Senin, 08 Oktober 2012

Kado Puisi dan Narasi Pernikahan Fu & Canun

Originally posted by Fu

Saya menyukai tulisan dan selalu menyukai puisi, prosa, rangkaian kata-kata yang terbentuk menjadi kalimat yang indah, puitis dan romantis. Hal itu pula yang membuat saya juga selalu sangat mengapresiasi sebuah kado ataupun penghargaan dalam bentuk tulisan. Inilah beberapa kado pernikahan yang saya minta buatkan dari teman-teman saya, yang lihai sekali dalam menerjemah dan merangkai sastra. Ada yang memberikan saya dan suami narasi pernikahan, ada pula yang memberikan saya dan suami puisi pernikahan. Meskipun saya juga senang mendapatkan kado-kado dalam bentuk barang, juga doa-doa yang tak ternilai, namun saya menempatkan kado-kado berupa tulisan ini sangat istimewa sekali di hati saya. Terima kasih untuk semuanya, insyaAllah kado ini akan hadir di buku saya selanjutnya, setelah buku "Menikah Itu Mudah". ^_^

Pertama, kado dari Bezie Galih Manggala, sebuah narasi pernikahan yang dibacakan setelah akad berlangsung
***
Narasi
: Cuaca, Kamil

Suatu esok, ada masa di mana setiap sentuh genggam meluruhkan dosa-dosa kita yang menyelaksa; menyepuh setiap bulir air mata yang menjama’ah doa; menggantinya dengan cinta, menyamudera.

Suatu esok, ada masa di mana setiap kerling matamu yang memanja meneduhi jiwa; menangkap binar cinta tanpa rentang lama; memuncakkan setiap bahagia, memesona.

Suatu esok, ada masa di mana pena kita menari menggoreskan tinta berdua; mengisahkan asma-asma memahadaya; merangkum madani akan semesta, mencahaya.

Suatu esok, di teriknya kilau mentari, gelitik rinai hujan, pendaran bias pelangi, hingga pejaman gulita; kaki-kaki kita tetap jenaka melangkahi bayang jejaknya, menuju taman surga, selamanya.

:demi suatu esok itu, bersabarlah cinta.

- Foezi Citra Cuaca Elmart. "Suatu Esok."

Membicarakan narasi, tentulah ia diawali rekam jejak-perkenalan; semacam serapan cahaya rembulan pada punggung malam yang pertama; yang menandai suatu pagi dimana semesta tidak akan pernah lagi menjadi sebagaimana, pengap seperti sebelumnya; tak lagi gelap terlelap, awam temaram; tak lagi selamanya senyap; hingga pagi akhirnya pun datang, menerbitkan terang yang sesekali benderang, meski terkadang masih tampak remang.

Bagi Fu dan Canun, mungkin pagi pada narasi mereka, lahir pada suatu hari itu; pada sebuah ruang dimana ilmu beredar mencipta benang-benang takdir, sebuah seminar dan training, yang tanpa disadari menghubungkan kedua mempelai kita hari ini. Takdir yang selalu berbisik pelan-pelan, perlahan menautkan, memperkenalkan; berawal dari sebuah pertemuan sederhana; yang berlanjut pada bincang-bincang tanpa rencana; tanpa disengaja membuka tabir tentang kesamaan visi dan cita-cita.

Entahlah, malaikat manapun tak pernah menyangka; dua insan yang berbeda sifat dan rupa; telah secara rahasia dipertautkan oleh yang maha Berencana.

Sang Ksatria, Ikhsanun Kamil Pratama, adalah sesosok pemuda yang menyembunyikan potensi luar biasa; meski dirinya memiliki ide-ide yang, dalam bahasa anak muda hari ini, "ide-ide gila"; tidak biasanya ia berbicara, apalagi membaginya kepada orang yang baru saja dikenalnya.

Tapi bidadari ini berbeda, mungkin begitu adanya; nyatanya impian-impian yang membuat 'canun' luar biasa, terlantun begitu saja; menyapa lembut pendengaran Fu, Foezi Citra Cuaca Elmart lengkapnya, dan terasa sebagaimana mimpi yang selama ini pula terpendam dalam benak terdalamnya.

Ya, ternyata keduanya memiliki kesamaan; sama-sama merasakan bahwa, mengabdi kepadaNya berarti menjaga dari hal-hal yang tak diridhai; yang juga berarti menjaga diri, dan menikah muda!

Adalah mimpi, yang perlahan tumbuh menjadi, pondasi-pondasi niat dalam hati; pada sepasang muda-mudi, yang telah lama mencari, makna dari terciptanya diri.

Adalah mimpi, yang terucap sebagai janji, bahwa hidup ini bukanlah sekedar untuk dinikmati; hidup berarti mengabdi, kepada Tuhannya semesta dan diri.

Hingga tak lama akhirnya, Fu dan Canun memutuskan untuk menautkan dua mimpi yang saling menopang, bergenggaman; melangkah bersama berdua menantang, bersamaan. Tak mau berlama-lama menjaga rasa yang tak semestinya, mereka akhirnya sama-sama berani berkata; "halalkan saja!"

Meski barang tentu, sebagaimana seharusnya; mimpi tak bisa seenaknya saja meracau, menabrak-nabrak kenyataan yang ada; mana bayarannya? Ada perjuangan yang harus ditempuh. Berbulan-bulan do'a dan air mata, yang tak lepas dari cibiran dan prasangka yang tak sedap menderap telinga, menyesaki hati dengan luka-luka yang tak kasat mata.
Ada pula coba dan dera; masalah yang tak diduga-duga; tidaklah mudah meninggikannya, sebuah menara cahaya ditengah terpaan arus dan samudera.

Namun keduanya tegar, berjuang agar pesan mereka tersebar; bahwa niat mereka paripurna, bahwa langkah yang mereka ambil matang dan dewasa; bahwa keputusan ini adalah tentangNya! Tentang Dia yang mencipta dengan cinta. Tentang narasi cintaNya!

Hingga akhirnya semesta tunduk, atas titahNya.
Narasi ini tak sempurna; ya, tak seperti kisah mereka yang begitu lengkap dan bahagia. Perlu lebih dari ribuan malam membicarakan langkah-langkah juang mereka berdua; semesta turut berbicara, ribuan kekata; tapi cukuplah hari ini kita sama-sama berdo'a; "Barakallahu lakuma, wa baraka alaikuma, wa jama'a bainakuma, bikhair."

- Bandung, 5 April 2012.
Dibacakan di Majalengka, 6 April 2012


Kedua, puisi dari Teh Henny Hasan dan Teh Hesty Wahyuningsih, dua sahabat maya saya yang sangat saya sayang karena Allah...
***
Kata-kata menyempurnakan dirinya menjadi kalimat
: puisi cinta.

Pada kesederhanaan hati semua bermula. Sebuah ruang yang akhirnya memiliki penghuninya sendiri.

Selamat pagi, pengantin.
Ada embun dan ranting-ranting basah yg turut mendoakan, semoga keberkahan melimpah di setiap langkah. Dari hari ketika kalian memilih jalan sama yg searah, hingga kalian tak lagi mengenali apakah waktu masih menyertai dunia ataukah musnah.

Selamat siang, pengantin.
Semoga kalian tak lekas lelah ketika terik memenuhi hari. Kami berharap, kisah yg kalian tuliskan adalah tentang sepasang sayap yg tetap gagah mengepak.

Selamat malam, pengantin.
Datangnya gelap akan menutupi benda dari pandangan mata. Begitu pun dengan kalian, akan menjadi penjaga rahasia satu sama lain.

Selamat bagi kalian, pengantin.
Selamat menikmati cinta.
Semoga kelak lahir kebaikan-kebaikan dari keduanya dan bahagia selamanya.

***

Ketiga, dari sahabat saya, seorang dokter muda lulusan UGM, yang anomali dan penyuka sastra dan puisi, Aditya Putra Priyahita
***

barisan puisi tertunduk takzim pagi ini
menyambut hangat mentari selepas deras malam tadi
merasakan gemulai embun merengkuh daun-daun
teriring kicauan langit buncahkan rasa lama terpingit
dan kuncup asa bermekaran jadi bunga


pagi ini adalah mitsaqan ghaliza
tempat dua anak manusia berikrar setia
bukan pada cinta, hanya Pencipta saja
satu kayuh berdua satu layar bersama
bukan untuk dunia, tapi menuju ridha-Nya


hari ini sebuah janji menjelma prasasti
dan mimpi sedari dini telah disulap hakiki
lunas jua berjuta doa berbumbu air mata
yang dieja cakrawala setiap langit beranjak senja


maka pada haru yang menderu
tak henti dzikir mengalun merdu
maka untuk tangis manis tak lagi mengiris
cinta untuk-Nya tak kan berkurang walau seiris
maka dari syukur pengantar simpuh terpekur
ketaatan berdua kian nian bertambah subur
karena bahagia tak bisa dikata seribu bunga
maka biar lelah dalam dakwah yang melukiskannya


pagi ini sebuah tulang rusuk kembali ke tempatnya
lalu aku dan kamu dibelai cinta menjadi kita
maka bertamhid seluruh penjuru dunia
karena langkah perjuangan kan meraksasa
dan bersama kita hela tiap detik wangi surga

selamat berjuang tuan dan nyonya...
Pacitan, 8 April 2012

***

Terima kasih untuk semuanya, yang telah mengirimi kami dengan doa tulusnya. semoga Allah yang Maha Segala membalas yang terbaik untuk semuanya. semoga kami juga tetap istiqamah di jalan sunnah para Nabi ini. Membangun peradaban, beralih dari munfarid menjadi berjamaah. Amin...
Mohon doanya juga ada beberapa buku yang sebentar lagi terbit, juga beberapa yang sedang kami garap bersama lagi. InsyaAllah target 10 buku dari kami berdua terbit tahun ini. :)

4 komentar:

Unknown mengatakan...

sama-sama fu :*

Tamrin mengatakan...

jazakumullahkhairan,,
mohon izin share,,

Anonim mengatakan...

Bagus bahasa doa'nya...Mohon ijin ya utk hadiah pernikahan teman saya. Terimakasih sebelumnya

Anonim mengatakan...

Ijin share