Ini share dari salah satu sahabat fu, yang fu sangaaat sayang padanya Insya Allah, meskipun kita gak pernah ketemuuu... >.< Fu tidak sebut nama di sini. Ukh, terima kasih yaaa.... Syukron jiddaan.... ^^,
Tujuan ta’aruf adalah saling mengenal satu sama lain dengan tujuan untuk menikah, namun cara yang dilalui syar’i. Disitulah letak perbedaan ta’aruf dengan pacaran. Ta’aruf harus ditengahi oleh orang ketiga, dan orang ketiga pun hendaknya memang orang orang – orang yang sudah paham, dan sebaiknya juga orang yang sudah menikah. Dalam ta’aruf juga harus ada kejelasan dari kedua belah pihak, bahwa itu hanya ta’aruf, means bisa jadi iya, bisa jadi nggak.
Dengan asumsi bahwa akhwatnya siap menikah, maka bila :
1. Kalau ternyata ikhwannya ingin mencarikan jodoh, maka silakan proses melalui Mrbyah akhwatnya. Kalau Mrbyahnya belum ada, mungkin bisa dicarikan orang yang bisa diwakilkan. Tentunya carilah orang yang sudah paham, sehingga dalam proses nanti bisa membimbing.
2. Kalau ikhwannya yang berniat melamar akhwat tersebut, baiknya ditanyakan apakah hal ini sudah ditanyakan ke Mrb ikhwannya. Dan baiknya juga disampaikan agar ta'aruf itu ditengahi pihak ketiga agar hati lebih terjaga.
Penengah yang paling utama adalah Mrb dan Mrbyah, karena memang Mrb dan Mrbyah punya tanggung jawab untuk mencarikan jodoh terbaik bagi binaannya. Jadi baiknya Mrb ikhwannya dan Mrbyah akhwatnya mulai kontak2an untuk memperjelas langkah selanjutnya.
***
Sedikit tentang proses in general dalam ta’aruf.
1. Komunikasi awal antar Mrb ikhwan dan akhwat atau dari Mrb ke orang penengah.
2. Orang tengah/Murobbi akan menghubungi masing – masing calon, dan memberikan guide tentang proses ta’arufnya seperti apa.
3. Saling kirim “Form Bailtul Muslim” yang biasanya nanti dikasikan. Biasanya setelah itu akan ada tanya jawab mengenai form dulu by email. Tentunya semua komunikasi di tengahi oleh orang ketiga tadi.
Peran orang ketiga ini sangat crucial, bukan hanya sebagai “penjaga” tapi juga pembimbing.
4. Kalau dari form sudah ok, biasanya akan bertemu langsung dengan pendamping masing2 (i.e Mrb) atau orang tengah.
5. Kalau dari pertemuan langsung sudah ok, family visit. Perkenalan dengan keluarga.
6. Kalau dari keluarga sudah ok, then tinggal ditentukan tanggal pernikahan yang sesuai dll.
Gimana? :) sebenarnya prosesnya biasa aja kan ya? Tapi ya itu tadi, dalam ta’aruf sebaiknya semua proses komunikasi diketahui oleh Mrb dan orang tengah, kalau tetap mau sendiri2, buat apa ada orang tengah, apa bedanya dengan orang pacaran. Allahu’alam bishawab.
So, untuk ukhti, silahkan ditanyakan kepada beliau.
Dan terakhir, mungkin sama –sama mulai dari sekarang kita katakan pada diri kita “no male friend or best friend”.. yang ada adalah “saudara laki2”. Seteman – temannya ikhwan, mereka tetap laki – laki, sek-kakak – kakaknya ikhwan, mereka juga tetap laki – laki non muhrim. Kitalah yang harus pandai pandai menjaga diri. Bukan berarti jadi memutus hubungan, tapi kurangi interaksi yang tidak perlu.
Perbanyak teman dengan akhwat. Kalau harus ada interaksi dgn ikhwan, usahakan ada orang ketiga yang menenemani. Bahasa dalam komunikas pun hendaknya dijga, cukup yang penting – penting saja, tidak perlu terlalu banyak ekpresi yang mengundang. Mungkin awalnya terasa aneh, tapi lama kelamaan insyaAllah akan terasa lebih nyaman. Saya pun insyaAllah pernah melalui fase ini, fase di mana menjadi lebih sering tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas arahnya atau kepentingannya, fase di mana lebih memilih mendoakan daripada keseringan tanya kabar, dan yang terpenting kalau komuniakasi bisa lewat facebook atau skype, maka akan dimauskkan orang ketiga. Allahu’alam. :) Sometime mungkin ada yang privacy, tapi jujur aja, biasanya jaraaaaaaaaaaaang sekali, so kalau ada yang privacy banget, jagalah bahasa komunikasi.
Saya sayang Foe. InsyaAllah, Allah-lah sebaik – baik tempat bergantung. Ok ;)
*Fu hanya bisa menangis. Astagfirullah.... T_T Let's take a pray.... Allah, lindungi fu selaluuuuu.... ^^,
Tujuan ta’aruf adalah saling mengenal satu sama lain dengan tujuan untuk menikah, namun cara yang dilalui syar’i. Disitulah letak perbedaan ta’aruf dengan pacaran. Ta’aruf harus ditengahi oleh orang ketiga, dan orang ketiga pun hendaknya memang orang orang – orang yang sudah paham, dan sebaiknya juga orang yang sudah menikah. Dalam ta’aruf juga harus ada kejelasan dari kedua belah pihak, bahwa itu hanya ta’aruf, means bisa jadi iya, bisa jadi nggak.
Dengan asumsi bahwa akhwatnya siap menikah, maka bila :
1. Kalau ternyata ikhwannya ingin mencarikan jodoh, maka silakan proses melalui Mrbyah akhwatnya. Kalau Mrbyahnya belum ada, mungkin bisa dicarikan orang yang bisa diwakilkan. Tentunya carilah orang yang sudah paham, sehingga dalam proses nanti bisa membimbing.
2. Kalau ikhwannya yang berniat melamar akhwat tersebut, baiknya ditanyakan apakah hal ini sudah ditanyakan ke Mrb ikhwannya. Dan baiknya juga disampaikan agar ta'aruf itu ditengahi pihak ketiga agar hati lebih terjaga.
Penengah yang paling utama adalah Mrb dan Mrbyah, karena memang Mrb dan Mrbyah punya tanggung jawab untuk mencarikan jodoh terbaik bagi binaannya. Jadi baiknya Mrb ikhwannya dan Mrbyah akhwatnya mulai kontak2an untuk memperjelas langkah selanjutnya.
***
Sedikit tentang proses in general dalam ta’aruf.
1. Komunikasi awal antar Mrb ikhwan dan akhwat atau dari Mrb ke orang penengah.
2. Orang tengah/Murobbi akan menghubungi masing – masing calon, dan memberikan guide tentang proses ta’arufnya seperti apa.
3. Saling kirim “Form Bailtul Muslim” yang biasanya nanti dikasikan. Biasanya setelah itu akan ada tanya jawab mengenai form dulu by email. Tentunya semua komunikasi di tengahi oleh orang ketiga tadi.
Peran orang ketiga ini sangat crucial, bukan hanya sebagai “penjaga” tapi juga pembimbing.
4. Kalau dari form sudah ok, biasanya akan bertemu langsung dengan pendamping masing2 (i.e Mrb) atau orang tengah.
5. Kalau dari pertemuan langsung sudah ok, family visit. Perkenalan dengan keluarga.
6. Kalau dari keluarga sudah ok, then tinggal ditentukan tanggal pernikahan yang sesuai dll.
Gimana? :) sebenarnya prosesnya biasa aja kan ya? Tapi ya itu tadi, dalam ta’aruf sebaiknya semua proses komunikasi diketahui oleh Mrb dan orang tengah, kalau tetap mau sendiri2, buat apa ada orang tengah, apa bedanya dengan orang pacaran. Allahu’alam bishawab.
So, untuk ukhti, silahkan ditanyakan kepada beliau.
Dan terakhir, mungkin sama –sama mulai dari sekarang kita katakan pada diri kita “no male friend or best friend”.. yang ada adalah “saudara laki2”. Seteman – temannya ikhwan, mereka tetap laki – laki, sek-kakak – kakaknya ikhwan, mereka juga tetap laki – laki non muhrim. Kitalah yang harus pandai pandai menjaga diri. Bukan berarti jadi memutus hubungan, tapi kurangi interaksi yang tidak perlu.
Perbanyak teman dengan akhwat. Kalau harus ada interaksi dgn ikhwan, usahakan ada orang ketiga yang menenemani. Bahasa dalam komunikas pun hendaknya dijga, cukup yang penting – penting saja, tidak perlu terlalu banyak ekpresi yang mengundang. Mungkin awalnya terasa aneh, tapi lama kelamaan insyaAllah akan terasa lebih nyaman. Saya pun insyaAllah pernah melalui fase ini, fase di mana menjadi lebih sering tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas arahnya atau kepentingannya, fase di mana lebih memilih mendoakan daripada keseringan tanya kabar, dan yang terpenting kalau komuniakasi bisa lewat facebook atau skype, maka akan dimauskkan orang ketiga. Allahu’alam. :) Sometime mungkin ada yang privacy, tapi jujur aja, biasanya jaraaaaaaaaaaaang sekali, so kalau ada yang privacy banget, jagalah bahasa komunikasi.
Saya sayang Foe. InsyaAllah, Allah-lah sebaik – baik tempat bergantung. Ok ;)
*Fu hanya bisa menangis. Astagfirullah.... T_T Let's take a pray.... Allah, lindungi fu selaluuuuu.... ^^,
0 komentar:
Posting Komentar