Kadang Fu heran sama orang-orang yang selalu komentar atau merasa risih pada orang-orang yang menuangkan perasaannya melalui tulisan. Beberapa kali ada orang-orang yang komentar, "Kenapa sih fu, cinta-cintaan terus?" atau "Kenapa sih Fu soal nikah terus?" yang nantinya akan bermanifestasi untuk muncul komen-komen lain yang biasanya jadi gak enak di hati. Hmmm... bukankah menulis itu adalah sebuah kebebasan? Kebebasan bagi setiap orang untuk menuangkan apa yang ia rasakan. OK, mungkin fu lebih sering menulis mengenai "Cinta" lah, "menikah" lah, dan something like that. Tapi jangan berpikir kalau fu teh cuma mikirin itu terus seharian sampai lupa yang lain. Fu juga masih inget sholat, tilawah, menghafal al-qur'an, baca buku islam, diskusi yang bermanfaat, atau sekadar bercanda dengan teman. Fu masih sempat melakukan semua itu.
Hanya saja kan orang sebenernya gak tahu aktifitas sehari-hari fu kek gimana. Dan sekalinya tahu, ya apa yang fu tulis atau posting di fb khususnya atau di blog ini. Dan mereka tahunya kebanyakan ngomongin cinta lagi, nikah lagi, itu-itu lagi. Tapi asal mereka tahu saja, mungkin itulah pelampiasan fu dalam menuangkan perasaan fu. Fu sebenernya adalah orang yang tertutup, yang bahkan jarang mencurahkan isi hati fu sebenarnya. Bukankah masalah hati dan perasaan itu adalah fitrah? Cinta itu Fitrah, Ingin menikah itu fitrah? Dan mungkin fu tidak bisa melampiaskannya seperti orang-orang lain yang dengan ber-sms dengan orang yang sedang dekat dengannya, telpon-telponan, jalan bareng, atau bahkan melakukan hal lain. Fu tidak bisa. Karena fu juga tahu koridor agama. Terlebih fu juga sangat takut kalau ALLAH murka.
Jadi untuk itu, Fu hanya bisa melampiaskannya melalui tulisan-tulisan Fu, selain Fu menceritakannya pada ALLAH, meski sebenarnya ALLAH tahu sendiri tanpa harus fu ceritakan. Di saat orang lain melampiaskannya dengan menangis dan meminjam bahu sahabatnya, fu hanya bisa menjentikkan jemari fu dan mengungkapkannya pada teman-teman dunia maya. Di saat orang lain lebih memilih sedikit melenceng dan melampiaskannya tidak sesuai koridor agama, Fu lebih memilih menumpahkannya melalui huruf-huruf yang tak tertata.
Menulis itu pelampiasan!!! Hanya itu yang bisa fu lakukan sekarang. Ya, mungkin ini adalah efek dari Fu yang belum sama sekali merasakan bagaimana dekat dengan seorang ikhwan. Fu sama sekali tidak menyesalinya. Justru Fu bersyukur, Alhamdulillah... fu masih terjaga untuk orang yang ALLAH takdirkan untuk Fu saja. Amin. Amin. Semoga Fu tetap istiqomah...
Menulis itu pelampiasan!!! Fu hanya sedang berusaha untuk tidak banyak mengeluh. Tidak banyak berkata "Kenapa begini?" tapi berganti menjadi " Kalau begini lalu harus bagaimana?". Fu hanya tidak mau terlalu sering menggantungkan diri pada orang lain. Apa-apa harus cerita dan membutuhkan orang lain. Memang manusia itu makhluk sosial, tapi bukan berarti kita harus terus menggantungkan hidup kita pada orang lain kan? Jadi nanti apa-apa akan ketergantungan. Fu hanya berusaha untuk tetap kuat, keep fighting sendiri! Karena memang saat ini Fu harus berjuang sendiri. Ya, memang fu tidak bisa untuk sekadar curhat pada mama, karena fu pun tidak tega untuk menambah beban masalah mama yang sudah bertumpuk, haruskah ditambah lagih dengan rengekan dan keluhan fu? Fu juga tidak bisa mengeluh manja pada seorang kakak, karena toh buktinya fu memang fu tidak punya kakak. Fu harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adik fu. Ya, fu hanya berusah untuk berpijak sendiri. Fu harus bisa untuk hanya mengeluhkan segalanya pada ALLAH sekarang ini... Hanya boleh manja pada ALLAH, di samping ada beberapa "Teteh" yang memang telah begitu menyayangi Fu sebagai adik-adiknya. Terima kasih telah banyak telah menjadi tempat fu berbagi sewaktu-waktu.
Bukankah setiap wanita akan menjadi seorang isteri nantinya? Yang mempunyai multiple peran untuk bisa menjadi seorang ibu yang bijak saat suami membutuhkannya, menjadi seorang adik yang manja saat suami membutuhkan senyumannya, menjadi seorang kakak yang yang baik saat suami membutuhkan genggamannya. Menjadi semuanya. Bahkan menjadi dokter untuk mengobati luka hatinya, menjadi penasehat untuk sekadar mengingatkan kesalahannya, menjadi guru untuk sekadar mengajarkan apa yang belum diketahuinya, menjadi segalanya.
Bukankah setiap wanita akan menjadi seorang ibu nantinya? Yang mempunyai tanggung jawab untuk menjadi madrasah bagi anaknya? Yang menjadi sumber segala ilmu, yang menjadi acuan segala makna, yang menjadi segala tumpu segala cinta, yang membagi pengalaman terbesar untuk anak-anaknya. Mengandungnya, menyusuinya, merawatnya, membesarkannya, mendidiknya, membimbingnya dan segalanya. Dan bukankah untuk melakukan semua itu diperlukan mental yang kuat? Dibutuhkan seseorang yang tangguh untuk melahirkan jundi-jundi ALLAH yang tangguh pula?
Dan tidakkah itu semua berawal dari Cinta? Karena ALLAH itu Maha Cinta.
Dan tidakkah itu semua terwujud dari sebuah ikatan Pernikahan? Karena itulah jalan yang ALLAH halalkan.
Ya ALLAH, Ampuni segala khilaf fu kalau memang apa yang fu perbuat itu salah. Ampuni ya ALLAH... astagfirullahal'adzim.... T_T Fu hanya berusaha untuk mengalihkan apa yang fu rasakan melalui tulisan. Fu hanya berusaha untuk tidak terjerumus pada hal lain yang membuat-Mu murka. Ampuni ya ALLAH...
Untukmu, suatu saat kelak, bisakah untuk tidak melarangku menuliskan segala apa yang kurasakan? Aku yakin justru kau akan mendukungku... Terima kasih telah mau mendengarkan....
0 komentar:
Posting Komentar