Sabtu, 19 April 2014

Surat Cinta yang Pertama - untukmu "Yang Berkilau Sempurna"

Dami - Emil - Yabi
Emil 1 years old

Originally created by Fufu

Salam penuh kebaikan untukmu cinta, yang kilaunya selalu membuat kami senyum bahagia, izinkan kami sedikit berkata-kata...

Terima kasih telah lahir ke dunia, karena keberadaanmu telah bertambah sumber bahagia kami, Ayabi dan Bundamimu. Maafkan kami kalau masih belum optimal dalam membersamai prosesmu dalam mempelajari kehidupan ini.

Terima kasih atas segala cinta dan rasa percaya yang kau berikan pada kami. Kau tabur warna-warni dalam kanvas kehidupan kami, setiap harinya, selalu ada kejutan menarik darimu. Maafkanlah jika masih ada perlakuan kami yang membuatmu begitu kecewa, juga tetesan air mata yang harus keluar setiap harinya.

Emil... Yabi Dami akui bahwa kami masih belajar. Belajar bagaimana itu menjadi orang tua. Belajar mengajarkan kebaikan yang boleh jadi kami pun baru-baru saja merutinkannya. Belajar bagaimana mendidikmu dengan penuh cinta. Belajar memahami bahasa cinta apa yang sebenarnya kau butuhkan. Belajar bahwa pilihanmu adalah ini, bukan itu, tanpa mendiktemu untuk ini atau itu.

Emil, Yabi Dami memang belum berpengalaman dalam membesarkan anak, karena kau lah yang pertama buat kami. Maka maafkan setiap kekeliruan kami, kealpaan kami, emosi negatif yang sesekali hadir dalam membersamaimu.Insha Allah kami berjanji untuk terus memperbaiki diri menjadi orang tua yang baik untukmu, menjadi sahabat yang menyenangkan bagimu, menjadi guru yang bijak untukmu, menjadi partner yang luar biasa untukmu.

Emil, di usiamu yang genap 1 tahun ini, Yabi dan Dami mendoakan yang terbaik  untukmu. Semoga Allah semakin mencintaimu, semoga Rasulullah membanggakanmu. Semoga kau menjadi anak yang bermanfaat untuk umat. Yabi Dami tak akan memaksamu menjadi apa yang kami harapkan, berkembanglah seperti apa yang kau suka, asal pastikan tetap berada dalam kebaikan dan cara yang Allah suka.

Selamat milad yang pertama our precious boy Emilun-kun, lelaki kami yang "senantiasa berkilau sempurna, insha alah kelak hingga surgaNya", Izdihar Kamil ar-Rayyan.

Ayabi-Bundami
19 April yang pertama
:)


Posted via Blogaway

Senin, 14 April 2014

Kala Hujan

Originally created by fufu

Pernah suatu masa di mana kita duduk bersama namun tak saling bersapa, bukan karena angkuh yang merajai hati, namun memang kala itu perkenalan belumlah ada. Kau dan aku masihlah dua asing dalam masing-masing lingkaran yang belum menemukan irisannya.

Mungkin bukan sekali dua kali saja, bahkan puluhan hingga ratusan kali sesungguhnya takdir selalu mnyinggung kita, pada lingkaran yang sama. Mungkin saja kau juga berada di cafe yang sama ketika aku sedang menyeruput secangkir coklat hangat, dengan notebook menyala di meja. 

Mungkin kau juga ada di sana, saat akhir minggu kuhabiskan waktuku di toko buku, dan pulang dengan tertatih karena keresek belanjaan berisi buku cukup memberatkan tas punggungku.
Atau mungkin, kau juga ada di sana, dalam imajinasi dan mimpi yang kuukir melaluin penaku. Mungkin kau yang hantarkan ide pada tulisanku, melalui doa yang tak pernah putus kau hantar padaku.

Ya, aku yakin setidaknya kita sering tak sengaja berdekatan jarak meski beberapa jengkal saja. Kau tahu kenapa? Karena yakinku bila kita tertakdir bersama, hati kita selalu bersahutan untuk saling memanggil satu sama lainnya.

Ah, mungkin kala itu malaikat pun sedang tersenyum, mengamini bahwa dua insan yang akan saling melengkapi ini untuk segera mengejawantahkan takdirnya. 

Ya, seperti kita yang sedang tersenyum mengingat masa-masa itu, sambil duduk berdua menikmati hujan yang ikut meronakan hati kita, di tambah riuh tawa si kecil buah hati kita. Ah, Allah... aku bahagia

Romantic Family
Posted via Blogaway

Surat Cinta di Tahun Kedua Pernikahan

Origilly created by Fufu

Dua tahun lalu, jumat penuh bahagia yang ketibaannya kita tunggu bersama, selepas penuh keringat dan air mata kita alami berdua. Kau ikat aku dalam janji suci yang menggetar semesta, bahwa kedepannya empat kaki kita akan melangkah bersama. Masih ingatkah kamu, hari itu turun hujan begitu lebatnya di malam hari, mengiring berkah rahmat-Nya untuk kita berdua. Hari itu, tak kan pernah kulupa, hari dimana pertama kalinya seorang pria membuatku semakin mencintai-Nya.

Hari demi hari kita jalani status "terikat" bersama, konflik demi konflik kita lalui berdua; mulai dari canda tawa hingga air mata. Kisah kita tak selamanya bahagia, bahkan kau dan aku sama-sama mengalami keterasingan akan masing-masing. Aku benar-benar tak mengenalmu, seperti halnya kau yang benar-benar tak mengenalku. Mungkin sesekali kita merasa ingin hidup berdua selamanya, dengan dunia kita yang begitu indahnya. Namun, ada kalanya kau dan aku saling tak paham satu sama lain, sehingga boleh jadi pikiran kita sudah meliar merencanakan hal yang tak seharusnya. Ah Yabi... -itulah panggilan sayangku padamu, bahkan sebelum kita pernah bertemu... kala mengingat momen itu rasanya aku ingin berlari dan sembunyi, betapa aku tak paham akan perbedaan besar diantara kau dan aku.

Selalu ada yang membuatku ingin memperjuangkan apa yang telah kita sepakati bersama, kau tahu apa itu? Ya, persamaan-persamaan kecil yang kita miliki berdua; tentang cinta, tentang cita, tentang impian, tentang kegilaan pemikiran kita, tentang pantai, tentang dunia, tentangmu dan aku meskipun dalam ruang hampa yang kita lilini dengan hati kita. Ah, yabi... terlalu banyak puzzle-puzzle persamaan antara kau dan dan aku, yang tak lah sebanding dengan perbedaan besar kita yang ternyata sedikit saja. Yabi... terima kasih telah membuatku paham bahwa; persamaan dan perbedaan dalam pernikahan bukan untuk diperdebatkan, persamaan denganmu adalah kekuatan, dan perbedaan denganmu untuk saling mengutuhkan.

Mungkin kau terkejut akan segala tentangku yang terbuka begitu saja setelah menikah; aibku, kelemahanku, kekuranganku, dan masa lalu yang masih kusimpan dalm tubuhku, yang aroma sampah emosinya lambat laun kau cium dariku. Awalnya kukira kau akan berlari karena menghadapi kenyataan pahit dariku, namun kau peluk aku dan kau ajarkan aku untuk bisa mencintai diriku sendiri. Kau yang dengan setia, sedikit demi sedikit menyumbuhkan luka menganga yang hanya kututupi saja, bertahun lamanya. Yabi... terima kasih telah membuatku paham bahwa; sebelum kita memberikan cinta pada sesama, pastikan kita mencintai diri kita terlebih dahulu. Dengan menerima, mensyukuri, dan memaafkan segala masa lalu yang pernah diri lalui, agar Tuhan meridhai masa depan yang akan kita jalani.

Dengan menikah denganmu, aku merasa begitu menikmati hidup. Aku menjadi diriku sendiri, dengan segala impian yang selama ini berjejal di otakku. Kau tuntun aku perlahan, menuju setiap episode hidup yang menakjubkan; tentang passion,tentang karya, tentang kebermanfaatan, tentang pernikahan, tentang surga yang akan kita perjuangkan bersama. Yabi... terima aksih telah membuatku paham bahwa; suami dan istri yang baik adalah ia yang tak menuntut pasangannya berubah seperti orang lain, melainkan menuntun pasangannya menjadi dirinya sendiri, yang semakin baik setiap hari.

Yabi... membicarakan tentang kita tak pernah cukup untuk kurangkai dalam kata, bahkan dua tahun ini serasa begitu lama. Masih banyak rasa terima kasih yang kuucapkan padamu, tentang setiamu, tentang kesabaranmu, tentang kau yang begitu berjuang menjadi ayah yang baik bagi Emil kecil kita. Mungkin aku belum begitu sempurna mengenalmu, maka izinkanku untuk terus belajar memahamimu sampai akhir hayat kita.

Yabi... maafkan atas segala kekurangan dan kesalahanku selama ini, sebagai istri, teman, sahabat, partner, dan semua peranku terhadapmu. Izinkan aku terus belajar untuk semakin kau cintai, untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita, untuk menjadi partner terbaikmu, untuk menjadi apa yang kau selalu doakan atasku.

Yabi... terakhir, izinkan aku mengeja yang dua, bahwa; aku cinta.

Bandung, 6 April 2014