Selasa, 23 November 2010

Senja itu...

Untukmu...



Senja itu tak lagi merona, karena kau telah rela mengganti bunga dengan segenggam tangkai tak bersisa. Tangkai yang kau tanam pada pot kecil dalam ruang kerjamu terletak di atas meja. Tangkai yang terus kau sirami setiap pagi dengan harap suatu saat akan berbunga. Tangkai yang selalu kau pandangi dengan senyum manismu yang tak lagi menampakkan jujurnya. Tangkai yang telah menemanimu menggores dua carik kertas dengan sebuah pena. Tangkai yang sama dengan yang pernah jemariku raba.

Senja itu tak lagi berseri, karena kau telah sibuk dengan setumpuk kertas yang kau cumbui akhir-akhir ini. Kertas yang lembar demi lembarnya mampu kau baca ratusan kali. Kertas yang tak pernah luput dari genggamanmu dari fajar hingga fajar lagi. Kertas yang kau letakkan bersama secangkir kopimu setiap pagi. Kertas yang telah membuatmu lalai bahwa langit sudah tak mau kompromi tentang warnanya esok hari. Kertas yang sama dengan yang pernah air mataku tetesi.

Senja itu tak lagi merindu, karena kau telah senang menggores kanvas dengan tinta warna tanpa ragu. Tinta yang tak pernah lepas dari kuas di genggaman tangan kananmu. Tinta yang setiap biasannya kau sukai untuk menghiasi lukisanmu dengan bingkai lagu. Tinta yang warnanya telah menerangi setiap dinding kamarmu yang membisu. Tinta yang telah membuatmu lupa bahwa hari selalu ada gelapnya tak selalu cerah atau kelabu. Tinta yang sama dengan yang pernah tanganku sapu.

Senja itu hanya setia pada jingganya, saat ia tahu bahwa kau telah menyematkan tangkai pada lipatan kertas membentuk bunga berwarna tinta, di samping sajak sederhana.


Falaa uqsimu bisysyafaq.

21 November 2010
_Fu_

0 komentar: