang tidak memiliki rasa, dia yang tidak memiliki rasa. Masalah hati adalah hal yang cukup sulit untuk diterka. Saya pernah berada dalam kondisi yang orang istilahkan “bertepuk sebelah tangan” dan “membiarkan tangan bertepuk sebelah”. Ya, picisan memang. Tapi itu nyata pernah terjadi, ya mungkin juga saat ini. Pernah membuat orang kecewa tentunya berbalas untuk merasakan kekecewaan juga, meski di lain waktu dan cerita. Saya memang aneh, saya sangat susah untuk mempunyai “rasa” sekaligus susah untuk melupa “rasa.” Mungkin karena karakter saya yang kata teman-teman setia namun perfectionis. Ah, tapi menurut saya alasan sebenarnya adalah karena memang Allah yang menggerakkan hati saya. Saya selalu bersyukur atas apa yang Allah beri, saya terima karena semua itu adalah anugerah, entah itu rasa sakit, sehat, sedih, bahagia, luka, tawa dan semuanya, itulah anugerah Allah yang yang harus saya terima dengan ikhlas dan rela hati. Insya Allah…

Jadi, sesuai dengan apa yang telah dibahas, saya mulai muncul tanya di benak saya, mengenai bagaimana saya meyakinkan hati saya bahwa suatu saat ada seorang pangeran yang datang itu adalah “kamu”. Saya tahu teorinya sesuai dengan beberapa nasehat yang masuk ke hati saya bahwa “Cukuplah Allah yang menjadi penjawab segala tanya dan penenang hati.” Seperti kata seorang kakak : “…percayalah bahwa Cinta itu datangnya dari Allah. Dan Dia akan hadirkan cinta itu untuk seseorang yang namanya sudah Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz, dengan sangat ajaib. Jadi, persiapkan hati kita untuk hadirnya rasa yang ajaib itu.”

Saya mempunyai doa untuk memperkuat kesabaran saya ketika fitrah Allah berupa “rasa” hadir di hati saya. Doa yang sejak dulu selalu saya panjatkan pada Allah untuk tidak membuat-Nya murka atas niat dan hati saya yang sering kali keruh. Saya berdoa :

“Ya Allah… jikalau dia memanglah bukan yang engkau takdirkan untuk saya, maka musnahkan dan buang perasaan itu, agar tak semakin mengotori hati dan pikiran saya, terutama agar tak membuatMu murka karenanya. Namun, jikalau dia memang yang engkau takdirkan untuk saya, maka berikanlah kesabaran dan kekuatan dalam menghimpun keterserakan antar kami berdua. Berilah keyakinan, kesetiaaan, lalu keberanian pada hati kami berdua.”


Saya juga mempunyai doa untuk meyakinkan hati saya bahwa itu kamu. Doa yang sejak dulu saya gantungkan di atas langit dan berharap Allah mengizinkannya. Saya berdoa : 

“Ya Allah… jikalau suatu saat saya bertemu dengan ia yang kau takdirkan untuk saya, maka yakinkan saya dengan membuat hati saya tidak tertarik pada lelaki manapun dan tidak goyah karena alasan apapun. Ya Allah… yakinkan hati saya dengan membuat saya menerima apa adanya dia bukan menerima dia karena ada apanya. Ya Allah…yakinkan hati saya dengan kesiapaan, kerelaan, dan keberanian untuk saling membuka, menerima dan menutup aib pada diri kami berdua. Ya Allah… yakinkan hati saya dengan membuat saya untuk tidak mencari-cari celah kekurangannya, seperti yang selama ini saya lakukan atas dasar penjagaan sesuai apa yang memang seharusnya*. Ya Allah… yakinkan hati saya... yakinkan hati saya… yakinkan hati saya dengan keyakinan atasMu yang lebih dari segalanya, agar tak mendahului apa yang telah Engkau tata, agar tak membuatMu murka atau RasulMu menitikkan air mata, atas apa yang tidak seharusnya.”

Saya tak mau meminta segera, karena itu berarti saya telah memaksa Allah untuk merombak yang yang sudah digariskan ketetapanNya. Saya juga tak mau berdoa secepatnya, karena siapa tahu saja saya telah mengatasnamakan niatan suci padahal mengenyampingkannya karena nafsu belaka. Saya tak mau meminta segera atau secepatnya, karena itu tergesa-gesa dan seolah memaksa. Saya hanya meminta pada Allah untuk memberikan kesiapan dan kerelaan menerima, atas apa yang Allah gariskan untuk saya, agar saya senantiasa mensyukurinya.

Amin Ya Rabbal’alamin.
Terima kasih telah membaca.

-Safar 1432 H-
menjelang pukul 00.00 WIB

Kemarin

Originally created by Fu

Kemarin malam, saat semua telah terlelap, berselimut dingin yang pekat, ia datang membawa semangkuk senyum yang mengerak. Senyum telah terkikis perlahan oleh keserakahan logika yang bermahkotakan munajat. Logika telah memasung nurani yang telah menyerahkan diri pada ketidakberdayaan takdir yang terlahap. Takdir telah meniupkan puing-puing sua semakin samar, berteka-teki lengangnya jalan yang memudar, untuk aksara yang terserak, kata yang berkarat, juga kalimat yang mengendap. Menutup ruang untuk sejenak mereda sesak, menyeka keringat, atau bahkan menanya hasrat, padaku yang tengah berontak.

Kemarin pagi, saat semua telah bersiap, berjubah kehangatan yang kasat, ia datang membawa segelas tawa yang berdecak. Tawa telah teriris lamban oleh kemunafikan akal yang bertahtakan mukjizat. Akal telah menyembelih hati yang telah memasrahkan diri pada kelemahan asa yang terkesiap. Asa telah mengundurkan diri dari keyakinan yang mengobar, untuk kecewa yang meriak, cemburu yang menyayat, juga bahagia yang menguap. Melayangkan mimpi untuk seketika memulai babak, mengepakkan sayap, atau bahkan mengakhiri pukat, padaku yang tengah tergeletak.

Kemarin sore, saat semua melelah nikmat, ia mengajak senja bersajak, pada sepucuk daun yang menyelinap. Begini ia berujar :

Kepada senja :

Meratap langit seperti cerahnya
pagi yang mengawal pergi,
berjejal sesak di keramaian
panjang berujung lelah
saat birunya begitu indah
: dan kau bilang barulah itu anugerah

Meratap langit seperti anggunnya
malam yang mengakhir tiba,
berkerumun padat di kesunyian
panjang yang berujung lengang
saat hitamnya begitu tenang
: dan kau bilang barulah itu sembahyang

Meratap langit tak ubahnya
menghilangkan indahmu sendiri,
memesona dalam perbatasan
garis takdir yang membekas
saat jinggamu begitu lugas
: dan kau selalu bilang itu tak pantas

tak adakah senyum syukur atas
ronamu yang indah? ataukah
haru sesal atas
kemilaumu yang tenang

merah saja telah berserah pada
langit yang meleburkan cahaya bersama
kuning yang mematuh titah
: dan aku bilang itulah sejatinya ibadah

*menelusuri larik ketangguhan semesta yang tegar termakan teorema kehidupan.

00.45
Safar 1432 H

#untuk yang bertanya dan tertanya, melupa dan terlupa, berdoa dan terdoa, Tuhan itu selalu ada. Bukan untuk menjawab tanya tapi menghadirkan nyata, bukan untuk mengingatkan lupa tapi memberikan hidayah-Nya, bukan untuk mengabulkan semua doa tapi memberikan kesemestiannya. Untuk kita semua terima.
# Ini Notes yang fu publish di fb kemarin... ^^ Kamu pasti mengerti maksudnya, kan A...? Merindukanmu... ^^ Bismillah....

Sabtu, 15 Januari 2011

Pacar-pacarku

Notes ini fu posting di FB minggu kemarin, lupa dimasukin ke blog, A... afwan ya... So, cekidot..^^

Originally created by Fu

Komentar pertama
“Bid, sejak kerja di sini, gak bisa malem mingguan donk yah?” ungkap seorang Dokter pada saya.
“Ya, tetep lah, Dok. Masa malam seninan?” balasku bercanda.

Komentar kedua
“Bid, kasian donk yah pacarnya jadi jarang ketemu.” ungkap seorang Dokter lagi.
Saya hanya tersenyum.
“Tak bertemu, sms pun jadi.” ungkapnya lagi karena melihatku tersenyum-senyum sambil memegang hp.

Komentar ketiga
“Bid, pacarnya orang mana?” tanya seorang karyawan klinik.
“Saya nggak punya pacar, Teh.”
“Ah, bohong, gak percaya.”
Saya hanya tersenyum, lalu kembali mengetik sms yang sempat terhenti.

Obrolan semacam ini sering kali terjadi. Maklumlah, sudahnya bidan satu-satunya, masih muda (termuda tepatnya hehe…), belum menikah pula. Sehingga sering kali menjadi bahaan godaan dan candaan karyawan klinik (nasip…nasip… *mengelus dada). Ditambah kebiasaan saya yang sering kali mengajak senyum hape atau leptop, bahkan bisa tertawa karenanya. (Kayaknya kalau itu penyakit dari dulu, bahkan ibu asrama pun tahu kebiasaan saya yang suka senyum2 sendiri di depan leptop!Fiuwhh… Autis). Jadi wajarlah kalau mereka selalu bilang tidak percaya kalau saya bilang “Tidak punya pacar!”, karena bukan hanya saja di malam minggu, namun di hari-hari lain pun hp dan leptop adalah dua hal yang rutin saya beri senyum setiap hari. (Haduh… kayaknya harus diperiksa ke ahli jiwa kamu, Fu! Hehe….)

Hari-hari saya tidak pernah sepi. Bagi saya hari itu terlalu sia-sia untuk dihabiskan dengan “doing nothing”. Jadi di saat saya memiliki waktu luang, saya usahakan untuk melakukan apa saja. Meskipun hal tidak penting sama sekali. (Halah… kamu memang aneh, Fu!) Sesekali di waktu luang (setiap hari malah) saya sering sms-an dengan beberapa orang. Entah itu sms curahan hati, konsultasi, berbagi hikmah, atau mencari solusi. Jadi, tidak salah juga karyawan klinik menganggap saya berbohong mengenai status saya yang tidak punya pacar. Karena buktinya saya memang punya pacar. (Ngalieurkeun kamu mah, fu!) Bukan satu malah, tapi ada berapa ya? Bentar saya hitung dulu! (Lha… itu saking banyaknya atau emang..? Euh, riweuh… PLAK!)

Ya, saya mempunyai beberapa pacar. Yang selalu menemani hari-hari saya. Bersedia menghibur saya saat saya sedih. Bersedia membuka telinga saat saya bicara. Bersedia menasehati saat saya butuh solusi. Walau hanya sekadar lewat media komunikasi jarak jauh. (Halah istilahnya… jarak jauuuuuhhh… dengan gaya kepala meliuk, kumaha ah, susah ngebayanginya, PLAK!). Mereka lah “Teteh-teteh” saya. Teteh yang telah saya anggap sebagai saudara sendiri. Teteh yang sangat saya sayangi, bahkan dengan frekuensi yang jarang bertemu sama sekali. Tapi saya merasa dekaaat sekali dengan mereka. Bahkan selalu menjadikan mereka “tempat sampah” segala keluh kesah saya. (Haduh… jahat amat kamu Fu, PLAK!  Tah, bongan dusun! Haha… becanda ya Teteh, maap… ^^)

Saya juga tidak mengerti kenapa seperti ada keterikatan khusus, kayak yang ada kontak batin. Bahkan ada salah satu diantaranya, yang  pesannya paling banyak di list inbox  sms saya, sering kali mengalami kontak hati dengan saya. Misalnya saat saya ingin nge-sms dia, ternyata dia sedang mengetik sms untuk saya. Dan kita lalu berpikir, kenapa ya? Kok bisa! Jodoh mungkin! Maaf, cinta anda saya tolak, candanya, Haha… Ah, mungkin inilah yang namanya ikatan saudara karena Allah. Saling mengasihi dan menyayangi karena Allah. Tanpa imbalan, justru keikhlasan yang bahkan tidak direncanakan ataupun diinginkan. Semuanya karena ketulusan.

Saya memang mudah dekat dengan seseorang, terlebih dengan perempuan yang jauh lebih tua dari saya. Hal itu mungkin dikarenakan saya adalah anak pertama. Saya sudah merasakan peran menjadi seorang kakak, ya meskipun belumlah disebut sebagai kakak yang baik. (Tah, makanya jangan cerewet sama galak, PLAK! Bongan baong wae!) Oleh karena itu saya cenderung memperlihatkan sifat caildish di lingkungan, bahkan di sekitar teman sebaya saya pun, saya sering kali menjadi sosok “adik” bagi mereka. Dengan segala tingkah polah saya yang merepotkan. (Makasih ya teman… dasar kamu, Fu. Mau kapan dewasanya coba?)

Kecenderungan saya yang selalu menjadi sosok adik yang manja (Bilang ajah ngariweuhkeun! PLAK! Dari si Ojan yang baru datang! Jiah…. Dia baru muncul, haha…), membuat saya senang mendapatkan sosok kakak. Meskipun saya sebenarnya lebih memimpikan mempunyai kakak laki-laki (kek-nya seneng gitu yang punya kakak laki-laki, ada yang bisa ditanyain hal-hal secara logika, bukan lebih ke perasaan!). Tapi karena saya tahu bahwa tidak memungkinkan dengan alasan syar’i, maka saya lebih memilih menanti kakak saya yang satu-satunya saja nanti. (Cie..cie…pipinya fu merah gitu… PLAK! Ke sanaaa terus arahnya! Dasar!) So, saya menjadikan Teteh-teteh saya tercinta sebagai pacar saya, yang namanya berderet di inbox sms saya. Jadi, jangan heran kalau mama bilang, “Teteh, kok di inbox-nya nama perempuan semua, yang cowoknya cuma si papah doank!” (Haha…. Ya eya lah Mah, emang mau sms-an sama siapa coba? Kalau pun ada dari teman laki-laki  SMA atau kuliah, langsung fu hapus setelahnya, karena hp fu selalu bilang gini kalau fu ingin simpen sms, “Ow tidak bisaaa!!!”, dengan gaya sule yang cicinaan, haha!). 

Selain itu, mungkin kecenderungan itu juga muncul karena saya adalah cucu pertama dari keluarga besar mama dan papa. (Wah! Aslinya fu? Makanya jangan ada yang bilang aneh kalau fu belum tahu nikah teh kayak gimana. Terus siapa juga yang nanya gitu? Lagian kenapa nyambung kesana fu? Ya iya lah, secara berarti  fu bi de pers! PLAK! Dasar!) Jadi, coba anda bayangkan bahwa semuanya nanya ke saya, mulai dari adik, sepupu perempuan sampai sepupu laki-laki. Mulai dari “Teteh beliiin ini”, “Teteh, cariin ini”, “Teteh pelajaran ini gimana?”, “Teteh bagusnya baju apa? Kerudungnya cocok yang mana?”, sampai ke “Teteh, pakai apa ya biar putih kayak Teteh?” kata sepupu perempuan, “Iya Teh, Aa juga pengen pake pembersih itu ah, biar bening!” (Gedubraak, kamu tuh kan cowok!) Ya Allah… semuanya bentar-bentar Teteh. Jadi, saya haruslah menjadi sosok yang dewasa di hadapan keluarga besar saya. (tepatnya diharuskan, tuntutan cucu tertua, haha… cucu idaman dan kesayangan…  naon hubungana?) Meskipun sering kali banyak yang salah sangka seperti, “Oh, ini kakaknya ya? Kirain adiknya!” (jangan protes, itu berarti fakta bahwa saya memang imut-imut dan awet muda, Jiaaahhh… PLAK! Bongan narsis wae tah!) Atau juga komentar teman saya saat menelpon ke rumah, “De, bisa bicara dengan Teh Puji?” (What the ziiiggg… ini Fuuuu…!”) Ya, ya, entah karena kecerewetan saya atau pun apa lah, banyak yang bilang kalau suara saya seperti anak kecil kalau di telpon. (Yakin cuma di telpon? Haha..) Survey membuktikan, 99,99%  berpendapat seperti itu. (Hwaaa… udah takdir kali ya jadi orang imut dan awet muda! Haha… Amit-amit nih anak… ^^)

Ya, maka dari itu, saya banyak Teteh-nya. Teteh ketemu gede yang selalu bertambah dari waktu ke waktu, dan juga berkurang dari waktu ke waktu juga. Karena satu persatu tentunya pacar-pacar saya itu akan putus dengan saya, seiring mereka yang menggenapkan separuh dien-nya. Ya bagaimanapun tentunya intensitas hubungan kita tidak seperti dulu lagi, saya pun mengerti. Saya bersyukur mempunyai mereka dengan karakter yang ada pada mereka masing-masing. Mereka yang mempunyai pemikiran dewasa dan tidak pelit untuk berbagi hikmah dengan saya. Yang selalu mau memberikan senyum dan tawa, sekaligus memberi pendapat dan solusi. Dengan senang hati dan kerelaan. Lalu kenapa harus punya banyak pacarnya, Fu? Ya selain karena untuk menjalin silaturahmi dan memperbanyak saudara, juga karena saya tidak bisa merepotkan terus pada satu orang, kan kesian… (Bilang ajah kamu selingkuh! Haha…) Jadi saat yang ini nggak bisa, ada yang itu, yang itu nggak bisa, ada yang satunya lagi. Hehe… (Hawek kamu fu!) Hmm… meskpiun saya juga sering membuat diantara mereka cemburu, (gara-gara saya yang tidak adil kali ya? Haha…. Aneh-aneh aja kamu, Fu!)

Jangan disangka bahwa pacar-pacar saya itu lebih tua dari saya semua. Bahkan ada yang sebaya dan lebih muda. Dan jangan dikira juga mereka adalah orang-orang yang pernah saya temui semua, tapi juga ada yang dari dunia maya dan tidak pernah bertemu sama sekali. Masing-masing punya panggilan khusus untuk saya. Ada yang manggil “Ayang, Sayang, Cinta”, ada juga yang manggil “Fu geulish, Nenk cantiek, Fu manies,” (Jangan ada yang protes ya! Haha… BELETAK!), bahkan sampai ada yang manggil dengan panggilan aneh, “Funtung!” (Haduh… nama sebagus dan selucu Fu jadi begitu, tapi gak apa-apa cirri khas). Saya sayang pacar-pacar saya.

Saya hanya berharap keberadaan saya ini tidak hanya membuat mereka kerepotan, tapi meberikan sedikit kebermanfaatan, meski hanya sedikit saja. Sesekali mampu membuat mereka tersenyum, tertawa, bercanda, bahagia, dan riang gembira. Membuat mereka merasa dibutuhkan dan disayangi. Membuat mereka merasa memiliki sesosok adik angkat yang setidaknya melegakan hati mereka di saat gundah dan resah. Saya menyayangi mereka karena Allah. Selama saya bisa, selama saya mampu, selama saya masih milik bersama. Maka saya nikmati dengan rasa syukur tak hingga pada Allah Ta’AlaUhibbukum fillah ukhti… Wallahi… ^^ Terima kasih untuk segalanya. Jazakumullah khairan katsiran… Semoga persaudaraan kita sampai nanti di surga-Nya.

“…orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (Ar-Ra’d : 21)

Tenang ya Teteh-tetehku, fu masih milik bersama… Haha… (PLAK!)

Ada yang mau jadi pacar saya lagi? (PLAK! BELETAK! PLETUNK! Doeng…doeng… Tung…Tung.. Gedubrak! Kejar si Fuuuuu…. )

Silakan kirim nomor hapenya ke inbox saya ya, akan saya simpan dengan senang hati. Mari berbagi hikmah…^^ (NB : For akhwat only… Ya eya lahh….)

*meluncur kecepatan jet (Fiuwh… meracau lagi nih anak…^^)

_malam yang ceria_
Safar 1432 H
Fu yang imut, manis, dan banyak pacarnya. PLAK!!!

*Aa, jangan cemburu yah... tenang ajah, Aa adalah pacar lelaki pertama dan terakhir fu.... ^_^

Jumat, 14 Januari 2011

Peristiwa Jum'at

Originally created by Fu

Sekarang hari Jum’at. Entah kenapa harus di hari Jum’at. Saya baru sadar pada hari Jum’at saya terlihat tidak seperti biasanya. Sampai-sampai semua orang yang bertemu dengan saya bertanya atas apa yang sebenarnya terjadi pada diri saya. Mungkin karena setiap orang yang mengenal saya cenderung menggambarkan saya sebagai pribadi yang lebih sering memberikan senyuman setiap harinya. Saya hanya berniat menebar keceriaan, karena bagi saya hidup itu tentunya harus dinaungi oleh kesyukuran. Mungkin salah satu cara saya menunjukkannya adalah dengan tetap memberikan senyuman, sesekali candaan, juga celotehan yang mungkin untuk sebagian orang cenderung menunjukkan kemanjaan. Mungkin karena itu pula, orang akan merasa tak wajar saat saya lebih banyak diam bahkan cenderung murung, atau bahkan sampai menitikkan air mata.  Sekalipun saya pura-pura tersenyum dan bahagia, kadang raut muka dan mata saya tidak bisa diajak kompromi untuk berbohong sedikit saja. Ah, ingin rasanya saya berkata bahwa saya juga manusia biasa.

Jum’at kemarin saya dikagetkan oleh sebuah peristiwa yang membuat saya melemas saat mendengarnya. Peristiwa yang telah memberikan saya banyak pelajaran sekaligus menunjukkan bahwa memang sudah saatnya saya bermetamorfosa pada kedewasaan, bukan lagi kekanakkan. Di jum’at itu langit begitu cerah bahkan matahari pun tersenyum. Namun entah kenapa hati ini serasa diguyur hujan lebat sekaligus kilat dan petir yang menggemuruh. Jum’at yang membuat saya begitu terkesiap namun juga belajar untuk mengambil keputusan. Jum’at kemarin.

Jum’at hari ini juga saya dikagetkan lagi oleh sebuah peristiwa yang membuat tubuh saya gemetar dan jiwa saya meringis. Peristiwa yang telah memberikan saya tamparan sekaligus pelajaran akan sifat saya yang mungkin terkesan berlebihan. Di jum’at ini langit pun sama cerahnya dengan jum’at kemarin, hanya saja matahari sedikit tersipu. Namun, entah kenapa hari ini pun saya harus  kembali menitikkan banyak air mata bahkan dada saya sampai sesak karena tertahan memendamnya. Jum’at yang membuat saya nikmat bermanja dan menghabiskan air mata di hadapan Allah. Jum’at hari ini.

Dua Jum’at berturut-turut suasana hati saya tak menentu. Entah kenapa harus di hari Jum’at. Namun saya percaya bahwa tidak ada kebetulan di dunia ini, karena semuanya telah Allah gariskan. Saya tidak pernah dan tidak akan (jangan sampai) menyesal atas apa yang terjadi pada diri saya. Saya selalu percaya bahwa apapun yang Allah berikan adalah yang terbaik untuk saya. Jika itu kebahagiaan maka saya anggap itu hadiah Allah, jika itu ujian dan kesedihan maka saya anggap itu rasa sayang Allah, yang dari keduanya untuk kebaikan  dan peningkatan kualitas iman.

Saya bersyukur Allah memberikan pelajaran di dua Jum’at ini. Itu berarti Allah menegur saya untuk tidak terlena pada senyuman dan kebahagiaan  yang saya rasakan. Allah memberi kesempatan air mata saya untuk keluar setelah enam hari terpendam setiap minggunya. Allah sayang pada saya untuk mengingatkan bahwa Dia-lah sebaik-baik penilai, karena sering kali niat yang kita tekadkan berbeda dengan interpretasi orang lain. Allah ingin memberi saya pelajaran, menuntun saya pada kedewasaan, juga menanamkan saya pada ketawadhuan dan kesyukuran, yang sering kali saya lupakan.

Terkadang orang mungkin salah faham atas apa yang saya tunjukkan selama ini. Keramahan yang saya tunjukkan dirasa berlebihan dan mengundang hal-hal yang tidak seharusnya. Padahal niat saya sama untuk memperlakukan semuanya, mungkin karena saya cenderung terbuka dan ceria. Tulisan yang saya tampilkan dirasa berlebihan tentang menyudut pada satu atau beberapa hal saja. Padahal menulis adalah media saya untuk sekadar berbagi dan pelampiasan saya mencurahkan isi hati, meski tak selamanya yang saya tulis adalah perwakilan apa yang saya pikir dan rasakan. Penilaian setiap orang itu tentunya berbeda-beda, dan itu memang menjadi hak bagi semuanya. Saya justru berterima kasih karena dengan begitu saya tidak terlena pada sanjung puja, namun juga menundukkan kepala dan hati untuk introspeksi diri.

Maka dari itu, seperti apa yang saya terapkan pada prinsip saya yaitu :
“Aku bukanlah apa yang aku tulis, apa yang aku katakan ataupun apa yang aku perlihatkan. Tapi aku adalah aura yang kau tafsirkan sesuai stimulus hatimu mendeskripsikan bagaimana aku.”

Interpretasikan dan deskripsikan saya dengan hati. Insya Allah, akan ditemukan apa yang sebenarnya saya rasakan dan saya tujukan pada setiap apa yang saya tunjukkan. Mari menjalin tali ukhuwah, dengan senang hati saya menerimanya.

Saya mohon maaf bila memang ada sikap ataupun kata yang selama ini tidak mengenakkan, begitu mengkhawatirkan, ataupun membuat kerisihan. Terlebih lagi bila sampai mengotori niat dan hati atau semacamnya. Setiap komentar, masukan, bahkan kritikan akan saya terima dengan senang hati, Insya Allah. Itu akan menjadi bahan masukan untuk saya pribadi agar terus membenah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Itu pula saya anggap sebagai perhatian dan kepedulian dari saudara sesama muslim untuk saudara muslim lainnya. Cukuplah Allah yang Mengetahui bagaimana isi hati saya sebenarnya.

Kata salah seorang Teteh : “Seseorang yang sedang berusaha istiqomah memang suatu saat akan diberikan cobaan, salah satu contohnya seperti ini.”

Allah… puji syukur atas apapun yang kau berikan. Akankah berulang pula di jum’at depan? Ah, ya… detik berikutnya pun tidak ada yang menjamin masih mampu kurasakan. Semoga Engkau kuatkan, sabarkan, dan ikhlaskan.

Wallahualam bish showab

_ba’da dzuhur_
Safar 1432 H

*Puji syukur pada Allah yang telah melegakan. Alhamdulillah…
Terima kasih pada yang telah memberi peringatan.
Terima kasih pada yang mau mendengarkan dan member masukan. Uhibbukum fillah, Ukhti…^^


#wanna accept me what I am, a? *_*

Kamis, 13 Januari 2011

Hanya Doa

Originally created by Fu

Aku hanya berdoa :

Karena kata orang jodoh itu belahan jiwa. Maka selalu menyelipkan kepercayaan bahwa dari tulang sulbi-nya lah bagian diri ini tercipta. Allah… ia pasti yang mampu melengkapi separuh puzzle hati yang tengah lama tak pernah terisi.

Karena kata orang jodoh itu cermin. Maka selalu mengikat keyakinan bahwa ialah cerminan diri untuk bersamanya saling melakukan perbaikan. Allah… ia pasti yang mau rela hati mengoreksi juga menerima aib diri.

Karena kata orang jodoh itu misteri. Maka selalu melapangkan hati untuk kesabaran dalam penantian juga kejutan yang mungkin tak disangka. Allah… ia pastilah yang berani mengambil keputusan tanpa ketergesaan namun penuh pertimbangan.

Aku tengah berdoa :

Masalah hati itu sungguh rumit. Serumit penafsirannya yang tak pernah mencapai sudut dan ujung tertentu. Susah menyuka sekaligus susah melupa. Tiba lalu pergi begitu saja. Datang lalu menghilang. Dalam lalu lalang dan dinamika tak berkesudahan. Allah… istiqomahkan dalam penantian, kesabaran, terlebih untuk tidak mendahului takdirMu.


Aku selalu berdoa :
Allah… jikalau ia datang, buat aku untuk tidak berpaling dan berprasangka yang lain, melihatnya bukan dari sisi kekurangan, serta menerima penuh kerelaan. Di saat itulah aku yakin kalau ia pilihanMu.


_ketiba-tibaan ingin mencurahkan_
Safar 1432 H

*Sebelum fu tertidur, entahlah ingin menuliskan ini... T_T

Ibu Rumah Tangga

A, tadi fu ngobrol-ngobrol sama salah satu karyawan klinik. Mengenai Ibu Rumah Tangga. Kita berdua sama-sama "ngebet" (halah.... halah...lebay!) nikah muda. Padahal usia dia baru 18 tahun. Tapi dia cukup nyambung untuk diajak diskusi mengenai "Tanggung jawab" setelah menikah. Hal yang tadi kita bahas yaitu mengenai Ibu Rumah Tangga  dengan segala konsekuensinya. Ya, karena memang fu sangat ingin jadi ibu Rumah Tangga yang baik. Pokoknya gak mau jadi wanita karier yang kerja kantoran, apalagi kalau harus kerja di RS, Rb atau puskesmas. Fu memang sangat ingin jadi bidan swasta saja. Buka klinik sendiri. Biar setiap hari bisa melihatmu dari awal berangkat kerja sampai pulang. 

Mulai dari bangun pagi, membuat sarapan, menyiapkan bajumu, membuatkan bekal makanan, menyiapkan perlengkapan kerjamu, mencium tanganmu, lalu mendapat kecupan di kening sebelum kau berangkat kerja. Bila belum memperoleh izin praktek bidan, fu akan menghabiskan waktu dengan menulis, membaca, atau kegiatan bermanfaat lainnya, dan tentu saja juga memasak untuk kau pulang kerja.Ah... itu sangat menyenangkan. Selain itu fu sangat ingin mengasah bakat menjahit fu yang sebenarnya sudah ada sejak kecil, hanya saja tidak dikembangkan. 

Mungkin fu memang termasuk para bidan minoritas yang punya rencana dan impian hidup seperti itu., What? Jadi ibu rumah tangga? Kamu memang aneh, fu. Begitulah yang sering dibilang teman-teman saat fu mengutarakan hayalan fu. Fu memang orang rumahan dari dulu. Bukan tipe orang yang cepat bosan dengan satu kegiatan, situasi atau tempat. Fu lebih memilih menghabiskan waktu di rumah. Banyak hal yang bisa dikerjakan. Fu masih inget waktu kecil fu sering membuatkan baju dari kain bekas untuk boneka-boneka barbie fu. Itu sekitar kelas 4 SD lho, a... Nenek yang ngajarin. She is the best teacher after my mother...^^ Fu juga udah bisa ngejahitin boneka fu yang robek (maklum itu boneka kesayangan banget) sampai tambal-tambalannya dimana-mana. Ya, mungkin karena anak pertama kali ya, fu memang telah dituntut mandiri sejak kecil.

Ya, mandiri. Bisa masak sejak SD. Fu emang dari dulu seneng coba-coba buat masakan, apa aja. Yang ada di lemari es fu modif. Fu memang tidak "Pintar" memasak, tapi kalau dbilang bisa sih Insya ALLAH... Sejak SD sepulang sekolah sambil menunggu buat sekolah agama, fu sering masak mulai dari nasi, lauknya, sayurnya, buahnya, semua fu siapin. Jadi kalau mama dan papa pulang, semuanya udah siap. Wah... fu kangen banget suasana dan semangat fu yang seperti itu. Karena sekarang ini memang jarang sekali. Jadi, sekarang pun sangat ingin mengembangkan ilmu memasak fu, ya biar bermanfaat berarti harus nikah ya, kan jadi bisa buatin buat Aa tiap hari. (PLAK! Kesana lagiiii.... ;p) Fu seneng liat acara masak memasak, suka liat majalah resep masakan. Suka pokoknya. Entah kenapa. Jadi fu pengen mengamalkan pengetahuan fu mengenai makanan yang udah bejibun gini di otak, tiap ada resep baru langsung ngebayangin. Oh gini, ya gini. Tapi susah cari waktu buat mengamalkannya. Ah, mungkin nanti untukmu, ya A,,,^^

Adik-adik fu saja sampai sekarang cuma baru bisa masak mie dan telor saja. Dan mereka keukeuh, terutama De Mozza, untuk selalu liat fu kalau masak. Katanya pengen bisa kayak Teteh. Sekali waktu mereka pernah bertanya mengenai suatu resep yang memang cukup mudah, dan fu kasih, ternyata gagal. Hehe... Lalu mereka bilang, "Teteeeeeeeehhhh, cepet pulang.... kangen masakannya." Haha... Dua adikku itu kadang menggelikan memang. Manja. Dan saya harus memanja mereka. Lalu siapa yang memanja saya? Aa saja ya? haha... (PLAK!)

Pokoknya fu sangat terinspirasi dengan kisah Bu Ainun dan Pak Habibie. Di zaman dimana wanita karier lebih diinginkan, beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, bahkan saat tinggal di negeri orang. mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak. Semuanya terbayang begitu menyenangkan. Bukankah kalau kebosanan, atau kejenuhan itu tergantung dari bagaimana kita menjalankan dengan penuh keikhlasan dan kesyukuran? Ah, ya....

Fu sangat ingin jadi ibu rumah tangga. Bisa memasak untukmu. Membuatkan masakan berbeda tiap harinya. Mulai dari makanan berat sampai cemilan. Fu juga suka bikin kue lho, a. Ya meskipun gak pinter2 amat. Tapi percayalah kalau Idul Fitri akan tiba, Fu lah yang selalu buat kuenya. Bahkan ada satu resep kue, namanya kue "wijen" yang emang renyah banget disukai keluarga besar fu. Bahkan mereka selalu minta fu untuk membuatkannya. Jihaaaaa.... senangnya bisa bermanfaat untuk orang lain, apalagi untuk keluarga sendiri. Ah, pokonya nanti kalau udah nikah, fu akan membeli buku resep yang banyak, biar bisa buatin makanan yang berbeda untuk Aa setiap harinya...^^

Makanya kenapa fu ingin jadi ibu rumah tangga. Selain memang insya Allah besar pahalanya, namun juga mesra dan penuh cinta. Fu ingin menjadi orang yang pertama kali kamu lihat sepulang kerja, mengelap keringat, menyiapkan air untuk mandi, menyiapkan makanan, mendengar keluh kesahmu, atau sekadar menyiapkan bahu saat kau membutuhkan. Ya, fu rasa tidak ada salahnya hari-hari diisi dengan menulis, memasak, menjahit, membaca, dan banyak hal lagii... Fu kan orangnya gak bisa diem, gak suka ke-statis-an. Jadi insya ALLAH tidak akan ada kejenuhan.

Ah, mungkin karena fu juga aneh kali ya, tidak seperti orang-orang lainnya. Yang sudah mengenyam cinta dan hubungan bersama ikhwan sebelum menikah. Jadi rasanya kerinduan yang membuncah padamu juga ya fu rasakan dan fu persiapkan untukmu. Maka dari itu, rasanya tidak berlebihan kalau fu memang lebih ingin menjadi yang bermanfaat untukmu...

Selalu menantimu, A...

*Ah, nanti meracaunya kebablasan. Fu sudah ingin tidur, selamat malam, A....^^

Telegram

Originally created by Fu

Tukang pos datang pagi-pagi sekali saat aku masih kedinginan. Dikawal hembusan angin yang menggumam dan derasnya hujan yang menikam. Seperti biasa ia datang mengantar surat balasan Tuhan atas malam yang penuh kemanjaan. Di surat balasan kali ini yang berupa telegram, Tuhan menyuruhku mengeja alam. Yang setelahnya harus aku peluk penuh kemesraan.

Aku eja telegram itu perlahan :

Bumi begitu mencintai hujan karena olehnya lah ia bangkit dari panjangnya kematian. Yang setelahnya bumi merona dengan dandanan beraneka ragam. Oleh karenanya bumi tak pernah segan terus menerus membalas budi pada hujan. Bahkan ia penuh kerelaan mempersilakan senyawa polarnya sesekali ke langit untuk bersemayam. Untuk menyulam awan.

Hewan tak pernah enggan berwasiat atas tujuan sebenarnya ia diciptakan. Yang kehadirannya tak lepas jua membawa pelajaran meski hanya sebulat cakram. Oleh karenanya hewan tak pernah dendam meski kematiannya diharapkan untuk keserakahan ataupun hanya minuman. Bahkan ia tulus hati menawarkan kebermanfaatannya dalam geraham. Untuk menelan kesyukuran.

Kurma dan anggur mewarisi sifat yang sama akan salah satu kenikmatan. Yang daripadanya mampu melegakan atau sekadar pemuas nafsu yang membekam. Kurma dan anggur telah tertakdi sebagai salah satu wujud kebesaran. Mereka mengajarkan bahwa nafsu mesti dikendalikan bila tak mau terjerumus pada jahannam. Untuk meneladani kecukupan.

Madu tak kan pernah habis selagi lebah rakus memakan bebuahan. Yang sebelumnya terkulum dalam sarang yang bertilam. Lebah selalu tersenyum meski sering kali mengeluarkan sengatnya yang tajam. Bahkan lebah penuh kerelaan banting tulang demi kelegaan dan kesembuhan. Untuk menaati ilham.

Usia harus menjadi kecintaan karena ia yang setia mengikuti dalam tuntunan. Yang setelahnya ada keabadian pasca Izrail meneriaki khatam. Oleh karenanya usia tak pernah geram meski kewafatannya dianggap kesuraman yang mencekam. Bahkan usia secara tulus mendoakan saat kelaluannya diingat dalam tangisan. Untuk menghiasi jam.

Nikmat mengasihi kesyukuran atasnya yang terjauh dari pengingkaran. Yang kehadirannya disenangi namun tak jarang pula terlupakan bahkan tak terrekam. Oleh karenanya nikmat berkembang saat kelebihannya tersalurkan melengkapi kekurangan. Bahkan ia menganjurkan indahnya berbagi  serta saling merasa dalam genggam. Untuk menyatukan ragam.


Aku terdiam saat Tuhan menyebutkan soal ketujuh yang membuatku membenam bungkam. Aku yakin Tuhan pun tahu bahwa untuk yang satu ini aku akan merasa kesulitan. Meski begitu aku tetap mencoba mengayam ejaan dengan tangan mencengkram, juga keringat yang merajam.

“wallahu… wallahu… wallahu ja’ala lakum…”

Sudahlah, aku meminta izin pada Tuhan untuk menangguhkan ejaan yang semakin runyam. Lagipula, bel sudah berbunyi dari kejauhan. Aku kembali mengambil secangkir madu dalam cawan, untuk merayu Tuhan agar membuatku faham. Semoga pada telegram berikutnya yang selalu kunantikan.



_hari yang dihiasi kedinginan, dalam balutan kerinduan_
Safar 1432 H

*Aku lupa darimana telegram itu berasal. Ah… tapi sungguh transparan.


#Bagaimana? Kepanjangan ya? Banyak yang komen gitu. Gak apa-apa lah, fu memang aneh, heu... Fu ganti surat aja, yah A.... Btw, ngerti tak ini dari surat apa? Hayoo... jago kalau bisa....^^ lanjutin soal ke tujuhnya, bisa jawab tak? ^^

Rabu, 12 Januari 2011

Telepati

Tadi sore, fu pajang status ini di facebook, entah mengapa...

Aa bilang, fu harus sabar, karena ia mendekat berjalan.
*baru saja menerima telepati. haha... ^^




Fu memang aneh. Orang sering bilang fu itu aneh. Mulai dari kebiasaan. Tingkah laku. Pola pikir. Dan segalanya. Bahkan banyak yang bilang bahwa fu tidak bisa ditebak saking misteriusnya, haha... Padahal Fu kan orang yang ceria. Ya, mungkin itulah dibalik sifat ceria fu dan sedikit terbuka, sebenarnya aslinya fu adalah orang tertutup. Sifat fu yang anehh dan tak bisa ditebak mungkin dikarenakan fu yang moody juga kali ya, A.... hehe....

Salah satu sifat aneh Fu yang kadang tak terjangkau pemikiran yang lain adalah mempercayai telepati. Ya, fu sangat percaya komunikasi melalui telepati. Komunikasi denganmu, A. Entah kenapa selalu terlintas begitu saja. Tiba-tiba, a. Serasa kau memberi kabar, mengatakan bahwa baik-baik saja atau sedang membutuhkan doa. Fu rasakan itu. Entah kenapa. Ah, susah untuk fu jelaskan dengan kata-kata, karena memang ini adalah masalah perasaan, yang susah diurai secara logika. Ya, sulit diurai melalui logika.

Biarlah orang merasa aneh dengan sifat fu yang tak karuan ini. Yang memang aneh! hehe.... Tapi fu tidak akan pernah bosan dan berhenti percaya bahwa fu bisa berkomunikasi denganmu, meski kau tak pernah fu ketahui sebelumnya. Meski kita belum pernah bertemu, atau sekadar sapa untuk menyebutkan nama, apalagi menyatakan cinta. Ah, fu nikmati dan syukuri pemberian Allah yang satu ini. Telepati untuk merasakan keberadaanmu. Semoga Allah melindungimu selalu, Amin...^^



Selalu menanti telepati darimu... ^^

Noktah Tuhan

 Originally created by Fu

Tuhan, bukan aku pasrah
Mereka bilang itu salah
sebab tak mampu memilah
dari sisi otak yang jengah
antara akidah dan ilmiah

Tuhan, bukan aku marah
Mereka bilang itu fitnah
sebab semua telah dijarah
untuk kaidah berlabel harfiah
antara  ibadah dan falsafah

Tuhan, bukan aku mengalah
Mereka bilang itu bid’ah
sebab semua telah dibelah
oleh replikaMu yang berkisah
antara politik dan syariah

Tuhan, yakinku tak melemah
pada utusan yang amanah
juga kitab tak terbantah
meski replikaMu kini menengah
menjunjung silsilah dan pemerintah

Tuhan, pintaku tak menyudah
pada lelah dan keluh kesah
apalagi harus menyerah
untuk janjiMu yang bernoktah
“hatta ta’tiyahumul bayyinah”



_pagi yang indah meski langit terjelajah oleh mendung yang berkemah_
Safar 1432 H
-fu-

NB : Ya Allah… semoga kami istiqomah… Amin.

Untuk Aa juga... ^^