Sabtu, 31 Juli 2010

Lelahkah kau menunggu?

 Originally created by Fu
Untuk dia yang begitu istimewa

Assalamu'alaykum wr.wb.

Lelahkah kau menunggu?
Aku masih mengambil butir-butir pasir Illahi nan lembut untuk kita susun dalam kehampaan atmosfer bumi ini. Kuambil, kurengkuh, dan kusimpan walau hanya untuk sekadar mengukir namamu kelak. Kulekatkan menggunakan perekat abadi yang selalu bertasbih memuja-Nya. Biarlah tak berpola, karena sejatinya hidup itu memang dinamika, maka pastilah pasir-pasir itu mengangkasa, yang tentunya masih pada orbitnya.

Lelahkah kau menunggu?
Aku masih harus menyediakan teh hangat untuk fajar yang membangunkanku dalam warna-warni asa yang terasa begitu manis. Kuseduh, kuaduk, dan kusajikan tanpa lupa kucatat dalam goresan memori walau untuk sekadar melihat polesan senyummu kelak. Kureguk setetes untuk mengingatkanku akan tidak adanya pendustaan atas nikmat-Nya. Biarkanlah tertuang pada yang lain, agar ia senantiasa jadi cangkir kosong, yang tentunya selalu harus diisi.

Lelahkah kau menunggu?
Aku masih senang merangkai huruf tanpa makna untuk kita diskusikan keberadaannya dalam perbincangan di segala masa, apa itu pagi, senja, petang ataupun malam. Kususun, kusatukan, dan kusimpan walau untuk sekadar membuatmu memegang tanganku. Biarlah tak begitu indah, namun yang pasti terpatri kuat di ujung akal dan hati yang terpacu reseptor arus dan tegangan milik-Nya.

Lelahkah kau menunggu?
Aku masih Allah beri kesabaran untuk tetap menjalani proses tak bertepi ini satu persatu untuk kita renungi mengenai tujuan sejati hidup ini. Kucari, kulihat dan kukejar walau hanya untuk sekadar menyentuh bayanganmu. Biarlah tak sempurna, karena yang terpenting adalah kita benar-benar memulai dari berbaring sampai berbaring lagi, yang tentunya kesempurnaan hanya milik-Nya.

Lelahkah kau menunggu?
Aku masih merangkai bait-bait lirik meski tak bermelodi untuk kita dendangkan bersama dalam kesyahduan cinta karena-Nya. Kupetik, kugesek, kutabuh, dan kutiup walau hanya untuk sekadar bermanja padamu. Biarlah tak begitu merdu, karena kita memang tak berhak mengindahkannya, pastilah bergetar dan mengalir pada kemutlakan ayat-ayat cinta-Nya,

Lelahkah kau menunggu?
Dalam hembusan nafas kesabaran, senyuman hangat ketegaran, tetesan air mata ketidakberdayaan serta sujud lembut kepasrahan, gantilah ucap lelah itu menjadi Lillah. Kita dapat berdiri, berhadapan, dan beradu pandang dalam jarak yang begitu dekat hingga malaikat pun ikut berdoa melihat rembulan yang tersipu, nanti, di batas waktu. Insya Allah…




Seseorang berkata padaku :
"Bila kau sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju Ridha-Nya, bersabarlah dengan keindahan. Wallahi, dia tidak datang karena ketampanan, kecantikan, kepintaran ataupun kekayaan, tapi Allah-lah yg menggerakan. Jangan tergesa-gesa mengekspresikan cinta kepadanya sebelum Allah mengizinkan. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Simpanlah segala bentuk ungkapan & derap hati rapat-rapat, karena Allah akan menjawabnya dengan indah di saat yg tepat" 




Dalam kerinduan
Penghujung Juli 2010
_Fu_

0 komentar: