Originally created by Fu
From Edelweiss
Satu datang satu hilang, tawarkan izin sampan petualang. Satu ingin memetik, merasa diri bergelar cantik. Ah… kau tak sebanding Bilqis yang memesona Sulaiman, nyatanya aku tak merasa tampan. Aku hanya bunga liar, terjerembab dingin mengakar. Bukan menanti yang memesona, namun ia yang bersahaja.
Satu datang satu terbang, torehkan intip sekilas pandang. Satu ingin menyihir, merasa diri begitu mahir. Ah… kau tak sebanding Aisyah yang meriwayat hadits terbanyak, nyatanya aku tak pandai bersajak. Aku hanya bunga sendu, terbungkus gelap memilu. Bukan menanti silau menyinar, namun cahaya yang berpendar.
Satu datang satu melayang, inginkan sentuh genggam mengenang. Satu ingin menangkap, merasa diri punya perangkap. Ah… kau tak sebanding Zulaikha atas Yusuf yang terhempas, nyatanya aku jelata minoritas. Aku hanya bunga kusam, tersingkir seleksi alam. Bukan menanti tahta penguasa, namun titah Maha Kuasa.
Satu datang satu menyimpan, poleskan senyuman dalam iman.
Satu datang satu tersimpan, bukan olehku melainkan Tuhan.
Satu saja, bahagia.
*Ia menaruhku di atas meja kerjanya, hingga kelopakku mengering dan tutup usia.
_dalam mendung yang rindu lembayung_
10.45 WIB
Safar 1432 H
...setelah menerima satu kejutan lagi...
#Puisi ini fu posting di fb dua hari kemarin. Afwan baru sempet post di sini ya, A... Aa, ngerti kan? Cuma Aa yang pasti ngertia apa maksud puisi ini... Always miss u... ^^
2 komentar:
tulisan yang indah...
saya senang bacanya.
hatinya sepertinya ikut merasakan sesuatu, tapi entah apa...
benar2 bagus. iri saya T___T
terima kasih, Kang dedi, saya masih harus banyak belajar, masih awam...
Oh iya, dari dulu ingin masuk FLP BAndung, tapi gak jadi terus... :-(
Posting Komentar