: untuk selarik cahaya
kamu, yang tengah menjemu;
maafkanlah, aku yang acuh pada selarik pesan tak berbalas - kulenggang sungkan, tak berbekas
aku di sini; dalam kata-kata yang tiap jentiknya mengingatkanku pada mimpi-mimpi kita, menyamudera
kamu, yang tengah meragu;
maafkanlah, aku yang melupa pada sebaris doa tak bersapa - kukulum enggan, tak bernyawa
aku di sini; dalam sendiri yang tiap sepinya menyadarkanku padamu yang nun di sana, memuara
kamu, yang tengah merindu;
maafkanlah, aku yang terlalu jumawa akan kita - meranu angkuh untuk mengaku
;aku pun di sini, merindukanmu
dalam doa rahasia yang Tuhan jaga
selalu
.
Bandung, 11 -12-11
*puisi pertama setelah hibernasi sekian lama, dibuat khusus untuk teh Hajar Nur Asiah Jamil
kamu, yang tengah menjemu;
maafkanlah, aku yang acuh pada selarik pesan tak berbalas - kulenggang sungkan, tak berbekas
aku di sini; dalam kata-kata yang tiap jentiknya mengingatkanku pada mimpi-mimpi kita, menyamudera
kamu, yang tengah meragu;
maafkanlah, aku yang melupa pada sebaris doa tak bersapa - kukulum enggan, tak bernyawa
aku di sini; dalam sendiri yang tiap sepinya menyadarkanku padamu yang nun di sana, memuara
kamu, yang tengah merindu;
maafkanlah, aku yang terlalu jumawa akan kita - meranu angkuh untuk mengaku
;aku pun di sini, merindukanmu
dalam doa rahasia yang Tuhan jaga
selalu
.
Bandung, 11 -12-11
*puisi pertama setelah hibernasi sekian lama, dibuat khusus untuk teh Hajar Nur Asiah Jamil
0 komentar:
Posting Komentar