Rabu, 22 Desember 2010

Embun

Semalam, fu buat puisi, judulnya "Embun"



Embun hinggap di pelataran fajar yang mengais sunyi. Menemani bulir di bawah kelopak menyentuh pipi. Kau seka perlahan embun itu. Menggunakan sapu tanganmu. Ditemani rentet kata tak tertata. Yang kau renda di balik jendela.


Embun bertengger di pelataran fajar yang menanti pagi. Menyentuh wajahku yang memucat pasi. Kau tatap enggan embun itu. Dalam sekilas rona senyumanmu. Diantara deret huruf tak bermakna. Yang kau lipat di saku kemeja.


Embun tergeletak di pelataran fajar yang menyimpan sandi. Mengganti dingin yang beberapa saat menggerogoti. Kau tega hempaskan embun itu. Oleh sekelebat genggamanmu. Diakhiri urut kata tak bernyawa. Yang kau tinggalkan di belakang kaca.


Embun telah menghilang seiring pagi yang menawarkan senyuman. Meninggalkan ragu yang tertahan dalam beribu pertanyaan.
Embun telah mengangkasa seiring mentari yang memberi cercahan. Menjemput asa yang tersimpan dengan berjuta pernyataan.


Embun telah pergi bersama pamitnya kau di suatu waktu yang jingga. Dalam sebaris pesan yang seolah menjadi jawaban segala tanya. Berkerumun di balik telinga.


adhhak wa abkaa. amaata wa ahyaa…” dan kau pun tak melanjutkannya seiring mataku yang telah terbuka.

Desember, 2010
*di keheningan malam yang tak jua mampu berseru…

bisakah kau mengartikannya? maukah kau melanjutkannya... ^^

0 komentar: