Sabtu, 15 Januari 2011

Pacar-pacarku

Notes ini fu posting di FB minggu kemarin, lupa dimasukin ke blog, A... afwan ya... So, cekidot..^^

Originally created by Fu

Komentar pertama
“Bid, sejak kerja di sini, gak bisa malem mingguan donk yah?” ungkap seorang Dokter pada saya.
“Ya, tetep lah, Dok. Masa malam seninan?” balasku bercanda.

Komentar kedua
“Bid, kasian donk yah pacarnya jadi jarang ketemu.” ungkap seorang Dokter lagi.
Saya hanya tersenyum.
“Tak bertemu, sms pun jadi.” ungkapnya lagi karena melihatku tersenyum-senyum sambil memegang hp.

Komentar ketiga
“Bid, pacarnya orang mana?” tanya seorang karyawan klinik.
“Saya nggak punya pacar, Teh.”
“Ah, bohong, gak percaya.”
Saya hanya tersenyum, lalu kembali mengetik sms yang sempat terhenti.

Obrolan semacam ini sering kali terjadi. Maklumlah, sudahnya bidan satu-satunya, masih muda (termuda tepatnya hehe…), belum menikah pula. Sehingga sering kali menjadi bahaan godaan dan candaan karyawan klinik (nasip…nasip… *mengelus dada). Ditambah kebiasaan saya yang sering kali mengajak senyum hape atau leptop, bahkan bisa tertawa karenanya. (Kayaknya kalau itu penyakit dari dulu, bahkan ibu asrama pun tahu kebiasaan saya yang suka senyum2 sendiri di depan leptop!Fiuwhh… Autis). Jadi wajarlah kalau mereka selalu bilang tidak percaya kalau saya bilang “Tidak punya pacar!”, karena bukan hanya saja di malam minggu, namun di hari-hari lain pun hp dan leptop adalah dua hal yang rutin saya beri senyum setiap hari. (Haduh… kayaknya harus diperiksa ke ahli jiwa kamu, Fu! Hehe….)

Hari-hari saya tidak pernah sepi. Bagi saya hari itu terlalu sia-sia untuk dihabiskan dengan “doing nothing”. Jadi di saat saya memiliki waktu luang, saya usahakan untuk melakukan apa saja. Meskipun hal tidak penting sama sekali. (Halah… kamu memang aneh, Fu!) Sesekali di waktu luang (setiap hari malah) saya sering sms-an dengan beberapa orang. Entah itu sms curahan hati, konsultasi, berbagi hikmah, atau mencari solusi. Jadi, tidak salah juga karyawan klinik menganggap saya berbohong mengenai status saya yang tidak punya pacar. Karena buktinya saya memang punya pacar. (Ngalieurkeun kamu mah, fu!) Bukan satu malah, tapi ada berapa ya? Bentar saya hitung dulu! (Lha… itu saking banyaknya atau emang..? Euh, riweuh… PLAK!)

Ya, saya mempunyai beberapa pacar. Yang selalu menemani hari-hari saya. Bersedia menghibur saya saat saya sedih. Bersedia membuka telinga saat saya bicara. Bersedia menasehati saat saya butuh solusi. Walau hanya sekadar lewat media komunikasi jarak jauh. (Halah istilahnya… jarak jauuuuuhhh… dengan gaya kepala meliuk, kumaha ah, susah ngebayanginya, PLAK!). Mereka lah “Teteh-teteh” saya. Teteh yang telah saya anggap sebagai saudara sendiri. Teteh yang sangat saya sayangi, bahkan dengan frekuensi yang jarang bertemu sama sekali. Tapi saya merasa dekaaat sekali dengan mereka. Bahkan selalu menjadikan mereka “tempat sampah” segala keluh kesah saya. (Haduh… jahat amat kamu Fu, PLAK!  Tah, bongan dusun! Haha… becanda ya Teteh, maap… ^^)

Saya juga tidak mengerti kenapa seperti ada keterikatan khusus, kayak yang ada kontak batin. Bahkan ada salah satu diantaranya, yang  pesannya paling banyak di list inbox  sms saya, sering kali mengalami kontak hati dengan saya. Misalnya saat saya ingin nge-sms dia, ternyata dia sedang mengetik sms untuk saya. Dan kita lalu berpikir, kenapa ya? Kok bisa! Jodoh mungkin! Maaf, cinta anda saya tolak, candanya, Haha… Ah, mungkin inilah yang namanya ikatan saudara karena Allah. Saling mengasihi dan menyayangi karena Allah. Tanpa imbalan, justru keikhlasan yang bahkan tidak direncanakan ataupun diinginkan. Semuanya karena ketulusan.

Saya memang mudah dekat dengan seseorang, terlebih dengan perempuan yang jauh lebih tua dari saya. Hal itu mungkin dikarenakan saya adalah anak pertama. Saya sudah merasakan peran menjadi seorang kakak, ya meskipun belumlah disebut sebagai kakak yang baik. (Tah, makanya jangan cerewet sama galak, PLAK! Bongan baong wae!) Oleh karena itu saya cenderung memperlihatkan sifat caildish di lingkungan, bahkan di sekitar teman sebaya saya pun, saya sering kali menjadi sosok “adik” bagi mereka. Dengan segala tingkah polah saya yang merepotkan. (Makasih ya teman… dasar kamu, Fu. Mau kapan dewasanya coba?)

Kecenderungan saya yang selalu menjadi sosok adik yang manja (Bilang ajah ngariweuhkeun! PLAK! Dari si Ojan yang baru datang! Jiah…. Dia baru muncul, haha…), membuat saya senang mendapatkan sosok kakak. Meskipun saya sebenarnya lebih memimpikan mempunyai kakak laki-laki (kek-nya seneng gitu yang punya kakak laki-laki, ada yang bisa ditanyain hal-hal secara logika, bukan lebih ke perasaan!). Tapi karena saya tahu bahwa tidak memungkinkan dengan alasan syar’i, maka saya lebih memilih menanti kakak saya yang satu-satunya saja nanti. (Cie..cie…pipinya fu merah gitu… PLAK! Ke sanaaa terus arahnya! Dasar!) So, saya menjadikan Teteh-teteh saya tercinta sebagai pacar saya, yang namanya berderet di inbox sms saya. Jadi, jangan heran kalau mama bilang, “Teteh, kok di inbox-nya nama perempuan semua, yang cowoknya cuma si papah doank!” (Haha…. Ya eya lah Mah, emang mau sms-an sama siapa coba? Kalau pun ada dari teman laki-laki  SMA atau kuliah, langsung fu hapus setelahnya, karena hp fu selalu bilang gini kalau fu ingin simpen sms, “Ow tidak bisaaa!!!”, dengan gaya sule yang cicinaan, haha!). 

Selain itu, mungkin kecenderungan itu juga muncul karena saya adalah cucu pertama dari keluarga besar mama dan papa. (Wah! Aslinya fu? Makanya jangan ada yang bilang aneh kalau fu belum tahu nikah teh kayak gimana. Terus siapa juga yang nanya gitu? Lagian kenapa nyambung kesana fu? Ya iya lah, secara berarti  fu bi de pers! PLAK! Dasar!) Jadi, coba anda bayangkan bahwa semuanya nanya ke saya, mulai dari adik, sepupu perempuan sampai sepupu laki-laki. Mulai dari “Teteh beliiin ini”, “Teteh, cariin ini”, “Teteh pelajaran ini gimana?”, “Teteh bagusnya baju apa? Kerudungnya cocok yang mana?”, sampai ke “Teteh, pakai apa ya biar putih kayak Teteh?” kata sepupu perempuan, “Iya Teh, Aa juga pengen pake pembersih itu ah, biar bening!” (Gedubraak, kamu tuh kan cowok!) Ya Allah… semuanya bentar-bentar Teteh. Jadi, saya haruslah menjadi sosok yang dewasa di hadapan keluarga besar saya. (tepatnya diharuskan, tuntutan cucu tertua, haha… cucu idaman dan kesayangan…  naon hubungana?) Meskipun sering kali banyak yang salah sangka seperti, “Oh, ini kakaknya ya? Kirain adiknya!” (jangan protes, itu berarti fakta bahwa saya memang imut-imut dan awet muda, Jiaaahhh… PLAK! Bongan narsis wae tah!) Atau juga komentar teman saya saat menelpon ke rumah, “De, bisa bicara dengan Teh Puji?” (What the ziiiggg… ini Fuuuu…!”) Ya, ya, entah karena kecerewetan saya atau pun apa lah, banyak yang bilang kalau suara saya seperti anak kecil kalau di telpon. (Yakin cuma di telpon? Haha..) Survey membuktikan, 99,99%  berpendapat seperti itu. (Hwaaa… udah takdir kali ya jadi orang imut dan awet muda! Haha… Amit-amit nih anak… ^^)

Ya, maka dari itu, saya banyak Teteh-nya. Teteh ketemu gede yang selalu bertambah dari waktu ke waktu, dan juga berkurang dari waktu ke waktu juga. Karena satu persatu tentunya pacar-pacar saya itu akan putus dengan saya, seiring mereka yang menggenapkan separuh dien-nya. Ya bagaimanapun tentunya intensitas hubungan kita tidak seperti dulu lagi, saya pun mengerti. Saya bersyukur mempunyai mereka dengan karakter yang ada pada mereka masing-masing. Mereka yang mempunyai pemikiran dewasa dan tidak pelit untuk berbagi hikmah dengan saya. Yang selalu mau memberikan senyum dan tawa, sekaligus memberi pendapat dan solusi. Dengan senang hati dan kerelaan. Lalu kenapa harus punya banyak pacarnya, Fu? Ya selain karena untuk menjalin silaturahmi dan memperbanyak saudara, juga karena saya tidak bisa merepotkan terus pada satu orang, kan kesian… (Bilang ajah kamu selingkuh! Haha…) Jadi saat yang ini nggak bisa, ada yang itu, yang itu nggak bisa, ada yang satunya lagi. Hehe… (Hawek kamu fu!) Hmm… meskpiun saya juga sering membuat diantara mereka cemburu, (gara-gara saya yang tidak adil kali ya? Haha…. Aneh-aneh aja kamu, Fu!)

Jangan disangka bahwa pacar-pacar saya itu lebih tua dari saya semua. Bahkan ada yang sebaya dan lebih muda. Dan jangan dikira juga mereka adalah orang-orang yang pernah saya temui semua, tapi juga ada yang dari dunia maya dan tidak pernah bertemu sama sekali. Masing-masing punya panggilan khusus untuk saya. Ada yang manggil “Ayang, Sayang, Cinta”, ada juga yang manggil “Fu geulish, Nenk cantiek, Fu manies,” (Jangan ada yang protes ya! Haha… BELETAK!), bahkan sampai ada yang manggil dengan panggilan aneh, “Funtung!” (Haduh… nama sebagus dan selucu Fu jadi begitu, tapi gak apa-apa cirri khas). Saya sayang pacar-pacar saya.

Saya hanya berharap keberadaan saya ini tidak hanya membuat mereka kerepotan, tapi meberikan sedikit kebermanfaatan, meski hanya sedikit saja. Sesekali mampu membuat mereka tersenyum, tertawa, bercanda, bahagia, dan riang gembira. Membuat mereka merasa dibutuhkan dan disayangi. Membuat mereka merasa memiliki sesosok adik angkat yang setidaknya melegakan hati mereka di saat gundah dan resah. Saya menyayangi mereka karena Allah. Selama saya bisa, selama saya mampu, selama saya masih milik bersama. Maka saya nikmati dengan rasa syukur tak hingga pada Allah Ta’AlaUhibbukum fillah ukhti… Wallahi… ^^ Terima kasih untuk segalanya. Jazakumullah khairan katsiran… Semoga persaudaraan kita sampai nanti di surga-Nya.

“…orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (Ar-Ra’d : 21)

Tenang ya Teteh-tetehku, fu masih milik bersama… Haha… (PLAK!)

Ada yang mau jadi pacar saya lagi? (PLAK! BELETAK! PLETUNK! Doeng…doeng… Tung…Tung.. Gedubrak! Kejar si Fuuuuu…. )

Silakan kirim nomor hapenya ke inbox saya ya, akan saya simpan dengan senang hati. Mari berbagi hikmah…^^ (NB : For akhwat only… Ya eya lahh….)

*meluncur kecepatan jet (Fiuwh… meracau lagi nih anak…^^)

_malam yang ceria_
Safar 1432 H
Fu yang imut, manis, dan banyak pacarnya. PLAK!!!

*Aa, jangan cemburu yah... tenang ajah, Aa adalah pacar lelaki pertama dan terakhir fu.... ^_^

0 komentar: