Rabu, 02 Juli 2014

Surat di usia Seperempat Abad


Originally created by Fufu

Ribuan kata berangkai kutulis hari ini, untuk kau yang telah setia dari dulu.

1989 - tanggal yang sama dengan hari ini
Adalah awal mula aku ada, melalui seorang malaikat dunia yang kusebut mama. Mungkin, kalau aku sudah bisa bicara dan mengingat saat itu, aku akan bertanya untuk apa aku hidup ke dunia? Apakah untuk bertemu kau saja? Meski katanya kita sudah saling bertemu di alam sebelum kita lahir, tapi cerita tentang itu belum sempat bisa kupikir. Apakah kamu sudah terlahir lebih dulu, atau masih di alam ruh yang (katanya) menjadi tempat pertama kita bertemu? Kau tahu, dulu aku mengira kau sudah lebih dulu beberapa tahun menikmati dunia, sebelum aku menginjak buminya.

1990 - tanggal yang sama dengan hari ini
Usiaku baru saja menginjak satu tahun, dan aku belum mampu mengingat memori yang tersimpan di sini. Tapi kata mama papa, badanku tumbuh subur sekali, karena dibantu asupan susu formula. Aku sudah bisa berjalan meski tertatih, dan sedang belajar mengatur mulutku agar bisa bersuara. Katanya kau sudah lahir ke dunia, dua bulan sebelum bulan lahirku. Mari sama-sama nikmati petualangan seru sebelum kita saling bertemu.

1995 - tanggal yang sama dengan hari ini
Aku mulai masuk SD tahun ini, kau mungkin masih menikmati masa taman kanak-kanakmu. Aku sudah punya adik satu, ia lahir tahun kemarin. Apakah kau sudah punya adik juga? Atau mungkin kau anak bungsu? Aku hanya ingin memberitahumu, bahwa pada masa ini aku tak terlalu menikmati kehidupanku. Kau tahu kenapa? Karena banyak teman yang sering mengejekku, karena penampilanku. Apakah kau akan suka pada gadis kecil yang tomboy, pendek, gemuk dan juga berambut keriting sepertiku? Aku merasa dunia tak adil, karena meskipun aku selalu meraih juara pertama di kelas, namun aku merasa tak punya teman. Aku harus selalu berpura-pura menjadi orang lain, agar aku diterima oleh mereka. Apa kau akan suka padaku, dengan masa kecilku yang penuh luka? Aku pernah meminta pada Tuhan untuk menyegerakan masa ini, karena aku tak sanggup melewatinya sendirian. Tentang cinta, sebutlah aku pernah menyukai beberapa teman sekelasku, tapi aku tahu diri untuk berharap lebih. Lagipula kata mama masih kecik gak boleh pacaran. Apakah kau mulai menyukai seseorang? Kamu.... semoga masa kecilmu berbeda denganku.

2001 - tanggal yang sama dengan hari ini
Aku mulai masuk SMP tahun ini, awalnya aku mengira akan kujalani begitu indahnya. Namun sayangnya aku tak terlalu mengingatnya, saking tak banyak hal yang spesial di sana. Aku merengek pada mama untuk mengabulkan permintaanku saat akan masuk SMP, yaitu aku ingin memakai kerudung. Aku tahu niat berkerudungku belum bagus, karena tak ingin dicemooh gara-gara rambutku lagi, tapi aku yakin bisa berubah pelan-pelan. Di SMP aku tak terlalu berprestasi, hanya bisa masuk 5 besar. Mama papa agak sedikit marah karena prestasiku turun, tapi aku muak dengan persaingan rangking di kelas.Sikut sana sini, menjilat guru. Aku tidak suka. Memori yang paling kuingat adalah saat kelas 1 dan kelas 2 aku suka jualan jajanan di kelas. Ternyata jualan itu asyik ya... lumayan kan bisa nambah buat uang jajan selain bisa bantu mama. Tentang cinta aku tak terlalu mengingatnya. Meski ada yang aku suka, biasanya mereka menganggapku teman saja. Lagipula saat aku suka pada seseorang, aku ingat kata-kata mama untuk tidak pacaran, karena hanya akan mengganggu pelajaran. Kamu... apakah kau sudah punya kekasih?

2004 - tanggal yang sama dengan hari ini.
Akhirnya aku masuk SMA juga. Katanya masa SMA adalah masa yang paling indah. Bagiku, setidaknya lebih menyenangkan dibanding saat SD dan SMP. Aku masuk kelas khusus yang katanya berstandar internasional. Hmm... kau tahu, mama papa sangat bangga padaku. Meskipun aku merasa sangat lelah dengan jam sekolah yang lebih padat dari yang lain, tapi aku bersyukur karena mendapat teman sekelas yang sangat baik.

Hampir tiga tahun kami bersama, masa remajaku dipenuhi banyak rasa. Masa ini pertama kalinya aku benar-benar merasakan jantung berdegup karena menyukai seseorang, ia kakak kelasku. Tapi kau tahu, aku harus merasakan patah hati untuk pertama kalinya, karena ia menyukai sahabatku. Sakit hatiku bertambah saat aku mengecewakan mama papa karena berhubungan dengannya. Aku ingat betul saat sepulang sekolah surat-suratku darinya dibakar oleh mama yang marah besar saat itu. Sejak saat itu, aku bertekad tak mau pacaran karena aku tak ingin membuat mama menangis. Jadi mau sesuka apapun aku pada seseorang, aku hanya akan memendamnya meskipun sakit. Kau tahu, setelah itu aku menyukai teman sekelasku. Ah ya, kau pun bisa menebak bahwa rasaku tertolak lagi, karena ia sudah punya kekasih hati. Meskipun masa remajaku dipenuhi tanpa cinta dari seseorang, aku bahagia karena memiliki teman yang baik. Kamu... bagaimana masa remajamu? Kalaupun kau sedang menyukai yang lain, yang penting kau baik-baik saja.

2007 - tanggal yang sama dengan hari ini
Kuliah. Masa yang banyak diidamkan para lulusan SMA. Tapi awalnya, tidak bagiku, karena aku harus menjalani perkuliahan yang tidak kusukai. Kau tahu, aku sangat suka IT, tapi karena aku tak mau mengecewakan mama papa, aku jalani juga perkuliahan kebidanan. Awalnya aku sangat tersiksa, apalagi harus tinggal di asrama. Hampir tiap hari aku menangis karena ingin pulang dan tak tahan dengan sistem perkuliahan yang padat dan melelahkan. Nilaiku selalu bagus, tapi aku tidak menikmatinya. Hatiku tidak ada di sana. Namun karena lama-lama terbiasa, aku mulai menjalaninya begitu saja. Hal yang aku syukuri masuk kebidanan adalah aku banyak belajar tentang hidup. Aku punya teman-teman yang sangat baik bahkan hingga sekarang, aku sayang mereka. Aku mulai suka membaca buku karena salah satu sahabatku yang penggila buku, meski aku lebih suka novel tentang cinta. Aku juga mulai mengenal Islam yang lebih kaffah, mulai memanjangkan kerudungku dan mulai memakai rok. Selain dapat pengetahuan Islam dari teman, aku juga mulai suka baca buku Islami. Membaca membuatku mulai suka menulis. Aku suka memposting tulisanku di social media milikku. Ternyata banyak teman yang menyukainya. Kau tahu, aku mulai punya mimpi untuk menjadi penulis, akankah terealisasi? Apakah kau juga suka menulis? Ah impianku semakin melebar karena aku berharap bisa menerbitkan buku bersamamu nanti.

Tentang cinta? Ah tak usah kau tanya... aku suka pada seseorang yang bahkan ia tak mengenalku, dan ternyata sudah punya kekasih, selanjutnya dia malah suka pada sahabat SMA ku. Kemudian aku suka pada kakak angkatanku di jurusan lain dan ternyata dia menyukai kakak angkatanku. Kemudian aku pasrah untuk tidak menyukai orang-orang yang mengenalku di dunia nyata. Kau bisa tebak? Aku menyukai seseorang di dunia maya. Dan tak perlu kujelaskan bahwa dia sudah punya calon istri, kemudian mereka menikah. Kau bisa simpulkan bahwa kehidupan cinta di masa kuliahku penuh dengan patah hati. Ya, patah hati berkali-kali. Bagaimana denganmu, apakah kau sudah memiliki kekasih yang sangat kau cintai?

2010 - tanggal yang sama dengan hari ini
Aku lulus kuliah tahun ini, dan sudah langsung diterima kerja di klinik milik salah satu dosenku. Aku tak pernah menyesal kuliah di kebidanan, karena banyak hal kudapatkan. Aku simpulkan bahwa aku ditakdirkan masuk kebidanan untuk menjadi isteri dan ibu yang baik, terlepas dari aku akan jadi bidan klinik atau pendidik, atau bahkan tidak menjadi bidan sama sekali. Aku masih dengan mimpiku untuk bisa menjadi penulis, meskipun banyak orang meragukannya.

Ternyata awal tahun ini adalah pertama kita saling sapa, aku menemukan tulisanmu di sosial media, tentang islam dan sains. Tapi kau tak terlalu menarik bagiku, karena aku sedang menyukai seseorang yang kukagumi di dunia maya. Aku tengah menikmati dunia penuh dengan puisi. Aku menyukainya, kali ini rasa suka ku terasa berbeda entah kenapa. Apa mungkin karena aku sudah mulai memikirkan pernikahan? Ah.., tapi aku tak berani mengungkapkannya, dan terjebak pada dunia terka menerka rasa. Kamu, apakah sudah mulai memikirkan pernikahan juga?

2011 - tanggal yang sama dengan hari ini
Aku harus patah hati, untuk kesekian kalinya, dan berharap bahwa ini untuk yang terakhir kalinya. Aku ditinggal menikah olehnya, rasanya patah hati yang ini begitu berbeda. Mungkin karena aku terlalu menyusun ekspektasi di angkasa kemudian Tuhan hempaskan ke bumi dengan cepatnya. Tuhan menghukumku atas rasa yang tidak seharusnya, yang telah mendahului takdirNya. Hampir dua bulan aku harus merehabilitasi hati, untuk sembuh kembali. Kemudian Tuhan berikan jawaban atas segala kegundahan, melalui kamu.

Patah hati terakhir kalinya itu membuat kita dekat. Sudah jalan Tuhan mendekatkan kita melalui mimpi menjadi penulis, tentang buku, tentang Islam, tentang kehidupan. Ada yang berbisik di hati, kala ide selaras kita menyemai impian tinggi. Ada yang bergetar di jiwa, kala banyak persamaan diantara kita saling mencocokkan. Ada yang menelusuk di kalbu, kala perbedaan diantara kita saling melengkapkan. Kau kah, Ayabi sebenarnya pemilik surat-surat tak beralamat yang kutulis untuk calon imamku?

2012 - tanggal yang sama dengan hari ini
Kamu, lelaki pertama yang mencium keningku, menggenggam tanganku, mengajakku lari menuju Ridha-Nya bersamamu. Untuk pertama kalinya, kulewati hari lahirku bersama seseorang yang membuatku bangun cinta setiap harinya. Kamu, buah kesabaran penantian panjangku akan cinta.

Kamu... menerima aku yang tanpa riasan, aku yang mempermasalahkan berat badan, aku yang penuh dengan keanehan, aku yang lambat memahi pemikiranmu yang brilliant, aku yang seringkali tidak sabaran, aku yang banyak sekali kekurangan. Kamu menerimaku utuh beserta luka masa lalu yang ternyata masih kupangku. Kamu membantuku mencintai diriku sendiri. Kamu... yang senyumnya selalu meneduhkan hatiku.

2013 - tanggal yang sama dengan hari ini
Kamu, terima kasih telah setia dan penuh cinta, membuatku merasa bahagia menikmati proses hidup dari satu takdir ke takdir berikutnya. Hidupku penuh warna dan metamorfosa luar biasa. Untuk pertama kalinya, aku merasa utuh menjadi wanita, menjadi isteri yang dicinta dan ibu yang berharga. Terima kasih telah melihatku apa adanya, dan bersabar dalam proses perbaikan segala kurangku.

2014 - tanggal yang sama dengan hari ini
Aku ingin berterima kasih ;
Syukur pada Tuhan, yang membuat skenario indah untuk kehidupanku, dengan segala lika liku. Mengenalkan Islam dan menuntunku menjadi umat Muhammad kekasih-Mu.

Terima kasih mama papa, atas segala cinta yang membuatku tumbuh istimewa. Atas segala bahagia yang membuatku penuh kesyukuran. Atas segala luka yang membuatku kokoh untuk bisa mengambil hikmahNya.

Terima kasih dua adikku, atas segala cinta, canda tawa dan air mata yang kita alami bersama. Kalian begitu berharga meski kakakmu ini belum patut jadi teladan.

Terima kasih untuk mami papi, abang dan adek; atas segala pemakluman akan kekuranganku yang masih banyak ini. Atas penerimaan yang hangat menjadikanku bagian keluarga.

Terima kasih untuk mereka yang pernah ada di kehidupanku. Meskipun yang hanya melihat dari jauh, bersinggungan, dan yang terlibat langsung berinteraksi denganku. Karena tanpa bertemu dengan mereka tak mungkin ada aku yang sekarang ini.Atas segala suka, cinta, tawa, bahagia, duka, air mata, luka, amarah, juga kecewa.

Terima kasih untuk ladang amalku, Kamil kedua yang membuatku semakin istimewa dan sempurna.

Terima kasih untuk kamu, telah ada dan setia. Denganmu aku bahagia. Terima kasih duhai "kebaikan sempurna yang pertama"; Ikhsanun Kamil Pratama :)



Posted via Blogaway

Kamis, 19 Juni 2014

Lama Tak Menulis Di sini, Ini Jawaban Saya

Originally created by Fufu

Assalamualaykum wr wb para blog walking semuanya, semoga senantiasa dirahmati Allah. :)
Saya masih ingat betul dulu, sebelum menikah saya rutin sekali menulis di blog ini, di notes facebook, dan akun blog multiply saya dulu. Tapi, itu dulu. Mungkin para pembaca tulisan di blog saya banyak yang merindukan tulisan-tulisan saya. (Ah, GR! hehehe...)

Mungkin ada beberapa orang yang menyangka saya tidak lagi menulis di blog karena saya sudah jadi penulis buku "beneran", sehingga jarang lagi menulis di blog. Hmmm... tapi rasa-rasanya kok bukan itu alasan kuatnya ya...

Kemudian malam ini saya merenung, cukup lama atas alasan kenapa saya jarang menulis lagi di blog.  Akhirnya saya menemukannya. Sebelum saya beritahu alasannya, dari hasil perenungan saya tersebut saya mencoba menelisik kembali "niat awal" kenapa saya dulu dering menulis di blog. Ternyata selain karena ingin berbagi, saya mempunya kebutuhan untuk menyalurkan emosi saya. Ya, emosi. 

Dulu waktu sebelum menikah banyak orang-orang yang menjuluki saya "Fufu si Galau Produktif". Kenapa? Karena saya hobi banget nulis tentang cinta, jodoh, pernikahan, namun produktif dengan menghasilkan tulisan berupa opini, artikel, bahkan hingga puisi. Saya yang tak punya pacar saat itu, melampiaskan emosi saya yang perlu disalurkan itu melalui tulisan. 



Menulis menjadi terapi tersendiri bagi saya, untuk mengisi ruang kosong dalam hati ini, menelisik hikmah yang Allah maksud, kemudian menuangkannya dalam bentuk huruf demi huruf, kata demi kata, hingga kalimat demi kalimat. Maka dari itu, meski saya tak punya kekasih hati saat masih single, meski beratnya beban kuliah yang melanda, saya tak pernah sampai stress, nangis lebay, atau galau parah. Karena apa? Karena saya memiliki penyaluran emosi saya yaitu dengan menulis. 

Di blog ini, perasaan yang ingin saya ungkapkan saya tuangkan begitu saja. Marah, sedih, kecewa, galau, hingga ketika jatuh cinta (Ah, masa muda... emang sekarang udah tua? :p) Alhamdulillah melalui kebiasaan menulis di blog inilah, serta menulis notes di facebook saat itu, Allah jadikan ajang pemantasan diri saya untuk menjadi penulis sebenarnya.

Nah, kemudian saya menikah dan tenggelam dalam keasyikan saya berjuang bersama suami, jarang sekali blog ini saya kunjungi, hingga lupa bahwa blog ini pernah begitu berarti. Padahal saya tetap menulis hampir setiap hari, tapi nulis naskah banyaknya, hehehe....

Lalu kenapa jadi jarang nulis di blog lagi? Jawabannya ya itu tadi, karena blog ini saya jadikan saluran emosi saya, kala saya sendirian dan tak tahu harus bercerita pada siapa. Maka setelah menikah, semua itu terpenuhi sudah. Saya mendapatkan "wadah" baru untuk mengekspresikan segala keluh kesah, segala suka duka, segala canda tawa, segala haru bahagia, segala tentang yang saya pikirkan dan rasakan; yaitu suami saya.

Ia bisa menjadi pasangan, kekasih, dan partner yang baik bagi saya. Suami saya pendengar yang baik, yang sabar mendengar setiap apapun yang ingin saya katakan. Sehingga tangki kasih sayang saya selalu full, dan tangki emosi saya seringkali kosong karena lebih banyak disalurkan. Bukan dengan tulisan, namun langsung dengan "mengatakan".

Maka tanpa saya sadari, blog yang dulu jadi tempat curhat ini, teracuhkan begitu saja. Padahal seringkali banyak para pembaca yang mengeluhkan kapan ada tulisan baru di blog ini. Blog-ku yang baik hati, maafkan majikanmu ini yang telah lupa akanmu, bagaikan kacang lupa kulitnya (bener gak ya analoginya? :D)

Insya Allah mulai sekarang saya akan coba rutin minimal seminggu sekali untuk menulis lagi di blog ini. Murni niatnya untuk berbagi hikmah pada teman-teman semuanya. Saya akan sharing kehidupan sehari-hari saya, khususnya bagaimana kehidupan pernikahan dan keluarga saya. Bagaimana memanage hubungan pernikahan saya dan suami, bagaimana saya belajar mendidik anak saya. Dan beberapa kegiatan saya yang lain. Insya Allah ya, kalau saya lupa posting, mohon ingatkan saya :)

Sekali lagi mohon maaf, Gomenasai (efek kebanyakan nonton film Jepang) Semoga berkenan

Salam Romantis-Harmonis :)

Seorang Pria Yang Di Sana


Originally created by Fu

: teruntuk seorang pria yang di sana

Seorang pria yang di sana,
selalu memintal rindu dalam semburat senja, yang setiap hari semakin menampakkan jelas kerut di dahinya. Sering kali melipat khawatir terganti dengan lirihan dzikir. Sementara aku terkadang lupa akannya, yang selalu menyimpan rindu meski tanpa mengungkapnya. Aku yang tak mengerti bahwa kabar tentangku adalah keniscayaan yang selalu ia tunggu, sapa dariku adalah kebahagiaan yang selalu ia rindu.

Seorang pria yang di sana, selalu menganyam cinta tanpa aksara jua bicara, namun menunjukkannya dalam setiap peluh yang luruh pun doa yang mengangkasa. Lebih memilih sabar pada ketergesaanku, mengalah pada kekeras-kepalaanku, terdiam pada omong kosongku. Aku yang tak pernah mengerti bahwa tegasnya adalah kelembutan, larangannya adalah kepedulian, marahnya adalah kebaikan, sederhananya adalah kebijakan, dan air matanya adalah kecintaan. 

Seorang pria yang disana, yang selalu menjadi satu-satunya pria untukku. Menjadi pria pertama yang tak pernah mengeluhkan urusanku, mendukung dengan segenap tenaga yang ia miliki, pun pikiran yang rela ia curahkan. Menjadi pria pertama yang menerimaku apa adanya, tanpa riasan penampilan, tanpa keluhan berat badan, tanpa manipulasi kepura-puraan, aku dengan segala keburukan dan kekurangan. Menjadi pria pewujud gelak tawa dalam canda yang tak ada duanya, memunculkan kedua lesung pipiku yang selalu rindu dicubitnya. Menjadi pria, pertama, yang segala.

Seorang pria yang di sana, yang kemarin baru saja berkata , "Jadi isteri sholehah ya..." dalam temaram kaca-kaca di mata, yang disembunyikannya, ketika ia menyerahkan tanggungjawabnya terhadapku pada seorang yang kisebut belahan jiwa.

Seorang pria yang di sana, mulutku memang tak mampu berkata apa-apa, namun percayalah bahwa hatiku membuncah segala.

tentangmu, Papa...

Posted :Bandung, 21 September 2011
Edit : Bandung, 15 Juni 2014

Happy Fathers Day Papah Marah Sudarga, I love you so much, more than I can say.... 




Sabtu, 19 April 2014

Surat Cinta yang Pertama - untukmu "Yang Berkilau Sempurna"

Dami - Emil - Yabi
Emil 1 years old

Originally created by Fufu

Salam penuh kebaikan untukmu cinta, yang kilaunya selalu membuat kami senyum bahagia, izinkan kami sedikit berkata-kata...

Terima kasih telah lahir ke dunia, karena keberadaanmu telah bertambah sumber bahagia kami, Ayabi dan Bundamimu. Maafkan kami kalau masih belum optimal dalam membersamai prosesmu dalam mempelajari kehidupan ini.

Terima kasih atas segala cinta dan rasa percaya yang kau berikan pada kami. Kau tabur warna-warni dalam kanvas kehidupan kami, setiap harinya, selalu ada kejutan menarik darimu. Maafkanlah jika masih ada perlakuan kami yang membuatmu begitu kecewa, juga tetesan air mata yang harus keluar setiap harinya.

Emil... Yabi Dami akui bahwa kami masih belajar. Belajar bagaimana itu menjadi orang tua. Belajar mengajarkan kebaikan yang boleh jadi kami pun baru-baru saja merutinkannya. Belajar bagaimana mendidikmu dengan penuh cinta. Belajar memahami bahasa cinta apa yang sebenarnya kau butuhkan. Belajar bahwa pilihanmu adalah ini, bukan itu, tanpa mendiktemu untuk ini atau itu.

Emil, Yabi Dami memang belum berpengalaman dalam membesarkan anak, karena kau lah yang pertama buat kami. Maka maafkan setiap kekeliruan kami, kealpaan kami, emosi negatif yang sesekali hadir dalam membersamaimu.Insha Allah kami berjanji untuk terus memperbaiki diri menjadi orang tua yang baik untukmu, menjadi sahabat yang menyenangkan bagimu, menjadi guru yang bijak untukmu, menjadi partner yang luar biasa untukmu.

Emil, di usiamu yang genap 1 tahun ini, Yabi dan Dami mendoakan yang terbaik  untukmu. Semoga Allah semakin mencintaimu, semoga Rasulullah membanggakanmu. Semoga kau menjadi anak yang bermanfaat untuk umat. Yabi Dami tak akan memaksamu menjadi apa yang kami harapkan, berkembanglah seperti apa yang kau suka, asal pastikan tetap berada dalam kebaikan dan cara yang Allah suka.

Selamat milad yang pertama our precious boy Emilun-kun, lelaki kami yang "senantiasa berkilau sempurna, insha alah kelak hingga surgaNya", Izdihar Kamil ar-Rayyan.

Ayabi-Bundami
19 April yang pertama
:)


Posted via Blogaway

Senin, 14 April 2014

Kala Hujan

Originally created by fufu

Pernah suatu masa di mana kita duduk bersama namun tak saling bersapa, bukan karena angkuh yang merajai hati, namun memang kala itu perkenalan belumlah ada. Kau dan aku masihlah dua asing dalam masing-masing lingkaran yang belum menemukan irisannya.

Mungkin bukan sekali dua kali saja, bahkan puluhan hingga ratusan kali sesungguhnya takdir selalu mnyinggung kita, pada lingkaran yang sama. Mungkin saja kau juga berada di cafe yang sama ketika aku sedang menyeruput secangkir coklat hangat, dengan notebook menyala di meja. 

Mungkin kau juga ada di sana, saat akhir minggu kuhabiskan waktuku di toko buku, dan pulang dengan tertatih karena keresek belanjaan berisi buku cukup memberatkan tas punggungku.
Atau mungkin, kau juga ada di sana, dalam imajinasi dan mimpi yang kuukir melaluin penaku. Mungkin kau yang hantarkan ide pada tulisanku, melalui doa yang tak pernah putus kau hantar padaku.

Ya, aku yakin setidaknya kita sering tak sengaja berdekatan jarak meski beberapa jengkal saja. Kau tahu kenapa? Karena yakinku bila kita tertakdir bersama, hati kita selalu bersahutan untuk saling memanggil satu sama lainnya.

Ah, mungkin kala itu malaikat pun sedang tersenyum, mengamini bahwa dua insan yang akan saling melengkapi ini untuk segera mengejawantahkan takdirnya. 

Ya, seperti kita yang sedang tersenyum mengingat masa-masa itu, sambil duduk berdua menikmati hujan yang ikut meronakan hati kita, di tambah riuh tawa si kecil buah hati kita. Ah, Allah... aku bahagia

Romantic Family
Posted via Blogaway