Minggu, 17 April 2011

Malam

 Originally created by Fu

Dahulu, malam disambut angin dengan sapa hangatnya, yang menghantarkan tarian anak-anak bersarung dalam canda tawa. Malam tak nampak gelap dalam sorot mata mereka yang bening, tak seperti pabrik-pabrik yang terus saja berdesing, atau juga lolongan pojok kota yang semakin melengking. Tak ada sejenak, meski sekejap.

Dahulu, malam disambut awan dengan senyum manisnya, meski membuatnya kasat mata dari tatapan anak-anak yang berdoa. Malam bukanlah teror yang menakutkan tubuh mereka yang mungil, tak seperti kertas warta berhuruf arab yang dijadikan fosil, atau juga pengerat jalanan yang merajuk dibuatkan kastil. Tak ada maaf, apalagi hak.

Kini, malam tak lagi sama. Dinginnya tak bermakna, hangatnya tak dirasa, bahkan kehadirannya tak dicinta. Dinikmat dalam selintas hambar, bahkan hingga ditelan fajar. Tanpa doa, apalagi ikhtiar.

Boleh jadi nanti, malam semakin tak sama. Laiknya sabit yang tak seistimewa purnama. Karena malam telah terbuang, mengalah terkuras siang. Karena malam telah tersingkirkan, dirindunya hanya kala ada seribu rembulan.

17 April, 2011

*Astagfirullah... T_T

0 komentar: