Kamis, 07 April 2011

Ruang

Originally created by Fu


Ruang memenjarakan sebatang lilin di pojoknya sendirian, terbalut pekat yang siap membunuh sekejap meski perlahan. Bila saja ia tahu bahwa malaikat tak punya catatan tentangnya yang seringkali kehilangan nyawa, mungkin tak akan ada ketulusan untuk hilangnya ketakutan, jauhnya kegelapan atau sepoles kehangatan tak tertata. Untuk apa mataku terbelalak, karena tubuhku terkapar tak bergerak, dengan gigi yang gemeretak. Untuk apa lilin berpendar, karena akhirnya menagih ikrar, padaku yang tengah terlantar.


Ruang masih memamerkan kepahlawanannya, pada lilin yang tersipu dalam cahaya. Padaku ia berkata : -Nikmatilah semburatnya, meski ia terletak dua senti dari kelopak. Cumbuilah udaranya, meski ia menelusuk pori tengkuk hingga pelupuk. Gemetarkan hati, meski bibir tak mampu bergumam lagi. Ke sana, Tuhan masih bisa masuk untuk menakwil, telepati hati kalian yang saling memanggil.


Ruang pun tahu doaku, “Aku menunggu lilin mati, untuk kemilaumu yang membuka pintu.”


galaksi doa, April 2011

*Is it true, my prince? ^^,

0 komentar: