Selasa, 17 Agustus 2010

Untukmu Biothermalku... ^___^

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...
Catatan ini ada di novel pertama Fu...
Hmm... untukmu biothermal-ku, semoga istiqomah yah... ^_^


Biotermal berhati bernama pria
Dinginnya hatimu dapat kurasa pada setiap sikap yang kau lumuri dengan kebekuan pada setiap sel tubuhmu. Bukan karena keangkuhan menyertai perangaimu, namun ku tahu itu hanya sebatas penjagannmu dalam membentengi diri menghindariku. Pandangan kaburmu ketika melihatku adalah salah satu buktinya. Bukan karena rasa sombongmu untuk sekadar memandangku, tapi justru hal itu kau lakukan karena kau begitu menghormatiku. Kau menyadari bahwa setan tak pernah lalai untuk menggodamu melalui kelemahanmu, yaitu aku.

Biotermal berhati bernama pria
Hangatnya hatimu dapat kurasa pada setiap perkataan yang terlontar dari kolaborasi pemikiran otak bercampur kelembutanmu. Bukan karena untuk menebar pesona, namun terkadang kau pun tak bisa terus berpura-pura angkuh padaku. Sikap aslimu tertuang pada setiap juluran tanganmu untuk sedikit membantuku saat kesulitan. Meskipun hal tersebut sempat membuatku merasa istimewa dihadapanmu, namun sungguh aku tahu bahwa kau tak lebih dari menganggapku sebagai saudara seimanmu.

Biotermal berhati bernama pria
Panasnya hatimu dapat kurasa pada setiap diam yang kau tunjukkan untuk menutupi suasana hatimu. Bukan karena kau tak peduli sekitarmu, namun ku tahu kalau kau sedang menahan amarah dan nafsumu karena kesalahanku yang menggoyahkan hati dan pikiranmu. Ayat Al-Qur’an dan puasamu adalah pereda panas itu, menemanimu selalu dalam proses penjagaan sesuai anjuran Rasulmu. Sungguh, bukan karena kesalahanmu, tapi kesalahanku yang tak mengerti bagaimana Dia menciptakanmu berbeda dariku.

Biotermal berhati bernama pria
Musim semi hatimu dapat kurasa pada setiap senyum yang terkulum di bibirmu, mengiringi lantunan dzikirmu selalu. Bukan senyum padaku, tapi senyum di kala kesendirianmu, senyum yang kau beri hanya untukNya. Jangan pernah kau beri senyum itu padaku, karena itu akan membuatku begitu berbunga dan merana dalam setiap penantian untuk mengharapmu selalu. Meski ku tak tahu niat aslimu, namun aku pun hanya manusia biasa yang begitu sensitif mengenai rasa.

Biotermal berhati bernama pria
Musim gugur hatimu dapat kurasa pada setiap semangat yang berkobar dalam jalan dakwahmu. Tetap berdiri kokoh, pun saat kawan seperjuanganmu satu persatu jatuh berguguran pada prinsipnya. Kau tak pernah menjauhi mereka, justru kau rangkul mereka kembali untuk berteriak di setiap simfoni jalanNya. Bukan karena kau begitu ingin mendapatkanku yang kau anggap sempurna itu, namun karena kecintaanmu padaNya selalu. Sungguh, kau tak pernah tahu bahwa aku terlalu hina bagimu yang begitu terjaga.

Biotermal berhati bernama pria
Musim kemarau hatimu dapat kurasa pada setiap tetesan air mata penantian dalam gurun yang sedang kau tapaki. Tak pernah lelah mencari diiringi mentari yang mengeringkan kerongkonganmu, meski aliran darah telah meretas keluar dari pori kakimu. Sungguh, aku yakin akan kau dapati kebahagiaan saat menemukan oase yang mengandung sucinya air zam-zam pelepas dahagamu. Oase tersembunyi yang belum disinggahi siapapun. Oase yang siap kau bina dan menemani kehidupanmu selalu.

Biotermal berhati bernama pria
Musim tropis hatimu dapat kurasa pada setiap gerimis yang terlihat pada matamu yang berkaca-kaca. Menahan kesedihan pada niatan sucimu yang kembali menuai kegagalan. Bukan karena kau begitu kecewa pada kegagalan itu, tapi justru karena kau mempertanyakan apa sebenarnya dosa yang kau perbuat hingga Dia mempersulit niatan sucimu. Sungguh, percayalah bahwa dia akan memberikan yang terbaik untukmu. Tak pernah semata-mata Dia yang Maha Jenius membuat skenario hidup seseorang kecuali itulah yang terbaik untuk hambaNya.

Biotermal berhati bernama pria
Jangan pernah kau ubah dinginnya hatimu itu, karena kau tak kan lebih seperti penguin yang menjelajah gurun pasir. Tak mampu menerima takdirNya, kau hanya penguin biasa.

Jangan pernah kau ubah hangatnya hatimu itu, karena dari situlah aku akan tahu akhlak sejatimu. Aku pun dapat membedakan jika itu kepura-puraanmu, topengmu tak dapat menutupi hatimu sebenarnya.

Jangan pernah kau ubah panasnya hatimu, karena kau tak akan lebih dari makhluk yang mengaku suci dengan segala nodamu. Aku dapat melihat keistiqomahanmu, hingga akan kau dapati nikmatnya puasamu saat berbuka kelak.

Jangan pernah kau ubah musim semi hatimu, karena itulah bukti bahwa kau begitu dicintaiNya. Sehingga aku begitu ingin dicintaiNya juga melaluimu, kau sudi menerimaku dengan segala keterbatasanku.

Jangan pernah kau ubah musim gugur hatimu, karena aku harap justru kau adalah pohon yang kokoh berdiri itu, bukan dedaunan yang jatuh ke bumi. Keikhlasanmu akan terpancar karena kau begitu tegar.

Jangan pernah kau ubah musim kemarau hatimu, karena kau tak akan lebih dari pengembara yang mati sia-sia pada perjalanannya. Tak mampu bersabar dan putus asa menemukan oasenya.

Jangan pernah kau ubah musim tropis hatimu, karena dari situlah kau mengakui ketidakberdayaanmu pada setiap keputusannya. Kau akan temui bahwa segala sesuatu indah pada waktunya.

Biotermal berhati bernama pria
Jangan pernah lelah menjalani keistiqomahanmu. Yakinilah bahwa suatu saat akan kau dapati biotermal berhati bernama wanita, yang terbaik untukmu. Dia yang halal kau pandang setiap harinya. Dia yang menjadikanmu pria istimewa satu-satunya. Dia pereda gelisahmu yang selalu menyediakan seluruh jiwa raganya. Dia yang menyenangkan hatimu selalu dengan senyumannnya. Dia yang tak sempurna namun kau anggap segalanya selainNya. Dia pelabuhan terakhir yang siap menerimamu untuk bersama menggapai RidhaNya. Dia yang dalam penantiannya selalu memperbaiki dirinya hingga siap dijemput olehmu. Dia yang ditakdirkan untukmu. Dia yang menjadikanmu semakin mencintaiNya.

Biotermal berhati bernama pria
Pernahkah mendoakan jodohmu? Doakanlah ia, karena boleh jadi keadaanmu sekarang ini karena ia yang selalu mendoakanmu.

Jangan menilai aku yang menulis ini dengan pandangan semu, pasti tulisan ini menjadi kontroversi, namun sekali lagi aku pun masih belajar. Ingat, “Aku bukanlah apa yang aku tulis, apa yang aku katakan ataupun apa yang aku perlihatkan. Tapi aku adalah aura yang kau tafsirkan sesuai stimulus hatimu mendeskripsikan bagaimana aku.”



Fu suka pria berkacamata... hehe... ^_^

Repost : Catatan kecil di siang hari, ketika Allah memperingatkanku akan indahnya nikmat sehat itu.
25 Januari 2010
_Foezi Citra Cuaca Elmart_

0 komentar: