Originally created by Fu
Saat itu, dia bilang tak mau menenun awan, di suatu waktu saat aku bercerita bahwa tanah telah mengering. Sementara aku rindu pada celoteh anak-anak dalam riak air yang ramai. Aku selalu tersenyum melihat caranya menyulam udara yang menguap ke langit menyenangkanku.
Saat itu, dia bilang masih merintik, di suatu waktu saat aku bercerita bahwa hutan telah terbakar dan tak tersisa lagi tumbuhan. Sementara aku rindu warna nila yang tersamar di atas hulu sungai. Aku kemudian beralih pada embun yang ia hadirkan melegakanku.
Saat itu, dia menghilang perlahan, di suatu waktu saat aku mulai terbiasa mensyukuri embun yang hadir di setiap fajar. Sementara aku tak pernah tahu sejak kapan senyum itu berawal, meski aku perlahan sadar bahwa ianya masih berada dalam keraguan.
Sekarang, dia telah kembali, dan mulai menderas, di waktu aku sudah tak menginginkan lagi sebuah keindahan biasan, yang terbentuk dari akhir rerintik hujan. Karena aku telah memutuskan, mensukuri keberadaanmu, embun yang menyejukkan.
Februari, 2011
-still wait ^^, remember?!-
*Allah itu Maha pembolak-balik hati, ya...
#Mungkin, ini catatan terakhir di bulan ini , dan pasti akan sangat merindukan semuanya...
Akan sangat merindukanmu, bisakah kau memberitahu kabarmu padaku? meski hanya sekadar pesan dari udara yang hening? Aku titipkan pada Allah saja, ya A.... ;p
0 komentar:
Posting Komentar