Kamis, 19 Juni 2014
Seorang Pria Yang Di Sana
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 00.50 0 komentar
Senin, 14 April 2014
Surat Cinta di Tahun Kedua Pernikahan
Origilly created by Fufu
Hari demi hari kita jalani status "terikat" bersama, konflik demi konflik kita lalui berdua; mulai dari canda tawa hingga air mata. Kisah kita tak selamanya bahagia, bahkan kau dan aku sama-sama mengalami keterasingan akan masing-masing. Aku benar-benar tak mengenalmu, seperti halnya kau yang benar-benar tak mengenalku. Mungkin sesekali kita merasa ingin hidup berdua selamanya, dengan dunia kita yang begitu indahnya. Namun, ada kalanya kau dan aku saling tak paham satu sama lain, sehingga boleh jadi pikiran kita sudah meliar merencanakan hal yang tak seharusnya. Ah Yabi... -itulah panggilan sayangku padamu, bahkan sebelum kita pernah bertemu... kala mengingat momen itu rasanya aku ingin berlari dan sembunyi, betapa aku tak paham akan perbedaan besar diantara kau dan aku.
Selalu ada yang membuatku ingin memperjuangkan apa yang telah kita sepakati bersama, kau tahu apa itu? Ya, persamaan-persamaan kecil yang kita miliki berdua; tentang cinta, tentang cita, tentang impian, tentang kegilaan pemikiran kita, tentang pantai, tentang dunia, tentangmu dan aku meskipun dalam ruang hampa yang kita lilini dengan hati kita. Ah, yabi... terlalu banyak puzzle-puzzle persamaan antara kau dan dan aku, yang tak lah sebanding dengan perbedaan besar kita yang ternyata sedikit saja. Yabi... terima kasih telah membuatku paham bahwa; persamaan dan perbedaan dalam pernikahan bukan untuk diperdebatkan, persamaan denganmu adalah kekuatan, dan perbedaan denganmu untuk saling mengutuhkan.
Mungkin kau terkejut akan segala tentangku yang terbuka begitu saja setelah menikah; aibku, kelemahanku, kekuranganku, dan masa lalu yang masih kusimpan dalm tubuhku, yang aroma sampah emosinya lambat laun kau cium dariku. Awalnya kukira kau akan berlari karena menghadapi kenyataan pahit dariku, namun kau peluk aku dan kau ajarkan aku untuk bisa mencintai diriku sendiri. Kau yang dengan setia, sedikit demi sedikit menyumbuhkan luka menganga yang hanya kututupi saja, bertahun lamanya. Yabi... terima kasih telah membuatku paham bahwa; sebelum kita memberikan cinta pada sesama, pastikan kita mencintai diri kita terlebih dahulu. Dengan menerima, mensyukuri, dan memaafkan segala masa lalu yang pernah diri lalui, agar Tuhan meridhai masa depan yang akan kita jalani.
Dengan menikah denganmu, aku merasa begitu menikmati hidup. Aku menjadi diriku sendiri, dengan segala impian yang selama ini berjejal di otakku. Kau tuntun aku perlahan, menuju setiap episode hidup yang menakjubkan; tentang passion,tentang karya, tentang kebermanfaatan, tentang pernikahan, tentang surga yang akan kita perjuangkan bersama. Yabi... terima aksih telah membuatku paham bahwa; suami dan istri yang baik adalah ia yang tak menuntut pasangannya berubah seperti orang lain, melainkan menuntun pasangannya menjadi dirinya sendiri, yang semakin baik setiap hari.
Yabi... membicarakan tentang kita tak pernah cukup untuk kurangkai dalam kata, bahkan dua tahun ini serasa begitu lama. Masih banyak rasa terima kasih yang kuucapkan padamu, tentang setiamu, tentang kesabaranmu, tentang kau yang begitu berjuang menjadi ayah yang baik bagi Emil kecil kita. Mungkin aku belum begitu sempurna mengenalmu, maka izinkanku untuk terus belajar memahamimu sampai akhir hayat kita.
Yabi... maafkan atas segala kekurangan dan kesalahanku selama ini, sebagai istri, teman, sahabat, partner, dan semua peranku terhadapmu. Izinkan aku terus belajar untuk semakin kau cintai, untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita, untuk menjadi partner terbaikmu, untuk menjadi apa yang kau selalu doakan atasku.
Yabi... terakhir, izinkan aku mengeja yang dua, bahwa; aku cinta.
Bandung, 6 April 2014
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 22.04 0 komentar
Senin, 08 Oktober 2012
A Letter for My Husband, Ayabi :)
Assalamu’alaikum wr wb
Apa kabar Yabi? Tak apa kan bila kutanya kabarmu, sayang? Meski baru dalam hitungan detik, menit dan jam yang belumlah seberapa raga kita tak bersapa. Namun rinduku padamu tak kan pernah sirna; ia siap mengejawantah di hatiku, meski baru kau tinggal dalam hitungan detik saja. Tak kuhantar cinta untukmu, karena ia senantiasa mengalir tanpa henti dari hatiku, tanpa harus diperintah sama sekali. Tak lah apa, bila ia tak sebanding dengan cinta-Nya, yang bahkan setetes saja berwujud nikmat tak hingga, melebihi nikmat kautsar yang belum kita rasa. Tak lah apa, kan sayang? Karena cinta bagiku telah menjelma menjadi semua tentangmu, dalam pendaran cahaya-cahaya yang bertahta di hatiku, karena-Nya, Tuhan kita yang menyeluruh Maha.
Entah mengapa ini menjadi surat tersulit yang pernah kutulis, tak seperti sebelumnya saat aku belum mengetahui siapa keberadaanmu sebenarnya, kata-kata mengalir begitu saja, berbeda dengan sekarang, sayang; karena bahkan aku tak mampu mengatur rima jentik jemari sembari menghapus tetes air mataku yang turut mengiringi. Betapa rangkai aksara tak mampu menampung bertumpah cinta yang mengalir untukmu.
Yabi tersayang, hari ini tepat 6 bulan dari peristiwa dimana kau telah berikrar pada Tuhan kita, bertutur pada semesta hingga mengguncang Arsy-Nya, bahwa kau menjadikanku bidadari bumi yang akan menemanimu; menetapkan atas titah sang Maha bahwa aku adalah pasangan yang memang tertakdir untukmu. Segala puji bagi-Nya, Allah yang Maha suci telah mempermudah proses yang selama ini kita jalani, dalam kesabaran yang seringkali membuat kita melelah keringat dengan haru yang mendalam, dalam ketaatan yang meliputi yakin bahwa Tuhan akan mempersatukan hati kita tepat pada waktunya. Masih terekam hangat dalam memoriku, saat kemarin itu, di mana pertama kalinya kening ini dikecup, oleh seorang pria yang memiliki senyum tersumringah di hari itu, yaitu dirimu.
Mungkin terasa janggal saat orang-orang mengira usia pernikahan kita masihlah ranum, sementara kita berdua sepakat bahwa hitungan 1 bulan seperti 1 tahun rasanya, hitungan 2 bulan seperti 2 tahun rasanya, dan pada bulan ini di hitungan 6 bulan, terasa sudah 6 tahun aku menjadi seorang isteri dari suami terbaik sedunia. Iya Yabi, rasanya tak berlebihan aku berkata begitu, karena memang itulah yang aku rasakan.
Rasanya air mata papa yang menetes saat harus melepas anak perempuan pertamanya tak pernah sia-sia, karena ia telah menitipkanku pada pria yang paling tepat. Tak pernah aku temukan sebelumnya sosok pria yang begitu sabar menghadapi aku, mendengar setiap keluhku, bahkan tak pernah sekalipun kau membentak untuk memarahiku. Tak pernah aku temukan sebelumnya sosok pria yang begitu lembut memperlakukan istrinya, penuh cinta; bahkan itu terlihat hanya dari binar matanya, dari lembut tatapanmu yang merona.
Membayangkan untuk mendapat suami dengan sosok sempurna sepertimu saja aku tak pernah, Yabi; dengan segala kekuranganku yang kau tahu tak mampu dihitung satu persatu. Aku hanya ingat bahwa aku selalu berdoa: “Ya Allah, berilah hamba sosok suami yang bisa membimbing hamba untuk semakin mencintai-Mu.” Kemudian Allah memberiku dirimu, yang sangat melebihi ekspektasiku. Perkenalan kita yang memang tak lah lama menguatkan prinsip kita bersama, bahwa pernikahan merupakan awal dari perkenalan sebenarnya.
Semakin mengenalmu hari-hari ini semakin berwarna ceria, rasanya dunia begitu lebih indah; melalui cerita-ceritamu tentang ilmu sains Sang Maha, melalui buku-buku yang kau rekomendasikan untuk kubaca, melalui kemanjaanmu yang selalu saja membuatku gemas dibuatnya, juga melalui air mata kita yang tumpah bersama selepas kejatuhan sujud kita.
Senja semakin memesona saat setiap sore kita syukuri tak hanya berdua, melainkan bersama calon buah hati kita; yang selalu kau kecup melalui perutku, yang selalu kau ajak berbincang dan tertawa, yang begitu kau khawatirkan keberadaan pertumbuhan dan perkembangannya. Ah, yabi, di usiamu yang masih begitu muda, kau telah menjelma sosok pria yang sempurna; suami yang memperoleh cinta utuh dari isterinya, dan (calon) ayah yang menghantari cinta menyeluruh pada anaknya.
Kata-kata tak cukup mendeskripsikan tentang kita, namun biarlah aku mencoba menyulamnya sedikit saja, agar sejarah setidaknya tahu bahwa pernah ada sulaman cinta yang ikatan benangnya begitu erat, antara seorang aku dengan dirimu, my lovely husband.
6 bulan berlalu rasanya sudah 6 tahun bersamamu, Ayabi.
_Bundami
6Okt'12
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 22.24 1 komentar
Label: Ce-I-eN-Te-A, Romantis, Saya serius, Surat-surat yang kutululis
Jumat, 01 Juli 2011
Surat Untuk Yabi -2-
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 06.34 0 komentar
Senin, 21 Maret 2011
Surat Untuk Yabi -2-
Sebuah surat terperangkap (lagi!)
Assalamu’alaykum wr wb
Yabi, bagaimana kabarmu? Aku hanya selalu berharap kau berada dalam keadaan yang baik, melalui beberapa tangkup doa yang selalu kuhantar untukmu. Agar Allah senantiasa menjagamu, melancarkan segala urusanmu, juga memberkahi setiap jejak langkahmu.
Yabi, sudah lama rasanya kita tak bertutur bersama meski hanya sekadar berdebat jumlah bintang di langit malam ini. Atau juga menerka-nerka bentuk rembulan mulai dari sabit hingga purnama lagi. Atau juga menikmati sajian langit malam dengan diam tanpa komentar sama sekali. Tapi tahukah kamu bahwa dari situlah kita sama-sama menyelam, memaknai yang kau suka dan tak dapat aku rekam, merasai yang kusuka dan tak dapat kau tilam. “Aku suka, karena kau suka.” katamu pelan.
Yabi, aku lebih memilih untuk amnesia sejenak bila mencoba mengingat bagaimana aku mengenalmu. Seperti yang aku adukan padamu di suatu malam, bahwa aku masih saja belum mengerti bagaimana aturan perkenalan lelaki dan perempuan dalam Islam. Dimana aku tengah kebingungan diantara berbagai jawaban dan petuah, bahwa itu fitrah, bahwa itu lumrah, bahwa itu absah, dan berpura-pura tidak tahu bahwa itu cara jahiliyah. Tidakkah aku terlalu berlebihan bila nyatanya penjagaan pandangan, hati dan lisan telah tergantikan, oleh pesan mengudara yang sekenanya dikirim dengan alasan kekaguman. Tidakkah aku terlalu idealis bila nyatanya fakta itu datang dari mereka yang mengaku aktivis, yang berkoar teori toleransi logis, namun mengkonsumsi pil kewajaran overdosis. “Mari bersujud, karena hanya Allah lah yang mengetahui seberapa munafik hati kita.” katamu menitikkan air mata.
Yabi, aku tak pernah menyesal telah bertemu denganmu, melainkan berucap syukur bahwa Allah telah memberikanmu untukku. Seperti yang telah aku tuturkan, bahwa untuk meyakinkan keputusan padamu perlu kejernihan hati dan keluasan pikiran, juga tak hingga istigfar pada niat dalam ketulusan. Dimana aku harus menjelaskan pada bunda bahwa yang berjanggut tipis bukan berarti fanatik atau bahkan teroris, yang bercelana bahan bukan berarti tak punya celana jeans melainkan sebuah kesederhanaan. Tidakkah aku terlalu aneh bila nyatanya yang tampak sempurna tak aku toleh. Karena yang tampan berbalut kebanggaan hanya akan mencintaiku diwaktu muda, yang kaya berbalut kesombongan hanya akan menganggapku sebagai beban nafkah saja. Tidakkah aku terlalu fanatik bila nyatanya yang tampak baik tak aku lirik. Karena yang bangsawan berbalut warisan hanya akan memajangku layaknya boneka, yang bergelar dai berbalut sorban hanya akan merebutku dari Allah pemilik jiwa. “Mari bersujud, karena hanya Allah lah yang mengetahui seberapa rendah derajat kita.” katamu menitikkan air mata.
Yabi, mungkin aku yang terlalu menuntutmu sempurna, untuk menjadi suami, ayah, kakak atau terkadang adik yang manja. Seperti yang sudah kau tahu, bahwa aku tak terlalu mengerti dan memahami jalan pemikiran kaummu, mungkin karena aku tak pernah berani bertanya pada ayah seperti apa lelaki yang baik itu. Bahkan sampai saat ini aku tidak memahami apa hubungan lelaki dan buaya, karena sepanjang hidup aku disuguhkan penampakkan seorang lelaki seperti ayah yang begitu setia. Tidakkah aku terlalu pemilih bila nyatanya untuk menantimu itu terkadang membuat tubuhku letih atau berjalan tertatih, hanya berbekal nasihat bunda yang berpesan lirih, “Hati-hati pada lelaki yang menyebar jaring pada beberapa wanita, lalu di suatu saat memilih yang paling pas menurutnya. Jangan percaya pada lelaki yang mengobral janji, karena lelaki yang baik itu adalah yang memikir berkali-kali segala konsekuensi, yang memilih diam dalam kesabaran, atau berani membuat keputusan, dengan jalan yang Allah halalkan serta rasul teladankan.” Tidakkah aku terlalu keras kepala bila nyatanya memilihmu tak semudah yang aku kira, karena perlu keselarasan hati, pikiran dan jiwa, hanya berbekal nasihat ayah yang berpesan secara seksama, “Lelaki shalih itu banyak jumlahnya, namun yang terbaik untukmu hanya satu saja. Oleh karena itu jangan tergesa-gesa membuat keputusan, jangan pula mengulur-ngulur keputusan hanya karena perasaan. Karena wanita yang baik itu adalah yang tak mendahului ketetapan Tuhan, yang memilih malu mengungkap fitrah perasaan, atau menerima dan memutuskan.”
Yabi, maafkan aku yang mungkin telah menyakiti hatimu karena ketidaksesuaian penempatan perasaan. Aku hanya ingin memastikan bahwa kaulah cermin itu, yang tak hanya memantulkan penampakkan, namun bersama mengadakan perbaikan. Aku ingin meyakinkan bahwa kau memang memilih segala kekuranganku. Tidak karena parasku, tidak karena penampilan luarku, tidak karena profesiku, tidak karena apa yang orang bilang tentangku. Karena selain komunikasi, yang penting dalam sebuah pernikahan adalah kepercayaan dan kerelaan. -Kepercayaan untuk belajar mengenal tiada henti, karena pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perkenalan, melainkan awal sejatinya sebuah pengenalan. Kerelaan untuk menerima segala aib diri, karena pernikahan merupakan kesediaan untuk saling menerima yang sebelumnya tak terdengar, terlihat, terraba, bahkan terrasakan, yang mungkin jauh dari segala impian. “Mari bersujud, karena hanya Allah lah yang mampu menyatukan, membimbing, serta menguatkan hati kita.” katamu menitikkan air mata.
Yabi, mungkin aku tak sepenuhnya menjadikan cinta sebagai alasan menikah denganmu, namun izinkan aku menjadikan pernikahan sebagai alasan untuk mencintaimu. Insya Allah...
Kemarin, Maret 2011
Menelisik embun yang tak ditemui fajar tadi
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 03.08 0 komentar
Label: Ce-I-eN-Te-A, Curhat, Hikmah, Puisi, Romantis, Surat-surat yang kutululis
Sabtu, 29 Januari 2011
Surat untuk Yabi
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 23.44 0 komentar
Label: Ce-I-eN-Te-A, Hikmah, Puisi, Romantis, Surat-surat yang kutululis
Sabtu, 31 Juli 2010
Lelahkah kau menunggu?
Assalamu'alaykum wr.wb.
Aku masih mengambil butir-butir pasir Illahi nan lembut untuk kita susun dalam kehampaan atmosfer bumi ini. Kuambil, kurengkuh, dan kusimpan walau hanya untuk sekadar mengukir namamu kelak. Kulekatkan menggunakan perekat abadi yang selalu bertasbih memuja-Nya. Biarlah tak berpola, karena sejatinya hidup itu memang dinamika, maka pastilah pasir-pasir itu mengangkasa, yang tentunya masih pada orbitnya.
Lelahkah kau menunggu?
Aku masih harus menyediakan teh hangat untuk fajar yang membangunkanku dalam warna-warni asa yang terasa begitu manis. Kuseduh, kuaduk, dan kusajikan tanpa lupa kucatat dalam goresan memori walau untuk sekadar melihat polesan senyummu kelak. Kureguk setetes untuk mengingatkanku akan tidak adanya pendustaan atas nikmat-Nya. Biarkanlah tertuang pada yang lain, agar ia senantiasa jadi cangkir kosong, yang tentunya selalu harus diisi.
Lelahkah kau menunggu?
Aku masih senang merangkai huruf tanpa makna untuk kita diskusikan keberadaannya dalam perbincangan di segala masa, apa itu pagi, senja, petang ataupun malam. Kususun, kusatukan, dan kusimpan walau untuk sekadar membuatmu memegang tanganku. Biarlah tak begitu indah, namun yang pasti terpatri kuat di ujung akal dan hati yang terpacu reseptor arus dan tegangan milik-Nya.
Lelahkah kau menunggu?
Aku masih Allah beri kesabaran untuk tetap menjalani proses tak bertepi ini satu persatu untuk kita renungi mengenai tujuan sejati hidup ini. Kucari, kulihat dan kukejar walau hanya untuk sekadar menyentuh bayanganmu. Biarlah tak sempurna, karena yang terpenting adalah kita benar-benar memulai dari berbaring sampai berbaring lagi, yang tentunya kesempurnaan hanya milik-Nya.
Lelahkah kau menunggu?
Aku masih merangkai bait-bait lirik meski tak bermelodi untuk kita dendangkan bersama dalam kesyahduan cinta karena-Nya. Kupetik, kugesek, kutabuh, dan kutiup walau hanya untuk sekadar bermanja padamu. Biarlah tak begitu merdu, karena kita memang tak berhak mengindahkannya, pastilah bergetar dan mengalir pada kemutlakan ayat-ayat cinta-Nya,
Lelahkah kau menunggu?
Dalam hembusan nafas kesabaran, senyuman hangat ketegaran, tetesan air mata ketidakberdayaan serta sujud lembut kepasrahan, gantilah ucap lelah itu menjadi Lillah. Kita dapat berdiri, berhadapan, dan beradu pandang dalam jarak yang begitu dekat hingga malaikat pun ikut berdoa melihat rembulan yang tersipu, nanti, di batas waktu. Insya Allah…
"Bila kau sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju Ridha-Nya, bersabarlah dengan keindahan. Wallahi, dia tidak datang karena ketampanan, kecantikan, kepintaran ataupun kekayaan, tapi Allah-lah yg menggerakan. Jangan tergesa-gesa mengekspresikan cinta kepadanya sebelum Allah mengizinkan. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Simpanlah segala bentuk ungkapan & derap hati rapat-rapat, karena Allah akan menjawabnya dengan indah di saat yg tepat"
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 22.22 0 komentar
Ksatria Galaksi
Catatan untuk dia ksatriaku
Assalamu’alaykum wr. wb.
Wahai ksatria galaksiku
Kau yang suatu saat nanti akan merajut pola rasi bintang terindah dalam hidupku, kuyakin kau tetap merindukanku. Jika suatu saat nanti kau bertanya rasi bintang seperti apa yang aku inginkan, maka kau pun akan mengerti bahwa aku begitu menyukai seekor kupu-kupu. Bukan tanpa alasan tak pasti, namun karena itu kau akan tahu bagaimana diriku yang sebenarnya. Bukan terlihat indah tanpa alasan, namun melalui proses kehidupan. Bukan dapat terbang tanpa alasan, namun penuh perjuangan. Bukan, aku sebenarnya bukan aku yang begitu memesonamu. Seperti hal-nya ia yang berasal dari ulat, kau pun akan mengerti begitu kecil dan hinanya diriku yang sebenarnya, kalau bukan Dia sang pemilik Arsy yang telah mengangkat kehormatanku. Namun aku yakin hanya rasi bintangmu yang akan mampu meluluhkan hatiku, karena Dia-lah yang menjadikan tanganmu mampu membuatnya, hingga menyentuh kedalaman hatiku.
Wahai ksatria galaksiku
Kau yang suatu saat nanti akan meniup nebula-nebula terhalus dalam hidupku, kuyakin kau tetap bersabar untukku. Jika suatu saat nanti kau bertanya nebula seperti apa yang kuinginkan, maka kaupun akan mengerti bahwa aku tak perlu nebula-nebula romantis yang keluar dari bibirmu. Tatapan matamu sudah mampu menancap tajam hatiku, betapa kau begitu mencintaiku. Tangan lembutmu menghapus air mataku, betapa kau begitu menyayangiku. Senyummu menyadarkan kesalahanku, betapa kau begitu mengasihiku. Diammu menyodorkan bahu untukku, betapa kau begitu mengertiku. Tawa kecilmu mengalihkan aktifitasku, betapa kau begitu memperhatikanku. Seperti halnya nebula yang jarang diprioritaskan karena kecilnya, namun kau mengerti bahwa dari hal kecil itulah sutu kehidupan sebenarnya akan terbangun. Betapa rasulmu telah menjadi teladanmu untuk menebar nebula-nebula terhalus tanpa harus banyak kata.
Wahai ksatria galaksiku
Kau yang suatu saat nanti akan mengajakku wisata di galaksi-galaksi jagat raya, kuyakin kau tetap mendoakanku. Jika suatu saat nanti kau bertanya galaksi mana yang ingin kudatangi, maka kaupun akan mengerti bahwa aku tak perlu menyebutkan satu persatu keinginanku. Galaksi benua sangatlah menarik, di sana kita bisa mengetahui banyak tempat yang belum kita berdua ketahui. Galaksi imajinasi pun bagus, di sana kita bisa tuangkan seluruh isi hati dan pikiran meski orang bisa mengetahuinya. Galaksi majelis lebih menarik lagi, dari sana kita semakin kuat untuk meraih Ridha-Nya. Namun bagiku Galaksi hampa adalah yang terbaik, dimana hanya ada kita berdua, walau untuk bercengkrama, mengobral asa, membagi duka dan banyak hal lainnya, meski dalam ruang sempit tanpa makna, namun penuh dengan cahaya cinta-Nya. Ketahuilah, kedua kaki ini sudah lama menuju berbagai tempat tanpa pasangannya. Oleh karena itu kau sudah tahu bahwa kemanapun itu tempatnya, asal denganmu, maka kedua kakiku akan melangkah dengan senang hati.
Wahai ksatria galaksiku
Tak perlulah kau bersikap seperti ksatria lainnya, karena tanpa begitupun kau sudah menjadi ksatria bagiku.
Tak perlu istana megah untuk menyenangkanku, cukup kesederhanaan perangaimu yang kan menghiasi senyumku
Tak perlu pegasus untuk mengajakku terbang, cukuplah kesamaan rangkaian imaji dalam cinta yang tak terdefinisi
Tak perlu kuda putih untuk mengajakku berkeliling, cukuplah harmoni dua kakimu dalam menuntun langkah terpadu
Tak perlu pedang tajam untuk melindungiku dari ancaman, cukuplah genggaman tangan mengalirkan tak hingga ketenangan
Tak perlu mahkota indah untuk mengangkat derajatku, cukuplah kesesuaian kata di hari-hari dalam menggapai takwa
Wahai ksatria galaksiku
Kan kunantikan selalu salsabila cinta yang kau percikkan pada jiwa dan ragaku, hingga kebahagiaan tertuang laksana luasnya telaga kautsar dalam memuji ke-Maha Besar-an-Nya. Semata mencari ke-Ridha-an-Nya. Insya Allah
270710
_Fu_
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 20.13 0 komentar
Sabtu, 03 Juli 2010
For The Rest Of My Life ^_^
You found your home and sail with me
And I’m here with you
Now let me let you know
I was always thinkin’ that love was wrong
But everything was changed when you came along oh
And there is a couple of words I wanna say
For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you, loving you
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I… I`ll be there for you
And I ask Allah to bless all we do
You’re my wife and my friend and my strength
And I pray we’re together in Jannah
All I know I found myself I feel so strong
Yes! Every thing was changed when you came along oh
And there is a couple of words I wanna say
And now that you’re here in front of me
I strongly feel love
And I have no doubt
And I sing it loud that I will love you eternally
#For The Rest Of My Life_Maher Zain_#
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 00.27 0 komentar
Label: Romantis, Surat-surat yang kutululis
Selasa, 25 Mei 2010
Surat Pertama Untuknya
Akan kutunggu dia
dia yang mencintai Allah lebih dari segalanya
dia yang menemaniku untuk berjuang mencari Ridha-Nya
dia yang menyayangi dan menerimaku apa adanya
dia yang membutuhkanku menjadi sandaran lahir batinnya
dia yang akan menempatkanku sebagai wanita teristimewa
dia yang akan kucinta
Akan kutunggu selalu
dia yang akan kutempatkan pada puzzle terindah hatiku
dia yang tulang rusuk kirinya hilang karenaku
dia yang terbaik yang Allah beri untukku
dia yang tak sempurna dan menerima ketidaksempurnaanku
dia yang selama ini aku tunggu
dia yang selalu kurindu
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 01.11 0 komentar
Label: Allah, Ce-I-eN-Te-A, Romantis, Surat-surat yang kutululis
Surat Cinta dari Jodohku
Bismillahirrahmanirrahim…
Terinspirasi dari seorang ikhwan yang belum kuketahui siapa dia, yang begitu setia menungguku. Seolah ia mengirimkan surat cintanya ini ke dalam memori otakku.
Diposting oleh Foezi Citra Cuaca Elmart di 00.21 0 komentar