Kamis, 25 November 2010

Cinta Api dan Air

Simak ya puisi yang baru saja Fu buat... ^_^

Tahukah kamu, aku tengah bergulat pada sebuah pertengkaran hebat. Dengan api yang selalu menggeliat. Api telah berbisik padaku bahwa olehnya kau sudah terikat. Bahkan ia telah menjelaskan justru bukanlah air melainkan ia yang menjadi mukjizat. Untuk suatu masa dimana Ibrahim terjerat.

Tahukah kamu, aku tengah berkelit pada sebuah pertempuran sengit . Dengan air yang selalu menjerit. Air telah berbisik padaku bahwa olehnya kau sudah terjahit. Bahkan ia telah mengatakan justru bukanlah api melainkan ia yang menjadi rakit. Untuk suatu masa dimana Nuh terhimpit.

Api telah memproklamirkan diri bahwa ia bagian dari dirimu secara sempurna. Bahkan air tak mampu melawannya saat ia bergerilya dengan kekuatan tak hingga. Meski api sebenarnya menyimpan sebuah rahasia. Kepadamannya oleh satu sentuhan saja. Sebongkah kehalusan cinta yang sempurna.

Air tak mau memberi toleransi bahwa ia bagian dari dirimu secara hakiki. Bahkan api tak mampu melawannya saat ia beraksi dengan kekuatan tak terperi. Meski air sebenarnya menyimpan sebuah misteri. Kesurutannya oleh satu sentuhan pasti. Sebongkah kelembutan cinta hakiki.

Aku ingin tahu sebenarnya apa wujud rupamu. Iakah api yang membuat air naik derajat menjadi uap dan tetes tak bersisa rindu. Iakah air yang membuat api turun derajat menjadi asap dan hangus tak bersisa pilu. Yang aku tahu keduanya hanyalah wujud lain yang sama-sama bergerak mengangkasa dengan arah yang menentu.

Aku sibuk sendiri dengan pertanyaanku. Sementara api tengah anggun menunjukkan cintanya dengan temaram cahaya di wajahmu, menerangi kegelapan kamarmu. Sementara air tengah manis memperlihatkan cintanya dengan setetes bening di bibirmu, memenuhi dahaga kerongkonganmu. Api dan air telah bertingkah untuk semakin memupuk tinggi keraguanku. Air dan api telah berulah hingga membuatku semakin tak mengenalmu.

Aku ingin mengenalmu secara utuh. Meski air mata telah kau basuh. Seperti lilin yang tak mampu menata kata untuk sekadar mengaduh. Pada api yang tak pernah segan membunuh.
Aku ingin mengenalmu secara utuh. Meski panasnya api telah berlabuh. Seperti lilin yang tak mampu menata kata karena kematiannya tertangguh. Pada air yang selalu rela menyentuh.

Senyum lega setelah sucap mesra. Innahu ‘alimun bidzaatish shuduuri
: inikah wujud sejatimu?

25 November 2010
Disaat akal bertanya-tanya

*Coba sekarang fu tanya, Aa ngerti tak maksudnya apa? Hehe... Bisakah kau menebak apa arti "kamu" dalam puisi ini?

0 komentar: