Kamis, 18 Oktober 2012

Our (Before) Love Story

Originally created by Fu

Bismilahirrahmanrrahim…
Assalamu’alaykum semuanya, afwan kemarin belum sempat posting di sini dikarenakan beberapa hal. Sekarang saya ingin bercerita mengenai kisah hidup saya. Postingan ini sebenarnya request dari beberapa orang, tepatnya hampir semua yang mengenal saya selalu penasaran mengenai kisah ini. Kisah bagaimana seorang Fu bisa bertemu dengan seorang Canun hingga akhirnya menikah. Maka dari itu sekarang ini saya akan ceritakan, mencoba mengingat-ingat kembali bagaimana kisah itu, yang tak akan pernah bisa saya lupakan insyaAllah :)
 
AWAL MULA SALING SAPA

Tak ada kisah yang sempurna, namun setiap kisah selalu istimewa, karena disutradarai sang Maha Sempurna. Maka syukurilah setiap detik kisah hidup kita. –Fu

Tiga tahun yang lalu, tepatnya awal 2010. Seorang Fu tiba-tiba tersangkut di sebuah “notes” di facebook, pemilik notes itu seorang pria, entah itu siapa saat itu saya tidak mengenalnya. Yang saya ingat foto profilenya adalah dia yang sedang dalam pose seperti menulis sesuatu. Saya terkesan pada tulisannya, saat itu yang ia tulis bertema science dan medis yang dikaitkan dengan Islam. Tulisan sederhana itu membuat saya penasaran pada tulisan-tulisan ia yang lain. Saya buka beberapa notesnya, yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk klik “add friend” orang itu. Memang saya tidak terlalu hobby meng-“add friend” di facebook, apalagi itu seorang laki-laki. Harus banyak alasan dan pertimbangan yang membuat saya melakukannya. Tanpa mengingat-ingat siapa orang itu, bahkan namanya saja saya lupa (jeleknya orang visual *alasan :D) saya melupakannya begitu saja.

Tiba-tiba beberapa hari kemudian, pria yang ternyata berkacamata itu menulis wall di facebook saya, kurang lebih begini bunyinya: “Assalamu’alaikum, terima kasih sudah add saya, btw ini siapa ya? :)” Saat itu saya merasa ini orang aneh sekali, soalnya dia orang yang pertama kali di add tapi menyapa duluan. Karena tabu bagi saya untuk menulis di wall pria yang tidak saya kenal, maka saya balas di message fb. La la la, singkat cerita terjadi percakapan antara saya dengannya, mulai dari perkenalan dll. Sampai akhirnya ada yang mengaitkan kami saat itu, yaitu dunia kepenulisan dan penerbitan buku, karena ternyata kami sama-sama suka menulis dan ingin menerbitkan buku.

JUJUR! Gak ada perasaan sama sekali. Lagipula saat saya lihat profile nya sekilas, lihat foto-fotonya juga rasanya tidak ada ketertarikan sama sekali. Hellow!!! Secara dia juga angkatan di bawah saya, saya 2007 dan dia 2008. Usianya pun 1 tahun lebih muda dari saya. Dan saat itu, that’s mean dia itu BUKAN TIPE GUE BANGET :p Anehnya, meskipun itu orang udah jelas-jelas lebih muda 1 tahun dari saya, saya masih aja manggil dia “Akang”, dan dia dengan PeDe nya manggil saya dengan sebutan “Fu” aja. Kalo inget lagi, nyebelin banget tuh orang kan? Kepede-an pisan so’ dewasa :p

Waktu berlalu, komunikasi kami FLAT. Paling suka tag2an notes tulisan2 kami. Saya GAK ADA RASA sama sekali, dan saat itu rasanya tidak berminat untuk tertarik pada brondong (Hahaha…) Dataaaarrr… lagipula saat itu saya lagi suka sama yang lain :p Yaps, meskipun saya belum pernah pacaran, saya juga tidak memungkiri bahwa saya pernah merasakan fitrah yang Allah beri, tertarik pada lawan jenis, meskipun seringkali menjadikan saya hanya menjadi secret admirer alias pengagum rahasia, yang berakibat membuat saya patah hati berkali-kali. Misal: orang yang saya suka malah pacaran sama sahabat saya sendiri, atau orang yang saya suka jelas-jelas gak tertarik sama saya, atau orang yang saya suka jelas-jelas tidak mengenal saya, atau orang yang saya suka hanya menjadikan saya cadangan, atau orang yang saya suka menganggap saya adik/saudara, atau orang pernah saya suka akhirnya menikah dengan kakak tingkat saya lalu saya jadi pager ayu nya saat menikah (yang ini ikhlas kok :D), atau orang yang saya suka udah jelas-jelas punya calon, atau orang yang saya suka lalu meninggalkan saya menikah (karena saya nya juga gak pernah bilang suka :D *salahloesendiri)

Saya mengategorikan perasaan tertarik pada seorang pria pada level “suka”, bagi saya rasa “Cinta” dan “Sayang” itu teralu tinggi, terlalu suci, dan itu hanya akan saya persembahkan untuk seorang pria yang Allah halalkan menjadi qawam saya. Bagi saya, “Cinta” pada lawan jenis itu bukan hanya persoalan seberapa kita “memberi”, namun juga persoalan seberapa kita “saling memberi” dan diRidhai Sang pemilik rasa. Maka dari itu, entah sejak kapan bermula, saya berprinsip untuk tidak akan memberikan cinta saya pada pria lain selain suami saya saja.

PERISTIWA YANG MENGUBAH HIDUP SAYA

Jodoh itu sesungguhnya begitu dekat, bahkan kita dan jodoh kita berada pada circle yang sama. Hanya saja, prasangka-prasangka, perasaan-perasaan yang tak seharusnya, dan fokus kita pada orang lain yang telah menghijabi kesadaran kita akan kehadirannya. –Fu

Kurang lebih satu tahun setengah saya menjadi secret admirer seseorang sejak 2010, tentunya bukan pada si pria pengirim wall itu. Saya menjadi pengagum rahasia ia yang membuat saya belajar membuat puisi. Sebenarnya saya sudah menganggapnya sebagai seorang kakak, tanpa pernah bertemu sama sekali, karena kami saling mengenal via dunia maya. Saya juga tak mengerti, kenapa saya bisa suka sama seseorang yang bahkan tak pernah saya temui, ah, Alllah itu kan pemilik segala rasa, ia berkuasa untuk memberi “fitrah” bahkan pada mata yang tak pernah bersua. Ya, saya mengagumnya hingga peristiwa itu, peristiwa dimana ternyata ia akan menikah. Tahukah bagaimana rasanya memendam perasaan begitu lamanya hingga satu tahun setengah lalu ternyata tak bersambut? Hati saya saat itu patah sepatah –patahnya. Meskipun telah beberapa kali patah hati, namun yang saat itu sangat berbeda rasanya. Patah hati di saat saya justru sudah merasa siap untuk menikah, di saat orientasi suka saya bukan sekadar fitrah saja, namun sudah mengharapkan sebuah pernikahan.

Patah hati saat itu membuat saya begitu remuk, hingga semangat hidup saya begitu redup, hingga saya sempat merasa tidak tahu arah hidup saya akan kemana. Saya mengalami tekanan luar biasa, galau kronis (lebay) yang membuat saya terus menerus menangis di klinik seharian, menangis sambil meratapi lagu-lagu galau, dan yang saat itu menjadi favorit saya adalah lagu “Pemilik Hati-Armada”. Di saat sedang merasa begitu sakit hati itu, di suatu malam selepas tahajud saya berdoa :

“Ya Allah, saya sudah merasakan sakitnya patah hati berkali-kali, dan itu sakit sekali rasanya ya Allah. Saya sudah tidak mau lagi merasakan patah hati ya Allah, maka dari itu, bila pun saya harus jatuh cinta lagi, jatuh cintakanlah saya hanya pada jodoh saya saja.”

Dengan bulir air mata saat itu, saya yakin Allah mendengar doa saya. Saya yakin Allah akan menguatkan saya. Allah telah menampar saya, bahwa selama ini saya terlalu berfokus pada perasaan-perasaan semua. Boleh jadi Allah cemburu pada saya, Allah ingin menyadarkan saya untuk berfokus pada-Nya, karena boleh jadi perasaan-perasaan semua itu yang telah menghijabi antara saya dan diriNya, hingga menghijabi saya dan jodoh saya. Ya, Allah sayang sama saya, Allah tak mungkin menelantarkan hamba-Nya, bahkan di saat niat saya saat itu ingin sekali untuk segera menyempurnakan separuh agama. Maka, saya putuskan untuk healing hati, pikiran dan diri saya. Saya harus sembuh dari keterpurukan yang tidak seharusnya ini. Saya harus bangkit. Untuk mengatasi hal tersebut, saya memutuskan cuti 1 bulan dari klinik, untuk ikut penelitian menjadi surveyor bersama FK UGM. Saya jalan-jalan ke beberapa tempat, bertemu banyak orang baru, menemukan berbagai pengalaman baru. Maksud saya untuk setidaknya melupakan sejenak kesedihan saya itu ternyata berhasil. Kurang lebih 2 bulan saya seperti menghilang dari dunia maya. Banyak orang yang menanyakan kabar saya, merindukan tulisan-tulisan saya, merindukan sapaan saya di status, dll. Namun, saya ingin sembuh dulu, agar saya pun bisa menyapa mereka yang mencintai saya dalam kondisi “sehat”.


HABIS GELAP TERBITLAH TERANG


Allah membuat skenario kebahagiaan seterang mentari, juga membuatkan skenario kesedihan sederas hujan, untuk membuat episode kehidupan kita berwarna seceria pelangi. -Fu
Kurang lebih 2 bulan lamanya, saya menjalani proses meditasi (Halah…!). Memang belum sembuh benar, karena saya belum sepenuhnya melupakan peristiwa patah hati yang paling menyakitkan itu. Saya tidak menyalahkan orangnya, yang justru saya sesalkan adalah diri saya sendiri, kesalahan-kesalahan yang saya buat. Namun saya mensyukurinya, karena bagaimanapun ini adalah scenario indah yang Allah berikan untuk saya, bagaimanapun ada seorang Fu yang seperti sekarang, karena pernah juga mengenal orang-orang yang membuat patah hati itu. Seringkali kita harus bertemu dengan orang yang salah terlebih dahulu, sebelum Allah pertemukan dengan orang yang tepat.

Kita memang bisa memaafkan kesalahan orang lain, namun terkadang kita sulit untuk memaafkan diri kita sendiri, dan yang lebih sulit lagi adalah melupakan peristiwa yang membuat kita sakit hati itu. Maaf itu bisa diatur, namun kenangan tak kan pernah bisa terkubur. Namun, itu saat saya kan sudah janji pada diri saya sendiri kalau saya akan bangkit, masa depan telah menanti, dan kecerahannya bergantung pada keputusan saya saat ini. Maka saya mulai menyibukkan diri dengan menulis, silaturahmi dengan banyak orang, membaca buku, giat melayani pasien-pasien saya di klinik dll. Saya merasa begitu bersyukur, karena justru dunia saya begitu berwarna, Allah begitu baik pada saya.

Hingga suatu sore, saat itu akhir Mei 2011, tiba-tiba saya terlibat percakapan di yahoo messenger entah awalnya bagaimana, dengan si pria yang menyapa saya di wall. Sama-sama suka buku, sama-sama suka menulis, sama-sama haus ilmu, entah kenapa membuat kami begitu nyaman, hingga saya menganggapnya teman saya. Ah, saat itu tak terpikir aneh-aneh, hati saya juga masih belum mau buka hati. So, dikusi yang terlibat antar kami mulai dari buku, sains, islam, dunia tulis menulis, saya anggap sebagai percakapan professional antar teman.

Hingga saat itu, tepat 4 Juni 2011, Salman ITB menjadi pertemuan pertama kami. Saat itu ada acara bedah buku yang pembicaranya adalah penulis favorit kami, yaitu Tasaro GK (Penulis buku Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan). Tidak pernah janjian, bahkan tidak tahu menahu seperti apa wujud seorang pria berkacamata itu (Gak hobi ngubek-ngubek profile orang, kecuali yang disuka :p hahay), maka saya juga tak menyangka bisa bertemu orang yang selama ini hanya terlibat chat di YM itu. Waktu itu saya datang ke acara itu bersama sahabat dekat saya, Ufa namanya. Dialah yang menjadi saksi pertama pertemuan kami. Saya yang memakai pakaian dengan nuansa serba coklat tua, dan ia yang memakai baju koko dan celana serba hitam, akhirnya beradu pandang pertama kalinya.

Meskipun sebelumnya pernah suka pada beberapa pria, pernah bertemu dengan beberapa pria, namun entah kenapa waktu itu pertama kalinya saya bertemu pria yang baru saya kenal, dengan dada begitu berdebar. Saya mencoba bersikap biasa, just say hay, dan terlibat percakapan ditengah keramaian suasana mesjid salman, bersama ditemani sahabat saya. Entah kenapa saat itu pula, yang pertama saya lakukan adalah berdoa pada Allah “Ya Allah, saya takut jatuh cinta pada orang ini.”

Kisah saya yang begitu rumit, seringnya patah hati, membuat saya cukup berhati-hati saat itu, karena tidak mau lagi salah jalan. Saya dan pria itu laiknya sebagai teman, ditambah lagi akhirnya kami sering dipertemukan di komunitas muslim muda yang kami ikuti. MYELIn, Moslem Youth for Lovely Indonesia, komunitas itu menjadi salah satu tempat kami bertumbuh dan berkembang bersama, melalui pengajian rutin yang dilakukan setiap minggunya. Sejak dulu berteman di fb, profesinya yang seorang trainer memang membuat dia sering promosi training ini itu pada saya. Salah satunya adalah training komunitasnya, yang dipimpin Kang Harry Firmansyah R, ya acara MYELIn itu.

MELURUSKAN NIAT
Singkat cerita selama proses pertemanan kami memang terasa ada sesuatu yang berbeda, saya juga merasa aneh entah itu apa. Awalnya saya tidak begitu  menyadari, karena bahkan saya tipe orang yang supel dalam berteman, saya berteman dengan banyak pria termasuk di komunitas kami. Dalam prosesnya juga ternyata tak semulus seperti cerita dongeng, karena banyak air mata dan tangis yang mengiringi. Saya hampir juga patah hati oleh pria itu. Saya tak bisa menceritakannya, intinya : Sebelum seorang pria menikah, terkadang ia memiliki beberapa pilihan wanita, karena seorang pria hanya akan utuh mencintai seorang wanita yang menjadi istrinya saja.

Jujur saat itu saya juga akhirnya sadar memiliki “rasa” padanya, namun karena pengalaman sebelum-sebelumnya saya sudah lebih kuat menghadapi apapun yang terjadi. Saya tak mau menyerahkan semua rasa saya. Sebelum menikah, jangan memberi perasaan 100% pada orang yang kita suka, suka lah sewajarnya, kaffahkan perasaan saat ia memang telah fix menjadi orang yang halal untuk kita cinta.

Saat itu saya tak mau lagi membuat Allah murka. Setelah merasa ada sesuatu yang tumbuh belum pada tempatnya di hati kami, saya menyerahkan prosesnya pada Teteh angkat saya. Saya bukan tipe orang yang setuju dengan perjodohan murabbi atau guru ngaji saya, lagipula guru ngaji saya saat itu juga cukup bijak karena mengetahui proses yang saya lakukan itu dengan teman satu komunitas saya. Saya lebih menyerahkan urusan izin untuk menikah pada orang tua saya, karena orang tua lah yang lebih berhak terhadap diri saya.

Saat itu niat saya adalah menikah, that’s mean  saya menanti jodoh saya. Kalaupun saya tidak jadi menikah dengan pria wall itu, itu berarti dia bukan jodoh saya. Simpel! Meskipun jujur tetap saja ada air mata, namun saya tak mau terlalu ribet lagi, tidak mau menyusahkan diri saya. Terlebih saya juga tak mau membuat Allah murka dan rasul menitikkan air mata dengan berbuat hal yang tidak seharusnya. Niat menikah haruslah karena ibadah, haruslah karena Allah, haruslah karena ingin mengikuti sunnah rasulullah. Dengan segala liku yang terjadi, Allah menyadarkan saya agar niat menikah saya tidak karena cinta pada makhluk-Nya. Allah begitu menyayangi saya dengan tak membuat saya terlena akan rasa-rasa semu lagi. Allah tak mau saya menuhankan manusia yang membuat saya bisa melupakan kehendak-kehendakNya.

ALLAH’s SIGN

Tidakkah kita menyadari, bahwa dalam setiap skenario hidup Allah tak menelantarkan kita dengan teka-teki tanpa petunjuknya, Dia hadirkan sinyal-sinyal cinta-Nya untuk menghantarkan keyakinan dalam setiap hal yang kita putuskan. -Fu

Dengan airmata, doa, perenungan hingga konflik luar biasa yang telah ditempuh. Dengan shalat-shalat sunnah yang tak pernah lepas, dengan tilawah ayat-ayat cinta Allah yang dirutinkan, dengan amal ibadah yang terhantur untuk Allahu Rabbi, saya yakin bahwa si pria wall itu adalah jodoh saya.

Sempat dianjurkan oleh pihak kedua orang tua untuk pacaran dulu, sempat dicurigai ‘kecelakaan’ karena ingin segera menikah, sempat dicurigai ikut aliran sesat. Tak membuat niat kami menikah pudar, malah justru semakin kuat. Saya dan dia merasa bahwa niat kami ini adalah kebaikan, dan menyegerakan kebaikan adalah kewajiban, terlebih urusan menikah yang termasuk ibadah maghdah. Bahkan kami merasa perkenalan kami yang dianggap terlalu singkat ini sudah cukup lama, karena kami sama-sama berprinsip kalau pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perkenalan, melainkan awal dari perkenalan sebenarnya.

Waktu itu saya bilang sama pria wall itu, kalau memang serius untuk menikahi saya, datanglah langsung kepada orang tua saya. Saya tak mau membuang-buang waktu dengan orang yang tak serius, karena saya hanya akan mencintai orang yang berniat serius mencintai saya dengan memuliakan saya melalui pernikahan.

Entah kenapa selama proses dengannya, saya menyadari banyak sekali Allah’sign yang saya terima. Allah memberi banyak tanda dan sinyal yang semakin meyakinkan saya bahwa dia adalah jodoh saya :
1.    He is my prince
Secara tidak langsung, tanpa saya sadar ternyata pria wall itu merangkum sosok calon suami yang saya impikan selama ini. Sekitar 2 tahun yang lalu saya pernah membuat novel (belum terbit) yang tokoh utamanya bernama “Fathir”, kata sahabat saya yang membacanya sosok Fathir itu seperti gambaran kriteria “Fu Banget”. Fathir adalah seorang mahasiswa kedokteran, tubuhnya tinggi, berkacamata, suka menulis dan akan menerbitkan buku, setia, dll. JLEB! Saya tak pungkiri kalau itu ada si pria wall banget.

2.    Doa saya terkabul
Masih ingat kan doa saya saat terakhir kalinya patah hati? “Ya Allah, saya sudah merasakan sakitnya patah hati berkali-kali, dan itu sakit sekali rasanya ya Allah. Saya sudah tidak mau lagi merasakan patah hati ya Allah, maka dari itu, bila pun saya harus jatuh cinta lagi, jatuh cintakanlah saya hanya pada jodoh saya saja.”
Setelah patah hati itu saya Allah dekatkan dengannya. Dan dialah pria yang pertama kali membuat saya berdebar-debar tak karuan, hingga saya keceplosan berdoa pada Allah “Ya Allah, saya takut jatuh cinta pada orang ini.” JLEB! Allah kabulkan doa saya justru dengan orang ini.

3.    Prinsip saya terealisasi
Saya dari dulu berazzam pada Allah dan diri saya sendiri, bahwa pria pertama yang menghadap orang tua saya, pria pertama yang menginjak rumah saya, hanyalah ia yang tertakdir untuk saya. Dan keberanian itu hanya dimiliki oleh si pria wall  yang berani datang ke rumah saya, pria asing pertama yang menginjakkan diri di rumah saya, meminta ayah saya untuk menikahkannya dengan saya. Akhir Desember itu menjad momen yang tak terlupakan, melihat haru kedua orang tua saya yang untuk pertama kalinya didatangi seorang pria, yang langsung serius untuk menikahi anaknya. JLEB! Ayah merestui pria yang bahkan tak ia kenal sebelumnya.

4.    Allah mempermudah
Segala rintangan yang mnghadang, sempat ada kesalahpahaman, sempata ada beda pendapat dengan orang tua, dan berbagai problema lain ternyata bisa diatasi dengan mudah. Meskipun saat itu semakin sini semakin berat rasanya, namun Allah pun memberi solusi yang lebih luar biasa lagi. Doa saya hanya satu: “Ya Allah, kalau dia memang benar jodoh yang Engkau takdirkan untukku, maka permudahlah segalanya, namun bilapun bukan, akhiri proses kami baik-baik, dan sabarkan hati kami berdua.” Januari pertemuan dua keluarga, februari proses negosiasi untuk kesepakatan waktu menikah, awal maret “lamaran” dua keluarga, awal april kami menikah. JLEB! Allah mudahkan segala prosesnya Alhamdulillah…

Banyak sekali Allah’s sign lainnya, yang semakin meyakinkan saya bahwa dia adalah jodoh saya, si pria wall yang usianya lebih muda 10 bulan dari saya, namun kedewasaannya jauh sekali melebihi saya dan orang seumurannya. Si pria wall yang sekarang membuat saya semakin cinta setiap harinya. Dan dia adalah seorang Ikhsanun Kamil Pratama. :)

Hamdallah segala puji bagi-Nya. Inilah kisah saya, bagaimana denganmu? Sudahkah menyadari Allah’s sign yang dihantarkan untukmu? Bagi yang sudah menikah semoga sakinah mawaddah warahmah. Bagi yang belum menikah, semoga Allah permudah untuk segera menujunya. :)
 


0 komentar: